Selasa, 08 Juli 2014

Analisis Kesalahan Berbahasa


ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
PADA TATARAN FRASA, FONOLOGI, MORFOLOGI, SINTAKSIS DAN SEMANTIK

BAB I
PENDAHULUAN
    1.1  Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat pemakainya untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, maksudnya yakni alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Dalam penggunaan bahasa/proses berbahasa juga dapat terjadi suatu kesalahan, atau sering disebut dengan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa merupakan penggunaan suatu bahasa baik lisan ataupun tulis yang menyimpang dari konteks komunikasi dan kaidah yang berlaku dalam bahasa tersebut. Kesalahan-kesalahan berbahasa dapat terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang telah menguasai bahasanya, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa. Kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan bahasa (language acquisition) dan pengajaran bahasa (language learning). Pemerolehan bahasa merupakan proses penguasaan bahasa pertama yang berlangsung tanpa adanya suatu perencanaan terstruktur, biasanya berkaitan erat dengan bahasa ibunya yang di peroleh dilingkungan keluarga atau masyarakat. Sedangkan pengajaran bahasa merupakan proses belajar bahasa kedua yang berlangsung secara terstruktur baik secara formal seperti di sekolah melalui perencanaan program kegiatan belajar, maupun informal seperti pemandu wisata di pusat wisata terpaksa berkomunikasi berkomunikasi dalam bahasa asing. Proses terjadinya kesalahan berbahasa sangat berhubangan erat dengan proses belajar bahasa, hal ini disebabkan karena kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa berbeda dengan kekeliruan. Kekeliruan mengacu pada performansi, sedangkan kesalahan mengacu pada kompetensi. Kekeliruan biasanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor di luar diri pembelajar, seperti emosi, bahagia, dan sebagainya. Sedangkan kesalahan biasanya terjadi secara sistematis, konsisten, dan menggambarkan kemampuan peserta didik. Kesalahan-kesalahan berbahasa, terjadi pada tuturan baik secara lisan maupun tulisan, yakni seperti pada tataran frasa, fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Dengan adanya kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut, sangatlah penting adanya analisis kesalahan berbahasa, analisis tersebut bertujuan untuk membenarkan atau meluruskan kesalahan-kesalahan dalam berbagai tataran yang sering ditemukan dalam keseharian masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dalam berbahasa dalam kehidupan sehari-harinya dapat lebih baik lagi.

    1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.       Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran frasa?
2.       Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi ?
3.      Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi ?
4.      Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis ?
5.      Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran semantik?

    1.3  Tujuan

1.      Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran frasa.
2.      Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi .
3.      Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi.
4.      Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis.
5.      Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran semantik.

    1.4  Manfaat
1.      Manfaat teoretis
Dapat dijadikan sebagai data masukan untuk penelitian yang sejenis yakni mengenai kesalahan dalam berbahasa serta dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pendidikan khususnya dalam analisis kesalahan berbahasa.
2.      Manfaat praktis
Bagi pembaca makalah ini diharapkan akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis kesalahan berbahasa pada tataran frasa,  fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Sehingga pembaca tersebut, dapat mengetahui berbagai kesalahan-kesalahan pada tuturan baik secara lisan maupun tulisan, yang sering dijumpai dilingkup masyarakat pada kesehariannya sehingga dalam melakukan tuturan, nantinya akan lebih tertata dan lebih baik apalagi tingkatan berbahasa merupakan cerminan dari diri kita sendiri.



BAB II
LANDASAN TEORI

Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan-penyimpangan berbahasa yang dilakukan oleh seseorang secara sistematis dan konsisten.
            Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder(1974) menggunakan 3(tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) lapses, (2) error, dan(3)mistake.
            Ketiga isitilah itu memliki domain yang berbeda dalam memandang kesalahan berbahasa. Coreder(1974) menjelaskan:
a.      Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan(kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini di istilahkan dengan slip of the tongue sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan slip of the pen. Keslahan ini terjadi akibat ketidak sengajaan oleh penuturnya.
b.      Eror
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehungga itu berdampak kekurang sempurnaan atau ketidak mampuan penutur. Hal tersebut berimpliksi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
c.       Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Menurut Huda (1981), kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa (anak) yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua disebut kekhilafan (error).
Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa dapat meliputi, kesalahan pada tataran frasa, fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.
a.       Kesalahan pada tataran frasa
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, disebabkan antara lain a) pengunaan kata depan tidak tepat, penyusunan frasa yang salah struktur, penambahan kata “yang” dalam frasa benda, penambahan kata “dari” atau “tentang” dalam frasa benda, penambahan kata “kepunyaan” dalam frasa benda. Misalnya buku duweke Ani menjadi bukune Ani.
b.      Kesalahan pada fonologi
Pada bidang fonologi kesalahan-kesalahan dipandang dari penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa pada tataran fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Kesalahan berbahasa pada tataran ini dikarenakan perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal. Sumber kesalahan itu terdapat pada tataran berikut. a.Fonem/c/ diucapakan menjadi/se/. b.Fonem/f/ diucapkan menjadi /p/. c.Fonem/z/ diucapakan menajadi /j/. d.Fonem /z/ menajadi /s/. e.penghilangan fonem/k/. Kesalahan fonologi dalam mengucapkan kata akan mengakibatkan penyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna. Misalnya: enam diucapkan anam atau anem, saudara diucapkan sudara atau sodara, telur diucapkan telor, dsb.
c.       Kesalahan pada tataran morfologi
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal, anatara lain:
a.       Salah penentuan bentuk asal.
b.      Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
c.       Fonem yang tidak luluh  diluluhkan .
d.       Penulisan morfem yang salah.
e.      Pengulangan yang salah
f.      Penulisan kata majemuk yang serangkai
g.    Pemajemukan berafiksasi
h.        Pemajemukan dengan afiks dan sufiks
i.      Perulangan kata majemuk
Kesalahan pada afiksasi misalnya salah dalam menentukan bentuk asal, misalnya bentuk gramatik himbau, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau, anjur, unjur. 
d.      Kesalahan pada tataran sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata, kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Kesalahan pada tataran sintaksis misalnya penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah, penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing, penggunaan kalimat yang tidak logis. Misal Budi ngguyu nganti ngekek-ngekek, seharusnya menjadi Budi ngguyu nganti kepingkel-pingkel.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis antara lain:
a.       Penggunaan kata perangkaian, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk.
b.      Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain:
1.      Kalimat tidak efektif.
2.      Kalimat tidak normatif.
3.      Kalimat tidak logis.
4.      Kalimat rancu.
5.      Kalimat ambigu.
6.      Kalimat pengaruh struktur bahasa asing.
e.       Kesalahan pada tataran semantik
Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik pada penyimpangan makna yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna  yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik adalah seperti gejala hiperkorek, gejala pleonasme, kesalahan diksi atau pilihan kata dan ambiguitas. Misalnya dheweke mung meneng thok. Seharusnya dheweke mung meneng atau dheweke meneng thok.

BAB III
PEMBAHASAN

    1.      Pengertian analisis kesalahan berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan tersebut.
    2.      Kesalahan berbahasa pada tataran frasa, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik
·         Kesalahan berbahasa pada tataran frasa
Kesalahan berbahasa pada tataran frasa sering dijumpai dalam bahasa lisan maupun tertulis. Kesalahan berbahasa pada tataran ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyisipan bahasa asing, pembalikan urutan frasa D-M menjadi M-D, logika kalimat, penghilangan konjungsi, penggunaan kosakata yang berlebihan.
o   Penyisipan bahasa asing
Aku nonton acara lawak nganti ngguyu ngakak.
Pembenaran:
Aku nonton acara lawak nganti ngguyu kapingkel-pingkel.
o   Pembalikan urutan frasa D-M menjadi M-D
A : “Kowe ora bali menyang Kudus?”
B : “Ora, saben dina udan saiki.”
A : “Iya, sesuk-sesuk wae.”
Pembenaran :
B : “Ora, saiki saben dina udan.”

A : “Sida apa ora ko nyelang almamaterku?”
B : “Iya sida, nyong ming kosmu sorenan mengko.”
Pembenaran :
B : “Iya sida, nyong ming kosmu mengko sorenan.”

A : “Yah, tugase akeh malah mati lampune.”
B : “Iya, biyasane nek mati lampu ora sedhela sisan.”
Pembenaran :
A : “Yah, tugase akeh malah lampune mati.”

Adhiku jenenge Wiji Ali Nugroho.
Pembenaran :
Jenenge adhiku Wiji Ali Nugroho.

Awan mau, Pak Kos tindhak dhateng Yogja.
Pembenaran :
Mau awan, Pak Kos tindhak dhateng Yogja.
o   Logika Kalimat
Para warga kabeh padha gugur gunung resiki dalan desa.
Pembenaran :
Para warga padha gugur gunung resiki dalan desa.

Speaker duweke Iis ilang sawise dieggo kanggo presentasi.
Pembenaran :
Speakere Iis ilang sawise dieggo kanggo presentasi.
o   Penghilangan konjungsi
Rima kuwi bocah sing paling pinter ing kelas.
Pembenaran :
Rima kuwi bocah paling pinter ing kelas.

Aku wis ngerti yen Kiki sesuk ora bisa mangkat kuliyah.
Pembenaran :
Aku ngerti yen Kiki sesuk ora bisa mangkat kuliyah.
o   Penggunaan kosakata yang berlebihan
Jatahe presentasi dina saiki, ayo maju mengarep!
Pembenaran :
Jatahe presentasi dina saiki, ayo maju!

·         Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi
Kesalahan berbahasa pada tataran ini disebabkan karena berbagai hal, seperti perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan.
o   Perubahan pengucapan fonem
Pada film ‘Aku pengin sekolah Mak’
Aku pengin sekolah mӘneh Mak.
Pembenaran :
Aku pengin sekolah maneh Mak.

Aku arep dolan karo kכncכ- kכncכku dhisik ya.
Pembenaran :
Aku arep dolan karo kכncכ- kancaku dhisik ya.

sisU? wae ya dolane, aku rewangi Emakku dhisik.
pembenaran :
sesU? wae ya dolane, aku rewangi Emakku dhisik.

Inggih Pak Lurah, mӘŋki kula aturaken Emak.
Pembenaran :
Inggih Pak Lurah, maŋkih kula aturaken Emak.

sӘkiŋ pundi Pak Lurah?
Pembenaran :
sakIŋ pundi Pak Lurah?

Emak ya pengin pəndidikanmu kuwi duwur Le.
Pembenaran :
Emak ya pengin pənᶑiᶑikanmu kuwi ᶑuwUr Le.

Kuwi ᶑuwI? Iki hlo Mak.
Pembenaran :
Kuwi ᶑuwIt Iki hlo Mak.
·         Kesalahan berbahasa pada tataran morfologi
Kesalahan pada tataran morfologi sebagian besar terjadi pada bahasa tulis, namun kesalahan berbahasa pada bahasa tulis ini juga berkaitan dengan bahasa lisan, apalagi jika penulisan tersebut dibacakan. Kesalahan-kesalahan pada tataran morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabunga kata atau kata majemuk.
Reihan ditukoke  dolanan dening Simbah.
Pembenaran :
Reihan  ditukokake dolanan dening Simbah.

Aku wedi merga kawit mau dimatke Mas-Mas iku.
Pembenaran :
Aku wedi merga kawit mau dimatake Mas-Mas iku.

Tiwas aku ngrungo?ke  tenanan, jebul namung gojeg.
Pembenaran :
Tiwas aku ngrungokake tenanan, jebul namung gojeg.

Mengko yen wis teka ngomah, kabar-kabar ya.
Pembenaran :
Mengko yen wis tekan ngomah, ngabari ya.

Lagek nong langgar, kok arep disusul.
Pembenaran
Lagi ana ing langgar, kok arep disusul.

Urip nang donya iki kudu akeh ngibadah.
Pembenaran :
Urip ana ing donya iki kudu akeh ngibadah.

Rencanane, Lusi arep neruske sekolahe ing Unnes.
Pembenaran :
Rencanane, Lusi arep nerusake sekolahe ing Unnes.
·         Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan-kesalahan pada tataran sintaksis yakni ada kesalahan pada pemakaian kata perangkai, kalimat tidak baku, kalimat tidak efektif, kalimat tidak normatif, kalimat tidak logis, kalimat rancu, pengaruh struktur bahasa asing, kalimat ambigu.
o   Kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung)
Tugas kuwi durung tak garap. Amarga aku isih bingung.
Pembenaran :
Tugas kuwi durung tak garap, amarga aku isih bingung
o   Kalimat yang berstruktur tidak baku
Novel kuwi aku wis maca.
Pembenaran:
Aku wis maca novel kuwi.
o   Kalimat yang tidak logis
Sing wis rampung nggarap tugas, dikumpulke.
Pembenaran :
Sing wis rampung nggarap tugas, tugase dikumpulke.

Pak SL mulang Pancasila nang kelasku.
Pembenaran :
Pak SL mulang mata kuliah Pancasila ing kelasku.

Sing markir motor ing kana, kon dikunci stang.
Pembenaran :
Sing markir motor ing kana, motore kon dikunci stang.

Sugeng ambalwarsa Republik Indonesia kaping-64.
Pembenaran :
Sugeng ambalwarsa kaping-64 Republik Indonesia.
o   Kalimat yang terpengaruh struktur bahasa asing
Kanca-kanca sing sapa bisa nemokake botol tupperwareku bakal tak wenehi hadiyah.
Pembenaran :
Kanca-kanca sing bisa nemokake botol tupperwareku, bakal tak wenehi bebungah.

Aku lagi on the way, limang menit maneh tekan.
Pembenaran :
Aku lagi nang dalan, limang menit maneh tekan.
o   Kalimat yang mubazir
Pak RT sampun kesah tindak dhateng bale dhusun.
Pembenaran :
Pak RT sampun tindak dhateng bale dhusun.
o   Kalimat yang ambigu
Aku ndheleng polahe wong kuwi bingung.
Pembenaran :
- Aku bingung ndheleng polahe wong kuwi.
-Aku ndheleng polahe wong kuwi lagi bingung.

Anake tanggaku sing gendhut kuwi mlebu ing Unnes.
Pembenaran :
-Anake tanggaku sing gendhut kuwi, mlebu kuliyah ing Unnes.
-Tanggaku sing gendhut kuwi, anake mlebu kuliyah ing Unnes.
o   Kalimat yang tidak efektif
Akeh wong-wong sing melu kerja bhakti.
Pembenaran :
- Akeh wong sing melu kerja bhakti.

Tiga kendharaan tabrakan ing dalan pantura.
Pembenaran :
- Kendharaan tiga tabrakan ing dalan pantura.
·         Kesalahan berbahasa pada tataran semantik
Kesalahan-kesalahan pada tataran semantik yakni ada gejala hiperkorek, gejala pleonasme, pilihan kata atau Diksi, bentuk ambiguitas.
o   Gejala Hiperkorek
Adalah penggunaan unsur bahasa yang sudah betul dibetul-betulkan sehingga menjadi tidak betul atau tidak baku dan akhirnya menjadi salah. Hiperkorek biasanya terjadi ketika penggantian huruf /f/ dengan /p/ atau sebaliknya dan penggantian huruf /s/ dengan /sy/ atau sebaliknya.
Mba Dian wis syah dadi garwane Mas Agus.
Pembenaran :
Mba Dian wis sah dadi garwane Mas Agus.

Yen pengin bisa melu ujian kuwi, syarate tugas-tugas kudu wis dikumpulake kabeh.
Pembenaran:
Yen pengin bisa melu ujian kuwi, sarate tugas-tugas kudu wis dikumpulake kabeh.

Perkakas iki aja mbok guwang, isih ana faedahe.
Pembenaran:
Perkakas iki aja mbok guwang, isih ana paedahe.
o   Gejala Pleonasme
Adalah penggunaan unsur bahasa yang berlebihan.
Para warga kabeh padha melu kerja bhakti ngresiki dalan desa.
Pembenaran :
Para warga  padha melu kerja bhakti ngresiki dalan desa.
Warga kabeh padha melu kerja bhakti ngresiki dalan desa.

Bocah kae bisane mung mangan thok.
Pembenaran :
Bocah kae bisane mung mangan.
Bocah kae bisane  mangan thok.

Para Bapak Ibu sedaya ingkang kinurmatan.
Pembenaran :
Para Bapak Ibu ingkang kinurmatan.
Bapak Ibu sedaya ingkang kinurmatan.

Wis wiwit saka dhek kae aku kurang seneng karo bocah kuwi.
Pembenaran:
Wiwit kae aku kurang seneng karo bocah kuwi.
o   Pilihan kata atau Diksi
Banyak kosa kata yang memiliki kemiripan atau kesamaan, baik kemiripan/kesamaan arti (sinonim) maupun kemiripan bentuk (antonim). Kata-kata tersebut sering divariasikan secara bebas sehingga sering menimbulkan kesalahan. Penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan perubahanmakna kalimat bahkan dapat merusak struktur kalimat, apabila tidak disesuaikan dengan makna /maksud kalimat yang sebenarnya.

Susi menyang kampus nganggo motor.
Pembenaran :
Susi menyang kampus numpak motor.

Kiki ngiris brambang nganggo peso.
Pembenaran :
Kiki ngiris brambang nggunakake peso.

Aku karo Ine mau tandhing mlayu mlebu kelas.
Pembenaran :
Aku karo Ine mau balapan mlayu mlebu kelas.

Taline aja ditugel merga isih kanggo.
Pembenaran :
Taline aja dipedhot merga isih kanggo.

Ngendikane Pak kos, Hilda mulih dudu numpak motor naning numpak travel.
Pembenaran :
Ngendikane Pak kos, Hilda mulih ora numpak motor naning numpak travel.
o   Ambiguitas
Penggunaan unsur bahasa dimana terdapat kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat.
-       Anake tanggaku sing gendhut kuwi mlebu ing Unnes.
Anake tanggaku sing gendhut kuwi, mlebu kuliyah ing Unnes.
Tanggaku sing gendhut kuwi, anake mlebu kuliyah ing Unnes.

-  Aku ndheleng polahe wong kuwi bingung.
Aku bingung ndheleng polahe wong kuwi.
    Aku ndheleng polahe wong kuwi lagi bingung.

-    Omahe Pak RT sing anyar dicat biru.
Omahe, Pak RT sing anyar dicat biru.
Omahe Pak RT sing anyar, dicat biru.

-    Ali kancanan raket karo Agus, dheweke seneng banget dolanan bal-balan.
Ali kancanan raket karo Agus, Ali seneng banget dolanan bal-balan.
Ali kancanan raket karo Agus, Agus seneng banget dolanan bal-balan.

-          Yeni nampa dhuwit rong puluh ewunan.
Yeni nampa dhuwit rong puluh, ewunan.
Yeni nampa dhuwit rong puluh ewunan.

    3.      Sumber kesalahan berbahasa
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi atau penyimpangan bahasa pertama atau bahasa ibu terhadap bahasa kedua yang sedang dipelajari.



BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan-kesalahan pada tataran frasa, fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya. Banyak masyarakat yang tidak sadar bahkan tidak tahu jika ujaran yang mereka ucapkan itu salah. Bahkan banyak masyarakat yang menganggap kesalahan ujaran yang mereka ucapkan adalah benar adanya, hal ini dikarenakan ujaran yang salah tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam kesehariannya.

4.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini tentu banyak mempunyai banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saya selaku penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan pengamat  untuk makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Kurniati, Endang. 2008. Sintaksis Bahasa Jawa. Semarang. Griya Jawi.
Tarigan, Djago. Sulistyaningsih, Lilis Siti. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

            



2 komentar:

  1. nice, bw di blog saya www.belajartekniksipil09.com

    BalasHapus
  2. terimaksih, karya tulis ini sangat membanru...

    BalasHapus