Sabtu, 10 Mei 2014

Kajian Semantik



KAJIAN SEMANTIK PADA RITUAL DAN SAJIAN TRADISI MITONI DALAM MASYARAKAT JAWA

Abstrak
Kata Mitoni berasal dari kata am+pitu yang berarti tujuh. Jadi Mitoni adalah tradisi yang dilakukan ketika usia kehamilan mencapai bulan ketujuh pada kalender Jawa. Mitoni sering juga dengan Tingkeban. Tingkeban berasal dari kata tingkeb yang berarti tutup, yang berarti penutup dari serangkaian upacara saat proses kehamilan. Makna yang terkandung dari upacara Mitoni atau Tingkeban yaitu bahwa jabang bayi sudah memiliki raga yang sempurna. Dalam rangkaian ritual maupun sajian pada tradisi Mitoni atau Tingkeban memiliki maksud atau makna-makna secara simbolik.
Key word : tradisi, simbolik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adat istiadat, dan kemampuan untuk keperluan masyarakat. Setiap tempat atau daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Suatu bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan berulang-ulang (membudaya) sejak lama dan merupakan konvesional, diterima oleh anggota suatu masyarakat, akan membentuk suatu tradisi. Pada masyarakat Jawa banyak terdapat tradisi-tradisi yang dilakukan baik ketika masa kehamilan maupun setelah melahirkan sang bayi. Tradisi tersebut seperti tradisi Ngupati yang dilakukan ketika usia kandungan sang ibu 4 bulan atau tradisi Selapanan yang dilakukan ketika bayi sudah lahir dan berusia 35 hari. Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih sering ditemukan pada masyarakat Jawa yaitu tradisi Mitoni. Dalam tradisi atau upacara Mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi untuk tumbuh sempurna fisiknya dan selamat serta lancar proses kelahirannya. Tiap-tiap upacaranya pada tradisi ini kental sekali dengan nuansa kejawen. Dimana dalam setiap proses tradisi tersebut terdapat makna atau maksud dibaliknya. Sedangkan sajian dalam tradisi tersebut juga sama seprti tasyakuran lainnya yang memiliki maksud tersendiri dibaliknya.

1.2  Rumusan Masalah
          1.  Apa makna dari rangkaian ritual pada tradisi Mitoni?
          2.  Apa makna dari sajian yang terdapat pada tradisi Mitoni?

1.3  Tujuan
         1.    Menjelaskan makna dari rangkaian ritual pada tradisi Mitoni
     2.  Menjelaskan makna dari sajian yang terdapat pada tradisi Mitoni

1.4  Manfaat
           1.4.1     Manfaat Teoritis
Diharapkan mampu menambah keilmuan/pengetahuan mengenai tradisi dalam masyarakat Jawa khususnya tradisi Mitoni.
          1.4.2     Manfaat Praktis
Memberikan pengetahuan mengenai makna dari rangkaian ritual pada tradisi Mitoni dan makna dari sajian pada tradisi tersebut.

1.5  Metode
              1.5.1   Metode Penelitian
Deskriptif kualitatif
Hasil didapatkan dari fenomena yang ada di Desa Pahonjean Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap.
              1.5.2   Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan cara wawancara kepada narasumber yakni sesepuh yang ada didaerah tersebut/orang yang banyak tahu akan tradisi tersebut. Kemudian dengan teknik catat, yakni mencatat hasil wawancara dengan narasumber.



BAB II
PEMBAHASAN
Tradisi Mitoni atau Tingkeban dilaksanakan ketika usia kehamilan tujuh bulan. Pada tradisi ini dilakukan serangkaian ritual yang dilaukan oleh sang ibu, yang bertujuan agar nanti dalam proses kelahirannya diberi kelancaran serta untuk sang bayi nantinya tumbuh sempurna fisiknya. dalam tradisi ini setiap ritualnya dan sajiannya mempunyai maksud atau makna dibaliknya. Adapun proses atau ritual dalam tradisi Mitoni yaitu :
1.      Siraman, sebagai tanda pembersihan diri baik lahir maupun batin. Pembersihan secara simbolis ini bertujuan untuk membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga ketika sang ibu akan melahirkan proses kelahirannya lancar. Pada upacara siraman ini dipimpin oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap paling tertua. Untuk upacara siraman dilakukan untuk Mitoni anak pertama saja.
2.      Upacara memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain (sarung) si calon ibu oleh sang suami melalui perut dari atas perut lalu telur dilepas sehingga pecah. Upacara ini sebagai simbol harapan agar bayi lahir dengan mudah tanpa aral melintang.
3.      Upacara brojolan atau memasukkan sepasang kelapa gading muda yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Srikandi ke dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah. Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak bayi lahir dengan mudah tanpa kesulitan.  Secara simbolis gambar Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Srikandi melambangkan kalau si bayi lahir akan elok rupawan dan memiliki sifat-sifat luhur seperti tokoh yang digambarkan tersebut.
4.      Upacara ganti busana dilakukan dengan jenis kain sebanyak 7 (tujuh) buah dengan motif kain yang berbeda. Motif kain dan kemben yang akan dipakai dipilih yang terbaik dengan harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain.
Motif kain tersebut adalah:
a.       sidomukti (melambangkan kebahagiaan),
b.      sidoluhur (melambangkan kemuliaan),
c.       truntum (melambangkan agar nilai-nilai kebaikan selalu dipegang teguh),
d.      parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup),
e.       semen rama (melambangkan agar cinta kedua orangtua yang sebentar lagi menjadi bapak-ibu tetap bertahan selma-lamanya/tidak terceraikan),
f.       udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak yang akan lahir selalu menyenangkan),
g.      cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya).
h.      Lasem (melambangkan semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME).
i.        Dringin (melambangkan semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, dan berguna antar sesame.)
Kain terakhir yang tercocok adalah kain dari bahan lurik bermotif lasem dengan kemben motif dringin.
5.      Upacara memutus lilitan janur/lawe yang dilingkarkan di perut calon ibu. Janur/lawe dapat diganti dengan daun kelapa atau janur. Lilitan ini harus diputus oleh calon ayah dengan maksud agar kelahiran bayi lancar.
6.      Upacara memecahkan periuk dan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa (siwur). Maksudnya adalah memberi sawab (doa dan puji keselamatan) agar nanti kalau si ibu masih mengandung lagi, kelahirannya juga tetap mudah.
7.      Upacara minum jamu sorongan, melambangkan agar anak yang dikandung itu akan mudah dilahirkan seperti didorong (disurung).
8.      Upacara nyolong endhog, melambangkan agar kelahiran anak cepat dan lancar secepat pencuri yang lari membawa curiannya. Upacara ini dilaksanakan oleh calon ayah dengan mengambil telur dan membawanya lari dengan cepat dan berkeliling.
Setelah semua prosesi selesai dilakukan, dilanjutkan dengan doa bersama dan diakhiri acara selamatan.
Sedangkan sajian pada tradisi Mitoni/Tingkeban juga memiliki makna tertentu. Sajian-sajian tersebut seperti :
1.         Tujuh macam bubur
2.         Tumpeng kuat, maknanya agar bayi yang dilahirkan nanti sehat dan kuat
3.         Jajanan pasar, syaratnya haris beli dipasar
4.        Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya enak. Mempunyai makna agar anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga.
5.         Dawet, maknanya supaya dapat menyegarkan
6.         Makanan dari umbi-umbian
7.         Nasi kuning

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam masyarakat Jawa masih sangat kental akan nuansa Kejawennya. Ketika sang ibu mengandung 7 bulan pun, dalam masyarakat Jawa juga mengadakan prosesi ritual yang dikenal dengan upacara Mitoni atau Tingkeban. Pada Mitonipun ada serangkaian prosesi ritual seperti siraman, memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain (sarung) si calon ibu, brojolan atau memasukkan sepasang kelapa gading muda, ganti busana, memutus lilitan janur/lawe, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu sorongan, upacara nyolong endhog. Dimana pada serangkaian  prosesnya tersebut memiliki maksud tertentu, dan dalam jenis sajiannyapun pada tradisi ini memiliki maksud yang terkandung didalamnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar