Jumat, 02 Mei 2014


VARIASI BAHASA PADA MASYARAKAT PERBATASAN JAWA TENGAH JAWA BARAT DIDAERAH MAJENANG CILACAP
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sosiolinguistik


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Variasi atau ragam bahasa merupakan pokok studi sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial, sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa (Nancy Parrot Hickerson dalam Chaer dan Agustina 1995:5). Terjadinya kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya, tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Adanya fenomena pemakaian variasi bahasa dalam masyarakat tutur dikontrol oleh faktor-faktor sosial, budaya, situasional. Variasi bahasa dari segi pemakaian yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Bahasa dalam kehidupan manusia berfungsi sebagai alat komunikasi sehingga dalam kehidupan ini manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa. Dengan bahasa manusia dapat bertukar pikiran, menyampaikan gagasan, perasaan, dan berinteraksi dengan sesama manusia. Dengan demikian, fungsi bahasa yang paling mendasar ialah fungsi komunikasi, yaitu sebagai alat pergaulan dan perhubungan sesama manusia.
Keberagaman bahasa dalam masyarakat Dwibahasa atau multibahasa seperti pada masyarakat Cilacap khususnya Majenang yang secara geografis letak daerah tersebut berada diperbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Barat, selain dari segi bahasa yang terjadi variasi, dari segi budayapun pada daerah ini sudah tercampur dengan bahasa Sunda. Variasi ini dapat memunculkan adanya kontak bahasa atau kontak dialek dalam masyarakat tuturnya. Alasan memilih tema mengenai variasi bahasa pada masyarakat perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah khususnya didaerah Majenang Cilacap, disebabkan karena hal ini sangat menarik untuk untuk dikaji. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik secara teoritis maupun praktis.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana variasi bahasa pada masyarakat Majenang Cilacap?
2.      Apa faktor  yang menyebabkan variasi bahasa pada masyarakat Majenang Cilacap?

             C.    Tujuan
1.      Menjelaskan variasi bahasa pada masyarakat Majenang Cilacap.
2.      Menjelaskan faktor  yang menyebabkan variasi bahasa pada masyarakat Majenang Cilacap.

D.    Manfaat
1.      Manfaat teroritis
Secara teoritis dapat menambah pengetahuan serta wawasan dalam bidang ragam bahasa khususnya mengenai variasi bahasa yang terjadi pada masyarakat multilingual.
2.      Manfaat praktis
Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan menganalisis variasi bahasa bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang variasi bahasa bagi masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat lain pada umumnya tentang variasi bahasa dimasyarakat multilingual/multibahasa.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang variasi bahasa sebelumnya pernah dilakukan oleh Ambar Pujiyatno (2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Variasi Dialek Bahasa di Kabupaten Kebumen (Kajian Sosiodialektologi). Jurnal tersebut membahas mengenai variasi bahasa yang terjadi pada masyarakat Kebumen yang notabene secara geografis berada diantara dua karsidenan yaitu Karsidena Banyumas dan Karsidenan Kedu. Tepatnya sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas, sebelah timur adalah Wonosobo dan Purworejo, sebelah utara Kabupaten Banjarnegara dan selatan Samudera   Hindia. Bahasa ibu masyarakat Kabupaten Kebumen adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa dikabupaten Kebumen memiliki perbedaan dengan bahasa Jawa baku, bahkan antara wilayah yang sau dengan lainnya memiliki perbedaan variasi dialek yang disebabkan oleh faktor geografis dan factor sosial. Hal ini disebabkan oleh letak geografis yang berada diantara Bahasa Jawa Bandek dan Ngapak.
Penelitian tentang variasi bahasa juga pernah diteliti oleh Hari Bakti Murdikantoro (2007) dalam jurnalnya yang berjudul “Pergeseran Bahasa Jawa Dalam Ranah Keluarga Pada Masyarakat Multibahasa Diwilayah Kabupaten Brebes.” Dalam jurnal tersebut berisikan bagaiman variasi bahasa yang terjadi pada masyarakat Kabupaten Brebes khususnya daerah/wilayah yang dekat dengan Cirebon (Jawa Barat). Dalam wilayah tersebut bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga terdapat variasi antara bahasa sunda dengan bahasa Jawa. Sedangkan pada daerah yang semakin dekat dengan Cirebon, bahasa sehari-hari yang digunakannya adalah bahasa sunda bukan lagi bahasa Jawa.


B.     Kajian Teori
1.      Sosiolinguistik
Sosiolinguistik ditinjau dari namanya menyangkut masalah sosiologi dan linguistik. Arti kata sosio adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi). Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Chaer dan Agustina,1995:5). Sosiolinguistik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana 1978:94). Menurut Nababan ( 1984:2 ) dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial).
 Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur.
2.      Ragam Bahasa atau Variasi Bahasa
Istilah ragam bahasa mempunyai makna variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicaraan, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan  ( Nababan, 1984: 14).
Variasi dalam sebuah bahasa dapat dibedakan menurut penuturnya dan pemakaiannya. Variasi tersebut terbagi menjadi.
a.      idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan;
b.      dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahya  yang relatif yang berbeda pada satu tempat, wilayah, atau cara tertentu;
c. kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu;
d. sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penutur;
e. fungsiolek yaitu variaasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya atau fungsinya;
f. register yaitu suatu variasi bahasa yang tidak hanya menurut siapa yang berbicara, tetapi juga menurut situasi.
Istilah ragam bahasa juga sering disebut dengan istilah variasi bahasa dengan pengertian yang sama. Hanya istilah variasi bahasa mempunyai pengertian yang netral, sedangkan istilah ragam bahasa mengacu pada register (Subandi, dkk,2005: 19)
Variasi dari segi pemakaiannya biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunalan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan,pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasai bahasa dalam bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Variasi bahasa atau ragam bahasa sastra biasanya menekankan penggunaan bahasa dari degi estetis, sehingga dipilihlah dan digunakanlah kosakata yang secara estetis memiliki ciri eufoni sastra dan daya ungkap paling tepat.
Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapaat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis,atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni, misalnya, dalam bertelepon dan bertelegraf. 


BAB III
METODE PENELITIAN
1.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara kontekstual yaitu terjun langsung pada lokasi penelitian tepatnya pada masyarakat Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap.
2.      Sumber Data
Data sebagai bahan penelitian yaitu bahan jadi yang ada karena pemilihan aneka macam tuturan (bahan mentah). Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang biasa digunakan oleh masyarakat daerah Majenang ketika mereka sedang melakukan kegiatan sehari-hari. Variasi bahasa meliputi tuturan mereka yang menggunakan bahasa Jawa Banyumasan dengan bahasa Sunda, bahkan tak jarang masyarakat didaerah tersebut kadangkala mencampurkan kedua bahasa itu menjadi satu ketika dalam kegiatan sehari-hari melakukan tuturan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan pada masyarakat Majenang yang mempunyai variasi bahasa baik itu bahasa Jawa Banyumasan, Bahasa Sunda ataupun tuturan yang mencampurkan kedua bahasa itu.
3.      Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif berusaha meneliti, menggali, dan memeriksa secara cermat dan meneliti fakta-fakta kebahasaan, serta mengadakan analisis. Penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang pendekatannya menitikberatkan pada fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat, dan dalam hasil analisisnya dengan mengambil data bukan dalam bentuk angka melainkan kata-kata.


BAB IV
PEMBAHASAN

            Kabupaten Cilacap terletak paling ujung barat Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis letak Kabupaten Cilacap sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Brebes, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat yaitu dengan Kota Banjar. Masyarakat didaerah Kabupaten Cilacap merupakan kelompok masyarakat yang multietnik. Kelompok masyarakat yang yang terdapat didaerah itu adalah kelompok etnik Jawa (Banyumasan), Jawa-Sunda, Sunda. Oleh karena itu pada daerah Cilacap sendiri tak jarang yang mencampurka kedua bahasa itu dalam satu tuturan ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Daerah Cilacap yang masyarakatnya memiliki variasi bahasa yaitu Bahasa Jawa dengan Bahasa Sunda terletak pada daerah Cilacap Barat, yakni meliputi kecamatan Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja dan Dayeuhluhur. Sedangkan masyarakat yang dikaji pada penelitian ini yaitu daerah yang berada diwilayah Cilacap Barat khususnya daerah Majenang. Pemilihan masyarakat tersebut didasarkan pada asumsi bahwa secara umum didaerah tersebut memiliki sekurang-kurangnya dua bahasa yaitu bahasa ibu atau bahasa daerah yakni Jawa Banyumasan dan Bahasa Sunda, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dapat dikatakan bahwa bahasa Jawa didaerah tersebut lebih kasar dibandingkan bahasa Jawa lainnya begitu pula pada bahasa Sunda, lebih kasar dibandingkan dengan daerah Banjar atau Ciamis yang berbatasan langsung. Selain dalam segi bahasa yang sudah tercampur dengan bahasa Sunda, dari segi budaya atau tradisipun sudah merupakan hasil percampuran budaya Jawa dan Sunda. Di Majenang daerah seperti Boja, Salem merupakan daerah yang berada dipegunungan, pada masyarakat ini bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Sunda, seperti daerah Salebu yang merupakan bukan daerah pegunungan, bahasa sehari-harinya pun bahasa Sunda. Sedangkan didaerah seperti Sindangsari, Mulyasari, Pahonjean, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa Banyumasan serta Bahasa Jawa-Sunda.
            Dapat diambil sampel percakapan antara Ibu Baengatun dengan Pak Siwan yang merupakan tetangga didesanya. :
Bu Baengatun                      : “Pak Siwan, bade kamana? Ie lauk tulus dipeser ta hente?
                                             (Pak Siwan, mau kemana? Ini ikan jadi dibeli tidak?)
Pak Siwan                            : “Enya tulus Bu, antosan nya bade ka bumina Pak Joko heula.”
                                             (Iya jadi Bu, sebentar ya mau kerumahnya Pak Joko dulu)

Laeli    : “Tri isuk tulus ngiring ka Purwokerto? Mun nya,isuk pangkat jam 6an.”
                                             (Tri besok jadi ikut ke Purwokerto? Kalau iya besok berangkat jam 6an)
Tri                                        : “Nya Lel, isuk urang disms bilih hilap nya.”
                                             (Iya Lel, besok aku disms ya mbok lupa)

Pada percakapan diatas merupakan salah satu percakapan yang terjadi diwilayah Salebu yang notabene masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda. Disitu terlihat bagaimana kekentalan masyarakat tersebut akan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari.
Dibawah ini contoh percakapan masyarakat yang menggunakan bahasa Banyumasan dalam kegiatan sehari-hari.
Wulan  : “Fit, ngesuk ko batiri nyong maring Pasar Caplek yuh, wis suwe ora maring ngonoh koh.”
Fitri     : “Ya ngesuk, nu garep jam pira ming nganaeh  jane?”
Wulan  : “Gasikan bae men bisa mlaku-mlaku dipit ya.”
Fitri     : “Iya.”
Pada percakapan diatas merupakan percakapan antara teman sebaya yang merupakan warga daerah Sindangsari. Pada daerah ini bahasa Jawa Banyumasannya masih sangat kental.
Dibawah ini merupakan percakapan antara Bu Kasipah dengan Pak Samsudi yang merupakan warga daerah Pahonjean.
Bu Kasipah                          : “Pak arek kamana rika?”
Pak Samsudi                        : “Arep maring nggone Waud, nggke heula nya.”
Bu Kasipah                          : “Ulah suwe-suwe nya, si Atun sedhela arek kadie ”
Pak Samsudi                        : “ Nang kana suwe-suwe nu garep naon atuh”
Pada percakapan diatas merupakan salah satu percakapan yang menggunakan Bahasa Jawa-Sunda dimana bahasa ini sering dijumpai didaerah Pahonjean.

Faktor yang menyebabkan variasi bahasa pada masyarakat didaerah Majenang sendiri seperti terlihat pada percakapan diatas juga perlu dijelaskan.
Dalam berkomunikasi, setiap anggota masyarakat bahasa harus memilih ragam bahasa yang digunakan dalam berinteraksi. Pemilihan bahasa atau ragam bahasa tersebut tidak secara acak nelainkan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti siapa yang berbicara, kepada siapa, dimana peristiwa tutur itu berlangsung. Dengan demikian, penggunaan suatu bahasa tentu tidak dilepaskan dari faktor sosial budaya masyarakat penuturnya. Salah satu faktornya yaitu adanya letak geografis, perlu diketahui bahwa jarak antara Majenang ke pusat kota yaitu kota Cilacap lebih jauh 2-3kali lipat dibandingkan dari Majenang ke Kota Banjar, jadi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-haripun tak sedikit masyarakat Majenang yang pergi ke Banjar. Dimana di Banjar bahasa untuk berkomunikasinya adalah bahasa Sunda, jadi secara tidak langsung mereka pun memahami dan menyerap bahasa Sunda. Yang akhirnya Bahasa Sunda atau Bahasa Sunda-Jawa sebagai bahasa untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

  
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada daerah Majenang Cilacap terdapat adanya variasi bahasa pada tuturannya. Yaitu bahasa Jawa Banyumasan, Bahasa Sunda, serta bahasa Jawa-Sunda. Hal ini disebabkan karena Majenang, Cilacap merupakan daerah perbatasan sekaligus daerah pertemuan antara budaya Jawa-Sunda. Oleh karena tidak heran jika masyarakat sebelah sana berbahasa Sunda, sebelah sana Jawa Banyumasan dan sebelah sana Jawa-Sunda.

Saran
Setelah melakukan penelitian ini, saran saya adalah agar masyarakat lainnya yang sama juga mempunyai variasi bahasa didaerahnya masing-masing untuk dapat tetap melestarikannya karena dengan adanya variasi bahasa tersebut/adanya keberagaman tersebut akan menambah daya tarik dan keunikan tersendiri bagi wilayah itu. Seperti pada masyarakat Majenang yang mempunyai variasi bahasa, akan tetapi juga untuk tetap melestarikan budaya Jawa khususnya Jawa Banyumasan yang menjadi ciri “wong panginyongan” yang sekarang kita tahu sudah agak berkurang perhatiannya dari masyarakat khususnya anak muda pada budaya tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Nababan, P.W.J.  1984. Sosiolinguisttik:Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.


1 komentar:

  1. Contoh percakapan antara Bu Kasipah dan Pak Samsudin sangat bagus, bisa menjadi referensi percampuran bahasa Sunda-Jawa Banyumasan dalam kajian Pidgin dan Creol Sosiolinguistik

    BalasHapus