Jumat, 02 Mei 2014

PEMEROLEHAN BAHASA IBU PADA ANAK USIA 3 TAHUN

PEMEROLEHAN BAHASA IBU PADA ANAK USIA 3 TAHUN
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikolinguistik


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan kita dapat menciptakan kegiatan sesama manusia, serta mengatur berbagai aktivitas kemasyarakatan. Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir sampai usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa. Orang dewasa selalu terpesona oleh perkembangan bahasa yang dihasilkan pada anak-anak. Meskipun sepenuhnya lahir tanpa bahasa, pada saat mereka berusia 3 atau 4 tahun, anak-anak secara khusus telah memperoleh beribu-ribu kosakata, sistem fonologi dan gramatika yang kompleks, dan aturan kompleks yang sama untuk bagaimana cara menggunakan bahasa mereka dengan sewajarnya dalam banyak latar sosial. Chomsky (1999: 34) mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai apa yang dinamakan falcuties of the mind, yakni semacam kapling-kapling intelektual dalam benak atau otak mereka dan salah satunya dijatahkan untuk pemakaian dan pemerolehan bahasa. Seorang yang normal akan memperoleh bahasa ibu dalam waktu singkat. Hai ini bukan karena anak memperoleh rangsangan saja, lalu si anak mengadakan respon, tetapi karena setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memperoleh bahasa ibu. Alat ini disebut dengan Language Acquisition Device (LAD) atau lebih dikenal dengan nama piranti pemerolehan bahasa. Dalam pemerolehan bahasa pada anak, tidak ada hubungannya dengan kecerdasan, emosi maupun motivasi. Karena semua anak dalam masa pemerolehan bahasa mempunyai tahapan-tahapan yang sama. Pada masa pemerolehan bahasa, si anak akan mampu mengucapkan suatu kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya dengan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa yang tidak sadar diketahuinya melalui dan kemudian dicamkan dalam hatinya. Penelitian ini sangat baik untuk dilaksanakan, karena melalui penelitian ini kita bisa tahu bagaimana proses maupun strategi dalam pemerolehan bahasa ibu pada anak khususnya anak usia 3 tahun. Dengan tahunya bagaimana pemerolehan bahasa itu terjadi pada anak, maka bagi orang tua-orang tua bisa memudahkan dalam memahami sang anak. Selain itu juga sangat bermanfaat atau menambah pengetahuan bagi calon-calon orang tua yang nantinya juga akan mengalami hal tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pemerolehan bahasa ibu pada anak usia 3 tahun?
2.      Bagaimana strategi dalam pemerolehan bahsa ibu pada anak usia 3 tahun?

C.    Tujuan
1.       Mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa ibu pada anak usia 3 tahun.
2.       Mengetahui strategi dalam pemerolehan bahasa ibu pada anak usia 3 tahun.

D.    Manfaat
a.       Manfaat Teoritis
Secara teoritis dapat menambah pengetahuan mengenai pemerolehan bahasa ibu pada anak baik berupa proses dalam pemerolehan bahasa ibu itu sendiri maupun dalam strateginya.
b.      Manfaat Praktis
Secara praktis dapat sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang lain, atau bagi masyarakat atau orang tua khususnya dalam hal pemerolehan bahasa ibu pada  usia di bawah 3 tahun.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Pustaka
Dari penelitian Sigit Purnomo yang juga meneliti mengenai pemerolehan bahasa ibu pada anak usia 3 tahun, menjelaskan bahwa bahasa pertama dari seorang anak ini biasa di sebut bahasa ibu. Karena bahasa ibu adalah bahasa pertama yang di miliki manusia yang sering di ucapkan seseorang karena bahasa tersebut sangat melekat dengan tubuh seseorang.
Ketika anak berusia 1 tahun mereka berusaha menirukan kata atau ucapan dari apa yang dia dengar dan dia berusaha menirukan kata kata tersebut. Dan pada saat itulah mereka mengucapkan kata kata pertamanya, dan pada usia 3 tahun anak bisa mencerna kuantitas masukan linguistik yang luar biasa, kemampuan bicaranya dan pemahaman mereka meningkat pesat.

B.     Kajian Teori

1.      Teori Behaviorisme
Teori Behaviorisme menyoroti perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya. B.F Skinner adalah ttokoh behaviorisme. Dia menulis buku Vertbal Behavior (1957) yang digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran ini. Menurut aliran ini pula, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan pada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan.
2.       Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya bahasa hanya dapatt dikuasai oleh manusia, binatang ttidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga,  lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tatta bahasa yang rumit dari orang dewasa. Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui ‘penitruan’.
3.      Teori Kognitivisme
Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang mengatakan bahwa bahasa itu salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal darikematangan kognitif. Jadi perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-urutan perkembangan kognitif. Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu cirri alamiah yang terpisah melainkan salahsatu diantaranya beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum didalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dank has. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa juga harus diperoleh secara alamiah.  perkembangan kognitif menurut teori ini adalah yang utama, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami dunia melalui inderanya. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan symbol untuk mempresenttasikan benda yang tidak hadir dihadapannya.Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yangdiucapkan anak.



BAB III
METODE PENELITIAN

1.    Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif, pendekatan investigasi yang mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan narasumber di tempat penelitian.
2.    Sumber Data
3.    Metode Penelitian
Metode penelitian, deskriptif kualitatif.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan metode simak, yaitu menyimak tuturan yang digunakan oleh nara sumber dengan cermat dan seksama. Teknik simak dilakukan dengan teknik simak libat cakap, yaitu peneliti ikut serta atau melibatkan diri dalam tuturan. Teknik yang terakhir adalah teknik catat, yakni mencatat hasil penyimakan.
4.      Studi Pustaka
5.    Instrument Penelitian
6.    Transkrip Data
7.    Analisis
8.    Penyajian Data
9.    Jadwal Penelitian



DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik Pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar