PEMEROLEHAN
BAHASA IBU PADA ANAK USIA 3 TAHUN
Disusun
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikolinguistik
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa
sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan,
dan memungkinkan kita dapat menciptakan kegiatan sesama manusia, serta mengatur
berbagai aktivitas kemasyarakatan. Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh
manusia sejak lahir sampai usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah
pemerolehan bahasa. Orang dewasa selalu terpesona oleh perkembangan bahasa yang
dihasilkan pada anak-anak. Meskipun sepenuhnya lahir tanpa bahasa, pada saat
mereka berusia 3 atau 4 tahun, anak-anak secara khusus telah memperoleh
beribu-ribu kosakata, sistem fonologi dan gramatika yang kompleks, dan aturan
kompleks yang sama untuk bagaimana cara menggunakan bahasa mereka dengan
sewajarnya dalam banyak latar sosial. Chomsky (1999: 34) mengatakan bahwa
setiap manusia mempunyai apa yang dinamakan falcuties of the mind, yakni
semacam kapling-kapling intelektual dalam benak atau otak mereka dan salah
satunya dijatahkan untuk pemakaian dan pemerolehan bahasa. Seorang yang normal
akan memperoleh bahasa ibu dalam waktu singkat. Hai ini bukan karena anak
memperoleh rangsangan saja, lalu si anak mengadakan respon, tetapi karena
setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang
memperoleh bahasa ibu. Alat ini disebut dengan Language Acquisition Device (LAD)
atau lebih dikenal dengan nama piranti pemerolehan bahasa. Dalam pemerolehan
bahasa pada anak, tidak ada hubungannya dengan kecerdasan, emosi maupun
motivasi. Karena semua anak dalam masa pemerolehan bahasa mempunyai
tahapan-tahapan yang sama. Pada masa pemerolehan bahasa, si anak akan mampu
mengucapkan suatu kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya dengan
menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa yang tidak sadar diketahuinya melalui dan
kemudian dicamkan dalam hatinya. Penelitian ini sangat baik untuk dilaksanakan,
karena melalui penelitian ini kita bisa tahu bagaimana proses maupun strategi
dalam pemerolehan bahasa ibu pada anak khususnya anak usia 3 tahun. Dengan
tahunya bagaimana pemerolehan bahasa itu terjadi pada anak, maka bagi orang
tua-orang tua bisa memudahkan dalam memahami sang anak. Selain itu juga sangat
bermanfaat atau menambah pengetahuan bagi calon-calon orang tua yang nantinya juga
akan mengalami hal tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
pemerolehan bahasa ibu pada anak usia 3 tahun?
2. Bagaimana
strategi dalam pemerolehan bahsa ibu pada anak usia 3 tahun?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
bagaimana pemerolehan bahasa ibu pada anak usia 3 tahun.
2. Mengetahui
strategi dalam pemerolehan bahasa ibu pada anak usia 3 tahun.
D.
Manfaat
a. Manfaat
Teoritis
Secara teoritis dapat
menambah pengetahuan mengenai pemerolehan bahasa ibu pada anak baik berupa
proses dalam pemerolehan bahasa ibu itu sendiri maupun dalam strateginya.
b. Manfaat
Praktis
Secara praktis dapat
sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang lain, atau bagi
masyarakat atau orang tua khususnya dalam hal pemerolehan bahasa ibu pada usia di bawah 3 tahun.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan
Pustaka
Dari
penelitian Sigit Purnomo yang juga meneliti mengenai pemerolehan bahasa ibu pada
anak usia 3 tahun, menjelaskan bahwa bahasa pertama dari seorang anak ini biasa
di sebut bahasa ibu. Karena bahasa ibu adalah bahasa pertama yang di miliki
manusia yang sering di ucapkan seseorang karena bahasa tersebut sangat melekat
dengan tubuh seseorang.
Ketika
anak berusia 1 tahun mereka berusaha menirukan kata atau ucapan dari apa yang
dia dengar dan dia berusaha menirukan kata kata tersebut. Dan pada saat itulah
mereka mengucapkan kata kata pertamanya, dan pada usia 3 tahun anak bisa mencerna
kuantitas masukan linguistik yang luar biasa, kemampuan bicaranya dan pemahaman
mereka meningkat pesat.
B.
Kajian
Teori
1. Teori
Behaviorisme
Teori Behaviorisme
menyoroti perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara
rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon). Perilaku bahasa yang efektif adalah
membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu
kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya. B.F Skinner
adalah ttokoh behaviorisme. Dia menulis buku Vertbal
Behavior (1957) yang digunakan sebagai
rujukan bagi pengikut aliran ini. Menurut aliran ini pula, belajar merupakan
hasil faktor eksternal yang dikenakan pada suatu organisme. Menurut Skinner,
perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh
konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan
perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan,
perilaku itu akan ditinggalkan.
2. Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya bahasa
hanya dapatt dikuasai oleh manusia, binatang ttidak mungkin dapat menguasai
bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku
berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan
sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil dalam
proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang
relatif singkat. Ketiga, lingkungan
bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tatta
bahasa yang rumit dari orang dewasa. Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu
yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang
singkat melalui ‘penitruan’.
3. Teori Kognitivisme
Munculnya teori ini dipelopori oleh
Jean Piaget (1954) yang mengatakan bahwa bahasa itu salah satu di antara beberapa
kemampuan yang berasal darikematangan
kognitif. Jadi perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-urutan
perkembangan kognitif. Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu cirri alamiah
yang terpisah melainkan salahsatu diantaranya beberapa kemampuan yang berasal
dari kematangan kognitif. Perkembangan
bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum didalam
kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan
urutan perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda
dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum
dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang
kompleks, abstrak, dank has. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa
juga harus diperoleh secara alamiah. perkembangan
kognitif menurut teori ini adalah yang utama, barulah pengetahuan dapat keluar
dalam bentuk keterampilan berbahasa.
Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami
dunia melalui inderanya. Anak hanya mengenal benda yang dilihat
secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak
mulai menggunakan symbol untuk mempresenttasikan benda yang tidak hadir
dihadapannya.Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal
yangdiucapkan anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif, pendekatan
investigasi yang mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan
berinteraksi dengan narasumber di tempat penelitian.
2.
Sumber Data
3.
Metode Penelitian
Metode penelitian, deskriptif
kualitatif.
Metode
Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data menggunakan metode simak, yaitu menyimak tuturan yang
digunakan oleh nara sumber dengan cermat dan seksama. Teknik simak dilakukan
dengan teknik simak libat cakap, yaitu peneliti ikut serta atau melibatkan diri
dalam tuturan. Teknik yang terakhir adalah teknik catat, yakni mencatat hasil
penyimakan.
4.
Studi Pustaka
5.
Instrument Penelitian
6.
Transkrip Data
7.
Analisis
8.
Penyajian Data
9.
Jadwal Penelitian
DAFTAR
PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik
Pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar