BAHASA DALAM KARYA ILMIAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya
setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan
dengan mulai berlakunya konstitusi. Bahasa Indonesia yang dipakai saat ini
didasarkan pada Melayu Riau yang telah menjadi lingua franca sejak abad ke-19. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali
sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Penggunaan istilah Indonesia
diawali dengan terbitnya sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indidan
Archipelago and Eastern Asia (JIAEA: “Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur”)
pada tahun 1847 di Singapura. Pada tahun 1884 guru besar etnilogi di
Universitas Berlin, Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesian Order
die Inseln des Malaysichen Archipel ( Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan
Melayu) yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada
tahun 1864-1880. Buku Bastian inilah yang mempopulerkan istilah Indonesia di
kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah
Indonesia itu ciptaan Bastian. Orang Indonesia yang mula-mula menggunakan
istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Di Indonesia
Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahu 1924. Pada tahun 1925
Jong Islamiete Bond membentuk kepanduan national Indonesische Pandvinderij
(Natipij). Itulah organisasi di tanah air yang menggunakan nama Indonesia
Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air,bangsa, dan bahasa
pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini
dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Bahasa
Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Ada beberapa alasan mengapa bahasa
Indonesia diangkatdari bahasa Melayu, bukan bahasa Jawa atau bahasa Sunda. Hal
ini disebabkan karena:
1. Bahasa
Melayu sudah merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
2. Bahasa
Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat dan sudah menyebar ke pelosok
nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara.
3. Sistem
bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena didalamnya tidak dikenal
tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa ada ngoko, krama. Dan bahasa Melayu
mudah diterima oleh masyarakat sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
antarsuku, antarbangsa, karena tidak mengenal tingkat tutur.
4. Bahasa
Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain. Dan bahasa
Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama bahasa Sansekerta,
Persia, Arab dan bahasa Eropa.
5. Suku
Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
6. Bahasa
Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
Secara
resmi bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia tercatat dalam teks
Sumpah pemuda sebagai hasil Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu tersebut juga memiliki kedudukan
tersendiri yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah
diseluruh nusantara. Dan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga
mempunyai fungsi, yaitu sebagai 1) lambang kebanggaan kebangsaan, 2) lambang
identitas nasional, 3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan
antarbudaya, dan 4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam
kesatuan kebangsaan Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Ragam Bahasa Ilmiah?
2. Apa
saja ciri-ciri Ragam Bahasa Ilmiah?
3. Apa
yang dimaksud dengan Karya Ilmiah?
4. Apa
saja ciri-ciri Karya Ilmiah?
5. Apa
saja jenis-jenis Karya Ilmiah?
6. Apa
yang termasuk dalam Kerangka Umum Karya Ilmiah
7. Apa
yang dimaksud dengan Penalaran dalam Karya Ilmiah
8. Apa
yang dimaksud dengan Reproduksi Karya Ilmiah
9. Bagaimana
Kaidah Tatatulis Karya Ilmiah
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
antara lain :
1. Menjelaskan
pengertian Ragam Bahasa Ilmiah
2. Menjelaskan
ciri-ciri Ragam Bahasa Ilmiah
3. Menjelaskan
pengertian Karya ilmiah
4. Menjelaskan
ciri-ciri Karya Ilmiah
5. Menjelaskan
jenis-jenis Karya Ilmiah
6. Menjelaskan
bagian dari Kerangka Umum Karya Ilmiah
7. Menjelaskan
pengertian Penalaran dalam Karya Ilmiah
8. Menjelaskan
apa yang dimaksud dengan Reproduksi Karya Ilmiah
9. Menjelaskan
Kaidah Tatatulis Karya Ilmiah
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam
pembahasan, kita akan lebih dalam mengulas mengenai bahasa dalam karya ilmiah,
baik itu ragam bahasanya, karya ilmiah, reproduksi karya ilmiahnya, serta
kaidah tata tulisnya.
A.
Ragam
bahasa ilmiah
Bahasa Indonesia mengenal empat ragam bahasa,
yaitu ragam bahasa hukum (undang-undang), ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa
jurnalistik, dan ragam bahasa sastra.
·
Ragam hukum (undang-undang)
Yaitu bahasa Indonesia
yang digunakan pada kalangan hukum atau pada undang-undang. Ragam ini mempunyai
ciri khusus yaitu pada pemakaian istilah dan komposisinya. Biasanya dipakai
dalam undang-undang, peraturan-peraturan, atau hal yang berkaitan dengan hukum.
·
Ragam jurnalistik
Yaitu ragam bahasa yang
yang dipakai dalam dunia jurnalistik. Karena fungsi media massa sebagai media
informasi, kontrol sosial, alat pendidikan, dan alat penghibur, maka ragam
bahasa jurnalistik setidaknya harus komunikatif, sederhana, dinamis, dan
demokratis.
·
Ragam ilmiah
Yaitu ragam bahasa
Indonesia yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Ragam ini disebut dengan
ragam baku, dan ditandai dengan kettentuan-ketentuan baku, seperti aturan
ejaan, kalimat dan penggunaanya.
·
Ragam sastra
Yaitu ragam bahasa yang
digunakan dalam penulisan karya sastra. Ragam ini mempunyai ciri khusus, yaitu licencia poetica yakni kebebasan
menggunakan bahasa untuk mencapai keindahan dan pemakai bahasa diperbolehkan
menyimpang atau menyalahi kaidah bahasa demi keindahan karyanya.
B.
Ciri
Ragam Bahasa Ilmiah
Secara umum ciri ragam
bahasa ilmiah, yaitu :
1. Menggunakan
diksi yang tepat
2. Menggunakan
ejaan yang benar (sesuai dengan EYD)
3. Menggunakan
kalimat efektif
4. Menggunakan
paragraf yang padu dan koherensif
C.
Pengertian
Karya Ilmiah
Karya
ilmiah atau disebut dengan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan
yang menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya, disajikan
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, serta menggunakan bahasa
ragam ilmiah.
D.
Ciri-Ciri
Karya Ilmiah
Ciri-ciri karya ilmiah yaitu :
1. Menyajikan
fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada
situasi spesifik.
2. Penulisannya
cermat, tepat, benar serta tulus dan tidak memuat terkaan.
3. Tidak
mengejar keuntungan pribadi, yakni tidak berambisi agar pembaca berpihak
kepadanya.
4. Karangan
ilmiah bersifat sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis
terkendali, secara konseptual dan prosedural.
5. Karangan
ilmiah tidak bersifat emotif, tidak menonjolkan perasaan.
6. Tidak
memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung kecuali dalam hipotesis kerja.
7. Ditulis
secara tulus dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing petanyaan yang bernada
keraguan.
8. Karangan
ilmiah tidak bersifat argumentatif.
9. Karangan
ilmiah tidak bersifat persuatif, yang dikemukakan fakta dan aplikasi hukum alam
kepada problem spesifik.
10. Karangan
ilmiah tidak melebih-lebihkan sesuatu, hanya menyajikan kebenaran fakta, tidak
memutarbalikan fakta.
E.
Jenis-Jenis
Karya Ilmiah
Jenis-jenis karya
ilmiah, meliputi :
a. Karya
ilmiah akademis
Karya ilmiah akademis memiliki ciri-ciri
yaitu :
1. Ditulis
untuk kepentingan akademis, biasanya sebagai syarat memperoleh gelar akademis.
2. Ditulis
oleh siswa/mahasiswa dibawah bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih
profesional.
3. Biasanya
tidak dipublikasikan, hanya didokumentasikan dalam perpustakaan.
4. Kehadirannya
memerlukan proses pengujian oleh orang-orang professional untuk menentukan
kualitas karya akademis.
5. Lebih
menekankan pada proses daripada hasil.
6. Biasanya
ditulis oleh perseorangan, namun ada pula yang disusun oleh tim.
7. Biasanya
ditulis atas prakarsa pengelola akademis.
Contoh karya ilmiah akademis adalah
makalah kuliah/tugas kuliah/paper, skripsi, tesis, disertasi.
b. Karya
ilmiah professional
1. Ditulis
sebagai sarana pengembangan profesi.
2. Penulisannya
tidak memerlukan pembimbing. Penulis bertanggung jawab penuh atas karya
ilmiahnya.
3. Tetap
memerlukan penilaian untuk menguji tingkat kualitas karya ilmiah.
4. Pada
umumnya diterbitkan untuk menyebarluaskan informasi akademis.
5. Lebih
menekankan hasil daripada proses.
6. Disusun
oleh perseorangan atau tim dengan cara mengajukan usulan dan melalui sistem kompetisi
untuk mendapatkan pendanaan.
Contoh karya ilmiah profesioanal adalah
laporan penelitian, artikel ilmiah, buku teks, makalah, dan sebagainya.
c. Bentuk
karya ilmiah
Bentuk karya ilmiah yaitu buku, makalah,
kertas kerja, artikel, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan
penelitian.
F.
Kerangka
Umum Karya Ilmiah
Pola
dasar karya ilmiah secara umum paling sedikit berisikan bagian-bagian yang
sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang tubuh, dan kepustakaan.
1. Pengenalan
Bagian pengenalan berisi hal-hal yang
bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Seperti judul, nama penulis
(baris kepemilikan), abstrak, kata kunci, prakata, dan kata pengantar.
2. Batang
tubuh
Batang tubuh adalah isi
karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum batang tubuh dibagi menjadi tiga,
yaitu bagian pendahuluan, isi dan penutup. Pada pendahuluan, untuk karya ilmiah
berbentuk buku, makalah, artikel dan kertas kerja terdiri dari latar belakang
masalah dan rumusan masalah. Sedangkan pada skripsi, tesis, dan disertasi terdiri
dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Pada bagian
isi, berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang ingin disajikan.
Sedangkan pada bagian penuttup, berisikan simpulan dan saran.
3. Bagian
kepustakaan
Pada bagian ini terdiri
dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran, seperti indeks, dan biografi
pengarang.
G. Penalaran dalam karya ilmiah
Penalaran adalah proses berfikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta petunjuk, eviden, atau hal yang lain yang
bisa dianggap sebagai bahan bukti yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan.
Jenis penalaran
1. Penalaran
induktif, yaitu suatu proses berfikir yang bertolak dari hal-hal khusus menuju
sesuatu yang bersifat umum.
Penalaran induktif
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu generalisasi, analogi, dan hubungan
kausal (sebab akibat).
2. Penalaran
deduktif, yaitu suatu proses berfikir yang bertolak dari hal-hal umum menuju
sesuatu yang bersifat khusus.
Penalaran deduktif
dikelompokan menjadi dua, yaitu silogisme dan entimem.
3. Salah
nalar, yaitu kekeliruan dalam proses berfikir karena keliru menafsirkan atau
menarik kesimpulan.
Langkah-langkah penulisan karya ilmiah
Secara umum, langkah-langkah penulisan
karya ilmiah, yaitu :
1. Pengembangan
gagasan
Gagasan berangkat dari penentuan tema,
topik dan permasalahan yang menjadi gagasan utama sebuah karya ilmiah.
2. Perencanaan
penulisan naskah
Perencanaan dilakukan dari tiga segi,
yakni segi perencanaan isi, segi perencanaan format dan teknik penulisan, dan
segi perencanaan bahasa.
3. Pengembangan
paragraf
Isi paragraf tersusun dari gagasan dasar
dan sejumlah gagasan pendukung.
4. Penulisan
draf
Merupakan aktivitas yang dimulai dengan
menata butir-butir gagasan secara hierarkis dan sistematis.
5. Finalisasi
Pada tahap ini dilakukan revisi naskah.
H. Reproduksi Karya Ilmiah
Yaitu
bentuk karya ilmiah yang disusun atas dasar karya ilmiah yang telah ada.
Reproduksi karya ilmiah digunakan untuk mengubah kembali karya ilmiah yang
sudah ada, baik dalam membuat ringkasan, ikhtisar, resensi buku, timbangan
buku/pustaka.
a. Ringkasan,
ikhtisar, dan sinopsis
Ringkasan dan ikhtisar yakni sama-sama
merupakan bentuk karangan ilmiah singkat yang berasal dari karangan ilmiah yang
panjang. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya, yaitu jika pada ringkasan
disajikan menggunakan bahasa pengarang asli, struktur penyajiannya dan gaya
bahasa mempertahankan yang asli sedangkan pada ikhtisar, menggunakan gaya
bahasa, struktur penyajian, sudut pandang penulis ikhtisar dan penulis dapat
memilih pokok-pokok yang dianggap penting dan yang kurang penting dapatt
ditinggalka.
Sinopsis
merupakan ringkasan yang umumnya diterapkan untuk karya naratif, baik
fiksi maupun nonfiksi.
Langkah-langkah membuat sinopsis,
ringkasan, dan ikhtisar yaitu:
1. Pilih
naskah yang sesuai dengan bidang keahlian yang diminati
2. Bacalah
naskah asli kalau perlu diulang untuk mendapatkan gambaran umum isi dan
struktur serta alur cerita
3. Rumuskan
dan catat tema
4. Sambil
mencatat ulang, catattlah judul, subjudul, topic dan pikiran pokok secara
sistematis.
5. Cocokan
catatan dengan naskah asli untuk menemukan bagian-bagian karya ilmiah yang
belum terekam dalam catatan.
b. Resensi
Adalah suatu ulasan mengenai nilai
sebuah karya atau buku. Tujuannya adalah untuk menyampaikan kepada para pembaca
apakah sebuah buku atau karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau
tidak.
Pokok-pokok penilaian resensi buku/karya
sastra adalah :
1. Latar
belakang
2. Jenis
buku/karya
3. Keunggulan
buku/karya sastra
4. Nilai
buku/karya sastra
Unsur-unsur Resensi.
Dalam membuat resensi, terdapat
unsur-unsur yang harus dipenuhi agar resensi menjadi jelas dan berkualitas,
yaitu :
1. Judul
resensi
2. Menyusun
data buku
3. Isi
resensi buku
4. Penutup
resensi buku
c. Tinjauan
pustaka
Dalam membuat tinjauan pustaka, bukan
hanya sekedar menuliskan hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan
sebelumnya saja, tetapi kita juga mencoba untuk melakukan evaluasi,
perbandingan, dan sintesis antara satu hasil penelitian dengan yang lainnya.
Fungsi tinjauan pustaka yaitu :
1. Untuk
mencegah agar ttidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam penelitian
2. Untuk
meningkatkan pemahaman kita tentang topic yang sedang digeluti
3. Untuk
mengidentifikasi informasi dan ide yang mungkin berhubungan dengan topic
penelitian kita
4. Untuk
mengidenttifikasi teknik dan metode yang relevan dengan topic penelitian kita.
Langkah-langkah umum dalam menulis
bagian Tinjauan Pustaka :
1.
Tentukan Masalah atau Topik
2.
Tentukan keluaran yang diinginkan
3.
Buat kerangka kerja bagaimana
mengumpulkan, mengatur dan menyusun referensi
4.
Tentukan sumber informasi yang tersedia
d. Kajian
teori
Kajian teori atau sering disebut landasan
teori adalah kajian teori atau sebuah teori yang dijadikan sebuah landasan
penelitian atau kajian.
e. Kerangka
berpikir
Adalah sebuah bagan atau alur kerja
dalam memecahkan permasalahan penelitian. Kerangka kerja tersebut dimulai dari
permasalahan sampai pencapaian tujuan, dan kedudukan, fungsi landasan teoritis
serta langkah-langkah penelitian juga harus terlihat.
I.
Kaidah
Tatatulis Karya Ilmiah
Penulisan
karya ilmiah mengikuti dua kaidah, yaitu kaidah penulisan yang bersifat umum
dan kaidah penulisan yang bersifat khusus.
a. Kaidah umum adalah kaidah tentang bahasa
Indonesia baku dan ejaan yang berlaku secara umum.
Kaidah umum penggunaan bahasa Indonesia
ragam tulis telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni :
1. Penggunaan
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) ditetapkan berdasarkan
Permendiknas No.46 Tahun 2009 tentang Pedoman Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
2. Penggunaan
tata istilah dalam penulisan karya ilmiah ditetapkan berdasarkan Permendiknas
No. 146/U/2004 tentang Pedoman Pembentukan Istilah.
3.
Penggunaan kalimat dan penataan
paragraf diatur dalam buku Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.
4. Penggunaan
kata baku dalam penulisan karya ilmiah mengacu pada ketentuan yang tertuang
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
IV.
b.
Kaidah khusus adalah
aturan penulisan karya ilmiah yang bertolak dari konvensi aturan-aturan
penulisan yang lebih bersifat teknis yang harus diikuti oleh penulis karya
ilmiah dalam lingkup wilayah tertentu.
Kaidah khusus itu meliputi (1) cara
menulis judul dan subjudul, (2) cara merujuk dan menuliskan daftar pustaka, (3)
cara menyajikan table dan gambar, (4) cara pengetikan yang praktis.
1)
Penomoran
Untuk pemeringkatan judul dan subjudul
dalam karya ilmiah terdapat dua aturan, yakni menggunakan jenis huruf, ukuran,
pencetakan, serta letak yang berbeda dan menggunakan angka Arab atau perpaduan
angka Arab dan huruf latin. Cara penulisan judul yang menggunakan aturan
pertama adalah sebagai berikut:
a)
Judul ditulis ditengah atas halaman,
menggunakan huruf capital, dan dicetak tebal (bold).
b)
Subjudul peringkat pertama ditulis rata
mulai dari tepi kiri, menggunakan huruf capital semua, dan dicetak tebal.
c)
Subjudul peringkat kedua juga ditulis
rata mulai dari tepi kiri, diawali dengan huruf capital pada awal setiap kata,
kecuali kata tugas, dan dicetak tebal.
d) Subjudul
peringkat ketiga ditulis rata mulai dari tep kiri, digaris bawah atau dicetak
miring, dan diawali dengan huruf capital, pada awal setiap kata, kecuali kata
tugas.
e)
Subjudul setelah subjudul perigkat
ketiga disarankan untuk ditiadakan dan ditulis terintegrasi dalam esai/uraian.
Penomoran dalam uraian dibenarkan hanya pada urutan yang bersifat procedural,
yakni urutan tidak boleh dibalik atau diacak. Bentuk penomoran pada esai/
uraian menggunakan angka Arab dengan diberi tanda krung dua (…).
Cara 1
BAB I
JUDUL MAKALAH ATAU JUDUL BAB
SUBJUDUL
PERINGAT PERTAMA
Subjudul
Peringkat Kedua
Subjudul Peringkat Ketiga
Subjudul
Peringkat Keempat
Penulisan judul cara
kedua dan ketiga adalah dengan menggunakan angka Arab atau penggabungan angka
Arab, angka Romawi, dan huruf Latin. Cara penulisan judul yang menggunakan
aturan kedua adalah sebagai berikut:
a) Judul
karya ilmiah atau judul bab ditulis ditengah atas halaman, menggunakan huruf
capital semua, dicetak tebal (bold).
Bab ditulis dengan angka Romawi (misalnya: BAB IV)
b) Subjudul
peringkat pertama diberi nomor dengan huruf Latin capital/besar (A.), ditulis
rata tepi kiri, menggunakan huruf kecil (noncapital) tegak, diawali dengan
huruf capital pada awal setiap kata, kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau
menggunakan dua angka Arab (1.1). Angka Arab pertama menunjukkan bab dan angka
Arab kedua menunjukkan subjudul peringkat pertama.
c)
Subjudul peringkat kedua diberi nomor
dengan angka Arab (1.), ditulis mengikuti nomor subbab di atasnya, menggunakan
huruf kecil (nonkapital) tegak, diawali dengan huruf capital pada awal setiap
kata, kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan tiga angka Arab
(1.1.1).
d) Subjudul
peringkat ketiga diberi nomor dengan huruf Latin kecil (a.), ditulis mengikuti
nomor subbab diatasnya, mengguakan huruf kecil (noncapital) tegak, diawali
dengan huruf capital pada awal setiap kata,
kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan empat angka Arab
(1.1.1.1).
e)
Subjudul peringkat keempat diberi nomor
dengan angka Arab diberi kurung (1), huruf Latin kecil, ditulis mengikuti nomor
subbab diatasnya, mengguakan huruf kecil (noncapital) tegak, diawali dengan
huruf capital pada awal setiap kata,
kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan lima angka Arab (1.1.1.1.1).
2)
Perujukan / Pengutipan
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir, tahun, dan
halaman buku. Jika ada dua pengarang, perujukan dilakukan dengan cara menyebut
nma akhir kedua pengarang tersebut. Jika pengarangnya lebih dari dua orang ,
penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nma akhir dari pengarang
pertama tersebut diikuti dengan dkk.untuk
orang Indonesia dan et al. untuk
orang asing. Jika nama pengarang tidak
disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang
menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran / majalah.
3)
Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka pada
karya ilmiah ditulis langsung setelah teks berakhir ( tidak perlu ganti halaman
baru), sedangkan daftar pustaka pada makalah, buku, atau penelitian ditulis
dengan berganti halaman baru. Kedua jenis penulisan daftar pustaka iberi judul DAFTAR PUSTAKA, dicetak tebal dengan
huruf tegak, kapital semua, ditulis mulai dari oias kiri untuk artikel dan
tengah untuk jenis karya ilmiah.
Unsure yang ditulis
dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: (1) nama pengarang ditulis
dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik,
(2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4) tempat penerbitan, dan (5)
nama penerbit.
Contoh :
Effendi, Oesman. 1975a.
Tanya Djawab tentang Kalimat-Kalimat
Indonesia. Djakarta : Pustaka Rakyat.
4)
Penyajian Tabel dan Gambar
a)
Penyajian Tabel
Tabel yang baik
seharusnya sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide. Memasukkan terlalu
banyak data dalam satu tabel dapat mengurangi nilai penyajian tabel. Tabel yang
baik harus dapat menyampaikan ide dan hubungan-hubungannya dalam tulisan secara
efektif. Jika tabel cukup besar (lebih dari setengah halaman), tabel harus
diletakkan pada halaman tersendiri. Tabel harus diberi identitas (berupa nomor
dan nama tabel), dan ditempatkan diatas tabel.
b)
Penyajian Gambar
Istilah gambar mengacu
pada foto, grafik, chart, peta , sket, diagram, dan gambar lainnya. Gambar
dapat menyajikan data dalam bentuk visual yang dengan cepat dapat dipahami.
Pedoman penggunaan
gambar sebagai berikut :
1.
Judul gambar ditempatkan di bawah
gambar, bukan diatasnya seperti tabel.
2.
Gambar harus sederhana untuk dapat
menyampaikan ide dengan jelas dan dapat dipahami tanpa harus disertai
penjelasan tekstual.
3.
Gambar harus digunakan denga hemat.
4.
Gambar
yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada
halaman tersendiri.
5.
Penyebutan adanya gambar hendaknya
mendahului gambar
6.
Gambar diacu dengan menggunkan nomor
gambar (angka), bukan dengan menggunakan kata gambar diatas/ gambar dibawah.
7.
Gambar dinomori dengan menggunakan angka
Arab seperti penomoran tabel.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Bagi
masyarakat Indonesia sendiri, mempelajari bahasa Indonesia itu sangatlah
penting, ada beberapa alasan mengapa kita sebagai warga negara sangat perlu
mempelajari bahasa Indonesia. Diantaranya karena bahasa Indonesia merupakan
lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, serta merupakan kepribadian
dari negara Indonesia sendiri. Kita tahu
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai kepulauan, oleh
karena itu didalamnya terdapat berbagai suku, dan bahasa Indonesialah yang dijadikan
sebagai alat komunikasi/alat pemersatu dari berbagai-bagai masyarakat atau suku
yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda itu.
Sedangkan
untuk dilingkungan akademisi, pemerintahan, militer atau lingkungan kerja,
mempelajari bahasa Indonesia sangatlah wajib. Untuk lingkungan akademisi
sendiri bahasa Indonesia digunakan dalam hal penulisan ilmiah, tesis atau
disertasi. Dalam hal ini bahasa yang digunakan harus bahasa Indonesia yang baik
dan benar yang sesuai dengan EYD. Begitu halnya dalam lingkungan pemerintahan
dan militer bahasa yang digunakan juga harus bahasa yang resmi.
Akibat
keragaman inilah mempelajari bahasa Indonesia sangat penting sekali karena
dengan bahasa Indonesia, bisa menyatukan visi dan misi yang beragam itu.