Jumat, 02 Mei 2014


BAHASA DALAM KARYA ILMIAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Bahasa Indonesia yang dipakai saat ini didasarkan pada Melayu Riau yang telah menjadi lingua franca sejak abad ke-19. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Penggunaan istilah Indonesia diawali dengan terbitnya sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indidan Archipelago and Eastern Asia (JIAEA: “Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur”) pada tahun 1847 di Singapura. Pada tahun 1884 guru besar etnilogi di Universitas Berlin, Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesian Order die Inseln des Malaysichen Archipel ( Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu) yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864-1880. Buku Bastian inilah yang mempopulerkan istilah Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah Indonesia itu ciptaan Bastian. Orang Indonesia yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahu 1924. Pada tahun 1925 Jong Islamiete Bond membentuk kepanduan national Indonesische Pandvinderij (Natipij). Itulah organisasi di tanah air yang menggunakan nama Indonesia Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air,bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Ada beberapa alasan mengapa bahasa Indonesia diangkatdari bahasa Melayu, bukan bahasa Jawa atau bahasa Sunda. Hal ini disebabkan karena:
1.      Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
2.      Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat dan sudah menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara.
3.      Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena didalamnya tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa ada ngoko, krama. Dan bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarbangsa, karena tidak mengenal tingkat tutur.
4.      Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain. Dan bahasa Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama bahasa Sansekerta, Persia, Arab dan bahasa Eropa.
5.      Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
6.      Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Secara resmi bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia tercatat dalam teks Sumpah pemuda sebagai hasil Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu tersebut juga memiliki kedudukan tersendiri yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.  Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah diseluruh nusantara. Dan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga mempunyai fungsi, yaitu sebagai 1) lambang kebanggaan kebangsaan, 2) lambang identitas nasional, 3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan antarbudaya, dan 4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Ragam Bahasa Ilmiah?
2.      Apa saja ciri-ciri Ragam Bahasa  Ilmiah?
3.      Apa yang dimaksud dengan Karya Ilmiah?
4.      Apa saja ciri-ciri Karya Ilmiah?
5.      Apa saja jenis-jenis Karya Ilmiah?
6.      Apa yang termasuk dalam Kerangka Umum Karya Ilmiah
7.      Apa yang dimaksud dengan Penalaran dalam Karya Ilmiah
8.      Apa yang dimaksud dengan Reproduksi Karya Ilmiah
9.      Bagaimana Kaidah Tatatulis Karya Ilmiah

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1.      Menjelaskan pengertian Ragam Bahasa Ilmiah
2.      Menjelaskan ciri-ciri Ragam Bahasa Ilmiah
3.      Menjelaskan pengertian Karya ilmiah
4.      Menjelaskan ciri-ciri Karya Ilmiah
5.      Menjelaskan jenis-jenis Karya Ilmiah
6.      Menjelaskan bagian dari Kerangka Umum Karya Ilmiah
7.      Menjelaskan pengertian Penalaran dalam Karya Ilmiah
8.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Reproduksi Karya Ilmiah
9.      Menjelaskan Kaidah Tatatulis Karya Ilmiah



BAB II
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan, kita akan lebih dalam mengulas mengenai bahasa dalam karya ilmiah, baik itu ragam bahasanya, karya ilmiah, reproduksi karya ilmiahnya, serta kaidah tata tulisnya.

A.    Ragam bahasa ilmiah
                        Bahasa Indonesia mengenal empat ragam bahasa, yaitu ragam bahasa hukum (undang-undang), ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jurnalistik, dan ragam bahasa sastra.
·           Ragam hukum (undang-undang)
Yaitu bahasa Indonesia yang digunakan pada kalangan hukum atau pada undang-undang. Ragam ini mempunyai ciri khusus yaitu pada pemakaian istilah dan komposisinya. Biasanya dipakai dalam undang-undang, peraturan-peraturan, atau hal yang berkaitan dengan hukum.
·           Ragam jurnalistik
Yaitu ragam bahasa yang yang dipakai dalam dunia jurnalistik. Karena fungsi media massa sebagai media informasi, kontrol sosial, alat pendidikan, dan alat penghibur, maka ragam bahasa jurnalistik setidaknya harus komunikatif, sederhana, dinamis, dan demokratis.
·           Ragam ilmiah
Yaitu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Ragam ini disebut dengan ragam baku, dan ditandai dengan kettentuan-ketentuan baku, seperti aturan ejaan, kalimat dan penggunaanya.
·           Ragam sastra
Yaitu ragam bahasa yang digunakan dalam penulisan karya sastra. Ragam ini mempunyai ciri khusus, yaitu licencia poetica yakni kebebasan menggunakan bahasa untuk mencapai keindahan dan pemakai bahasa diperbolehkan menyimpang atau menyalahi kaidah bahasa demi keindahan karyanya.

B.     Ciri Ragam Bahasa Ilmiah
Secara umum ciri ragam bahasa ilmiah, yaitu :
1.    Menggunakan diksi yang tepat
2.    Menggunakan ejaan yang benar (sesuai dengan EYD)
3.    Menggunakan kalimat efektif
4.    Menggunakan paragraf yang padu dan koherensif

C.    Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah atau disebut dengan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya, disajikan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, serta menggunakan bahasa ragam ilmiah.

D.    Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri karya ilmiah yaitu :
1.    Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2.    Penulisannya cermat, tepat, benar serta tulus dan tidak memuat terkaan.
3.    Tidak mengejar keuntungan pribadi, yakni tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya.
4.    Karangan ilmiah bersifat sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis terkendali, secara konseptual dan prosedural.
5.    Karangan ilmiah tidak bersifat emotif, tidak menonjolkan perasaan.
6.    Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung kecuali dalam hipotesis kerja.
7.    Ditulis secara tulus dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing petanyaan yang bernada keraguan.
8.    Karangan ilmiah tidak bersifat argumentatif.
9.    Karangan ilmiah tidak bersifat persuatif, yang dikemukakan fakta dan aplikasi hukum alam kepada problem spesifik.
10.     Karangan ilmiah tidak melebih-lebihkan sesuatu, hanya menyajikan kebenaran fakta, tidak memutarbalikan   fakta.

E.     Jenis-Jenis Karya Ilmiah
Jenis-jenis karya ilmiah, meliputi :
a.    Karya ilmiah akademis
Karya ilmiah akademis memiliki ciri-ciri yaitu :
1.      Ditulis untuk kepentingan akademis, biasanya sebagai syarat memperoleh gelar akademis.
2.      Ditulis oleh siswa/mahasiswa dibawah bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional.
3.      Biasanya tidak dipublikasikan, hanya didokumentasikan dalam perpustakaan.
4.      Kehadirannya memerlukan proses pengujian oleh orang-orang professional untuk menentukan kualitas karya akademis.
5.      Lebih menekankan pada proses daripada hasil.
6.      Biasanya ditulis oleh perseorangan, namun ada pula yang disusun oleh tim.
7.      Biasanya ditulis atas prakarsa pengelola akademis.
Contoh karya ilmiah akademis adalah makalah kuliah/tugas kuliah/paper, skripsi, tesis, disertasi.

b.    Karya ilmiah professional
1.      Ditulis sebagai sarana pengembangan profesi.
2.      Penulisannya tidak memerlukan pembimbing. Penulis bertanggung jawab penuh atas karya ilmiahnya.
3.      Tetap memerlukan penilaian untuk menguji tingkat kualitas karya ilmiah.
4.      Pada umumnya diterbitkan untuk menyebarluaskan informasi akademis.
5.      Lebih menekankan hasil daripada proses.
6.      Disusun oleh perseorangan atau tim dengan cara mengajukan usulan dan melalui sistem kompetisi untuk mendapatkan pendanaan.
Contoh karya ilmiah profesioanal adalah laporan penelitian, artikel ilmiah, buku teks, makalah, dan sebagainya.

c.    Bentuk karya ilmiah
Bentuk karya ilmiah yaitu buku, makalah, kertas kerja, artikel, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian.

F.     Kerangka Umum Karya Ilmiah
Pola dasar karya ilmiah secara umum paling sedikit berisikan bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang tubuh, dan kepustakaan.
1.      Pengenalan
Bagian pengenalan berisi hal-hal yang bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Seperti judul, nama penulis (baris kepemilikan), abstrak, kata kunci, prakata, dan kata pengantar.
2.      Batang tubuh
Batang tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum batang tubuh dibagi menjadi tiga, yaitu bagian pendahuluan, isi dan penutup. Pada pendahuluan, untuk karya ilmiah berbentuk buku, makalah, artikel dan kertas kerja terdiri dari latar belakang masalah dan rumusan masalah. Sedangkan pada skripsi, tesis, dan disertasi terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Pada bagian isi, berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang ingin disajikan. Sedangkan pada bagian penuttup, berisikan simpulan dan saran.
3.      Bagian kepustakaan
Pada bagian ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran, seperti indeks, dan biografi pengarang.

G. Penalaran dalam karya ilmiah
            Penalaran adalah proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta petunjuk, eviden, atau hal yang lain yang bisa dianggap sebagai bahan bukti yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.

Jenis penalaran
1.    Penalaran induktif, yaitu suatu proses berfikir yang bertolak dari hal-hal khusus menuju sesuatu yang bersifat umum.
Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab akibat).
2.    Penalaran deduktif, yaitu suatu proses berfikir yang bertolak dari hal-hal umum menuju sesuatu yang bersifat khusus.
Penalaran deduktif dikelompokan menjadi dua, yaitu silogisme dan entimem.
3.    Salah nalar, yaitu kekeliruan dalam proses berfikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. 

Langkah-langkah penulisan karya ilmiah
Secara umum, langkah-langkah penulisan karya ilmiah, yaitu :
1.      Pengembangan gagasan
Gagasan berangkat dari penentuan tema, topik dan permasalahan yang menjadi gagasan utama sebuah karya ilmiah.
2.      Perencanaan penulisan naskah
Perencanaan dilakukan dari tiga segi, yakni segi perencanaan isi, segi perencanaan format dan teknik penulisan, dan segi perencanaan bahasa.
3.      Pengembangan paragraf
Isi paragraf tersusun dari gagasan dasar dan sejumlah gagasan pendukung.
4.      Penulisan draf
Merupakan aktivitas yang dimulai dengan menata butir-butir gagasan secara hierarkis dan sistematis.
5.      Finalisasi
Pada tahap ini dilakukan revisi naskah.

H.  Reproduksi Karya Ilmiah
Yaitu bentuk karya ilmiah yang disusun atas dasar karya ilmiah yang telah ada. Reproduksi karya ilmiah digunakan untuk mengubah kembali karya ilmiah yang sudah ada, baik dalam membuat ringkasan, ikhtisar, resensi buku, timbangan buku/pustaka.
a.    Ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis
Ringkasan dan ikhtisar yakni sama-sama merupakan bentuk karangan ilmiah singkat yang berasal dari karangan ilmiah yang panjang. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya, yaitu jika pada ringkasan disajikan menggunakan bahasa pengarang asli, struktur penyajiannya dan gaya bahasa mempertahankan yang asli sedangkan pada ikhtisar, menggunakan gaya bahasa, struktur penyajian, sudut pandang penulis ikhtisar dan penulis dapat memilih pokok-pokok yang dianggap penting dan yang kurang penting dapatt ditinggalka.
Sinopsis  merupakan ringkasan yang umumnya diterapkan untuk karya naratif, baik fiksi maupun nonfiksi.
Langkah-langkah membuat sinopsis, ringkasan, dan ikhtisar yaitu:
1.      Pilih naskah yang sesuai dengan bidang keahlian yang diminati
2.      Bacalah naskah asli kalau perlu diulang untuk mendapatkan gambaran umum isi dan struktur serta alur cerita
3.      Rumuskan dan catat tema
4.      Sambil mencatat ulang, catattlah judul, subjudul, topic dan pikiran pokok secara sistematis.
5.      Cocokan catatan dengan naskah asli untuk menemukan bagian-bagian karya ilmiah yang belum terekam dalam catatan.
b.    Resensi
Adalah suatu ulasan mengenai nilai sebuah karya atau buku. Tujuannya adalah untuk menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Pokok-pokok penilaian resensi buku/karya sastra adalah :
1.      Latar belakang
2.      Jenis buku/karya
3.      Keunggulan buku/karya sastra
4.      Nilai buku/karya sastra
Unsur-unsur Resensi.
Dalam membuat resensi, terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar resensi menjadi jelas dan berkualitas, yaitu :
1.      Judul resensi
2.      Menyusun data buku
3.      Isi resensi buku
4.      Penutup resensi buku
c.    Tinjauan pustaka
Dalam membuat tinjauan pustaka, bukan hanya sekedar menuliskan hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya saja, tetapi kita juga mencoba untuk melakukan evaluasi, perbandingan, dan sintesis antara satu hasil penelitian dengan yang lainnya.
Fungsi tinjauan pustaka yaitu :
1.      Untuk mencegah agar ttidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam penelitian
2.      Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang topic yang sedang digeluti
3.      Untuk mengidentifikasi informasi dan ide yang mungkin berhubungan dengan topic penelitian kita
4.      Untuk mengidenttifikasi teknik dan metode yang relevan dengan topic penelitian kita.
Langkah-langkah umum dalam menulis bagian Tinjauan Pustaka :
1.          Tentukan Masalah atau Topik
2.          Tentukan keluaran yang diinginkan
3.          Buat kerangka kerja bagaimana mengumpulkan, mengatur dan menyusun referensi
4.          Tentukan sumber informasi yang tersedia
d.   Kajian teori
Kajian teori atau sering disebut landasan teori adalah kajian teori atau sebuah teori yang dijadikan sebuah landasan penelitian atau kajian.
e.    Kerangka berpikir
Adalah sebuah bagan atau alur kerja dalam memecahkan permasalahan penelitian. Kerangka kerja tersebut dimulai dari permasalahan sampai pencapaian tujuan, dan kedudukan, fungsi landasan teoritis serta langkah-langkah penelitian juga harus terlihat.


I.       Kaidah Tatatulis Karya Ilmiah
Penulisan karya ilmiah mengikuti dua kaidah, yaitu kaidah penulisan yang bersifat umum dan kaidah penulisan yang bersifat khusus.
a.        Kaidah umum adalah kaidah tentang bahasa Indonesia baku dan ejaan yang berlaku secara umum.
Kaidah umum penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni :
1.      Penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) ditetapkan berdasarkan Permendiknas No.46 Tahun 2009 tentang Pedoman Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2.      Penggunaan tata istilah dalam penulisan karya ilmiah ditetapkan berdasarkan Permendiknas No. 146/U/2004 tentang Pedoman Pembentukan Istilah.
3.      Penggunaan kalimat dan penataan paragraf diatur dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
4.      Penggunaan kata baku dalam penulisan karya ilmiah mengacu pada ketentuan yang tertuang pada Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV.

b.              Kaidah khusus adalah aturan penulisan karya ilmiah yang bertolak dari konvensi aturan-aturan penulisan yang lebih bersifat teknis yang harus diikuti oleh penulis karya ilmiah dalam lingkup wilayah tertentu.
Kaidah khusus itu meliputi (1) cara menulis judul dan subjudul, (2) cara merujuk dan menuliskan daftar pustaka, (3) cara menyajikan table dan gambar, (4) cara pengetikan yang praktis.
1)        Penomoran
       Untuk pemeringkatan judul dan subjudul dalam karya ilmiah terdapat dua aturan, yakni menggunakan jenis huruf, ukuran, pencetakan, serta letak yang berbeda dan menggunakan angka Arab atau perpaduan angka Arab dan huruf latin. Cara penulisan judul yang menggunakan aturan pertama adalah sebagai berikut:
a)        Judul ditulis ditengah atas halaman, menggunakan huruf capital, dan dicetak tebal (bold).
b)        Subjudul peringkat pertama ditulis rata mulai dari tepi kiri, menggunakan huruf capital semua, dan dicetak tebal.
c)        Subjudul peringkat kedua juga ditulis rata mulai dari tepi kiri, diawali dengan huruf capital pada awal setiap kata, kecuali kata tugas, dan dicetak tebal.
d)       Subjudul peringkat ketiga ditulis rata mulai dari tep kiri, digaris bawah atau dicetak miring, dan diawali dengan huruf capital, pada awal setiap kata, kecuali kata tugas.
e)        Subjudul setelah subjudul perigkat ketiga disarankan untuk ditiadakan dan ditulis terintegrasi dalam esai/uraian. Penomoran dalam uraian dibenarkan hanya pada urutan yang bersifat procedural, yakni urutan tidak boleh dibalik atau diacak. Bentuk penomoran pada esai/ uraian menggunakan angka Arab dengan diberi tanda krung dua (…).

Cara 1
BAB I
JUDUL MAKALAH ATAU JUDUL BAB

SUBJUDUL PERINGAT PERTAMA
Subjudul Peringkat Kedua
Subjudul Peringkat Ketiga
Subjudul  Peringkat Keempat
                        Penulisan judul cara kedua dan ketiga adalah dengan menggunakan angka Arab atau penggabungan angka Arab, angka Romawi, dan huruf Latin. Cara penulisan judul yang menggunakan aturan kedua adalah sebagai berikut:
a)      Judul karya ilmiah atau judul bab ditulis ditengah atas halaman, menggunakan huruf capital semua, dicetak tebal (bold). Bab ditulis dengan angka Romawi (misalnya: BAB IV)
b)      Subjudul peringkat pertama diberi nomor dengan huruf Latin capital/besar (A.), ditulis rata tepi kiri, menggunakan huruf kecil (noncapital) tegak, diawali dengan huruf capital pada awal setiap kata, kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan dua angka Arab (1.1). Angka Arab pertama menunjukkan bab dan angka Arab kedua menunjukkan subjudul peringkat pertama.
c)   Subjudul peringkat kedua diberi nomor dengan angka Arab (1.), ditulis mengikuti nomor subbab di atasnya, menggunakan huruf kecil (nonkapital) tegak, diawali dengan huruf capital pada awal setiap kata, kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan tiga angka Arab (1.1.1).
d)  Subjudul peringkat ketiga diberi nomor dengan huruf Latin kecil (a.), ditulis mengikuti nomor subbab diatasnya, mengguakan huruf kecil (noncapital) tegak, diawali dengan huruf capital pada awal setiap kata,  kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan empat angka Arab (1.1.1.1).
e)   Subjudul peringkat keempat diberi nomor dengan angka Arab diberi kurung (1), huruf Latin kecil, ditulis mengikuti nomor subbab diatasnya, mengguakan huruf kecil (noncapital) tegak, diawali dengan huruf capital pada awal setiap kata,  kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan lima angka Arab (1.1.1.1.1).

2)        Perujukan / Pengutipan
       Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir, tahun, dan halaman buku. Jika ada dua pengarang, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nma akhir kedua pengarang tersebut. Jika pengarangnya lebih dari dua orang , penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nma akhir dari pengarang pertama tersebut diikuti dengan dkk.untuk orang Indonesia dan et al. untuk orang asing. Jika nama pengarang  tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran / majalah.

3)        Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka pada karya ilmiah ditulis langsung setelah teks berakhir ( tidak perlu ganti halaman baru), sedangkan daftar pustaka pada makalah, buku, atau penelitian ditulis dengan berganti halaman baru. Kedua jenis penulisan daftar pustaka iberi judul DAFTAR PUSTAKA, dicetak tebal dengan huruf tegak, kapital semua, ditulis mulai dari oias kiri untuk artikel dan tengah untuk jenis karya ilmiah.
Unsure yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: (1) nama pengarang ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh :
Effendi, Oesman. 1975a. Tanya Djawab tentang Kalimat-Kalimat Indonesia. Djakarta : Pustaka Rakyat. 

4)        Penyajian Tabel dan Gambar
a)    Penyajian Tabel
Tabel yang baik seharusnya sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide. Memasukkan terlalu banyak data dalam satu tabel dapat mengurangi nilai penyajian tabel. Tabel yang baik harus dapat menyampaikan ide dan hubungan-hubungannya dalam tulisan secara efektif. Jika tabel cukup besar (lebih dari setengah halaman), tabel harus diletakkan pada halaman tersendiri. Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan nama tabel), dan ditempatkan diatas tabel.

b)    Penyajian Gambar
Istilah gambar mengacu pada foto, grafik, chart, peta , sket, diagram, dan gambar lainnya. Gambar dapat menyajikan data dalam bentuk visual yang dengan cepat dapat dipahami.
Pedoman penggunaan gambar sebagai berikut :
1.    Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, bukan diatasnya seperti tabel.
2.    Gambar harus sederhana untuk dapat menyampaikan ide dengan jelas dan dapat dipahami tanpa harus disertai penjelasan tekstual.
3.    Gambar harus digunakan denga hemat.
4.    Gambar  yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada halaman tersendiri.
5.    Penyebutan adanya gambar hendaknya mendahului gambar
6.    Gambar diacu dengan menggunkan nomor gambar (angka), bukan dengan menggunakan kata gambar diatas/ gambar dibawah.
7.    Gambar dinomori dengan menggunakan angka Arab seperti penomoran tabel.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Bagi masyarakat Indonesia sendiri, mempelajari bahasa Indonesia itu sangatlah penting, ada beberapa alasan mengapa kita sebagai warga negara sangat perlu mempelajari bahasa Indonesia. Diantaranya karena bahasa Indonesia merupakan lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, serta merupakan kepribadian dari negara Indonesia sendiri.  Kita tahu bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai kepulauan, oleh karena itu didalamnya terdapat berbagai suku, dan bahasa Indonesialah yang dijadikan sebagai alat komunikasi/alat pemersatu dari berbagai-bagai masyarakat atau suku yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda itu.
Sedangkan untuk dilingkungan akademisi, pemerintahan, militer atau lingkungan kerja, mempelajari bahasa Indonesia sangatlah wajib. Untuk lingkungan akademisi sendiri bahasa Indonesia digunakan dalam hal penulisan ilmiah, tesis atau disertasi. Dalam hal ini bahasa yang digunakan harus bahasa Indonesia yang baik dan benar yang sesuai dengan EYD. Begitu halnya dalam lingkungan pemerintahan dan militer bahasa yang digunakan juga harus bahasa yang resmi.
Akibat keragaman inilah mempelajari bahasa Indonesia sangat penting sekali karena dengan bahasa Indonesia, bisa menyatukan visi dan misi yang beragam itu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar