ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA
PADA
TATARAN FRASA, FONOLOGI, MORFOLOGI, SINTAKSIS DAN SEMANTIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem
lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat pemakainya untuk
berkomunikasi. Bahasa sebagai sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat
arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa berfungsi sebagai alat
untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, maksudnya yakni alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Bahasa
adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut
makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan
suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa
memiliki makna.
Dalam
penggunaan bahasa/proses berbahasa juga dapat terjadi suatu kesalahan, atau
sering disebut dengan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa merupakan
penggunaan suatu bahasa baik lisan ataupun tulis yang menyimpang dari konteks komunikasi
dan kaidah yang berlaku dalam bahasa tersebut. Kesalahan-kesalahan berbahasa
dapat terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang telah menguasai bahasanya,
maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa. Kesalahan berbahasa adalah
bagian yang integral dari pemerolehan bahasa (language acquisition)
dan pengajaran bahasa (language learning). Pemerolehan bahasa
merupakan proses penguasaan bahasa pertama yang berlangsung tanpa adanya suatu
perencanaan terstruktur, biasanya berkaitan erat dengan bahasa ibunya yang di
peroleh dilingkungan keluarga atau masyarakat. Sedangkan pengajaran bahasa
merupakan proses belajar bahasa kedua yang berlangsung secara terstruktur baik
secara formal seperti di sekolah melalui perencanaan program kegiatan belajar,
maupun informal seperti pemandu wisata di pusat wisata terpaksa berkomunikasi
berkomunikasi dalam bahasa asing. Proses terjadinya kesalahan berbahasa sangat berhubangan
erat dengan proses belajar bahasa, hal ini disebabkan karena kesalahan berbahasa
dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa
berbeda dengan kekeliruan. Kekeliruan mengacu pada performansi, sedangkan
kesalahan mengacu pada kompetensi. Kekeliruan biasanya dapat disebabkan oleh
beberapa faktor di luar diri pembelajar, seperti emosi, bahagia, dan
sebagainya. Sedangkan kesalahan biasanya terjadi secara sistematis, konsisten,
dan menggambarkan kemampuan peserta didik. Kesalahan-kesalahan berbahasa,
terjadi pada tuturan baik secara lisan maupun tulisan, yakni seperti pada
tataran frasa, fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Dengan adanya
kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut, sangatlah penting adanya analisis
kesalahan berbahasa, analisis tersebut bertujuan untuk membenarkan atau
meluruskan kesalahan-kesalahan dalam berbagai tataran yang sering ditemukan
dalam keseharian masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dalam berbahasa dalam
kehidupan sehari-harinya dapat lebih baik lagi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran frasa?
2. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi ?
3. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi ?
4. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis ?
5. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran semantik?
1.3 Tujuan
1. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran frasa.
2. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi .
3. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi.
4. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis.
5. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran semantik.
1.4 Manfaat
1. Manfaat
teoretis
Dapat dijadikan sebagai
data masukan untuk penelitian yang sejenis yakni mengenai kesalahan dalam
berbahasa serta dapat menambah dan mengembangkan
wawasan ilmu pendidikan khususnya dalam analisis kesalahan berbahasa.
2. Manfaat
praktis
Bagi
pembaca makalah ini diharapkan akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis kesalahan berbahasa pada
tataran frasa, fonologi, morfologi,
sintaksis dan semantik. Sehingga pembaca tersebut, dapat
mengetahui berbagai kesalahan-kesalahan pada tuturan baik secara lisan maupun
tulisan, yang sering dijumpai dilingkup masyarakat pada kesehariannya sehingga dalam
melakukan tuturan, nantinya akan lebih tertata dan lebih baik apalagi tingkatan
berbahasa merupakan cerminan dari diri kita sendiri.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan-penyimpangan
berbahasa yang dilakukan oleh seseorang secara sistematis dan konsisten.
Istilah kesalahan
berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk membahas tentang kesalahan
berbahasa. Corder(1974) menggunakan 3(tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) lapses, (2) error, dan(3)mistake.
Ketiga isitilah itu
memliki domain yang berbeda dalam memandang kesalahan berbahasa. Coreder(1974)
menjelaskan:
a. Lapses
Lapses adalah kesalahan
berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh
tuturan(kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis
kesalahan ini di istilahkan dengan slip
of the tongue sedang untuk berbahasa
tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan slip
of the pen. Keslahan ini terjadi akibat ketidak sengajaan oleh penuturnya.
b. Eror
Error adalah kesalahan
berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini
terjadi akibat penutur sudah memiliki (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari
tata bahasa yang lain, sehungga itu berdampak kekurang sempurnaan atau ketidak
mampuan penutur. Hal tersebut berimpliksi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat
penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
c. Mistake
Mistake adalah kesalahan
berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk
suatu situasi tertentu. Menurut Huda (1981), kesalahan berbahasa yang dilakukan
oleh siswa (anak) yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua
disebut kekhilafan (error).
Kesalahan-kesalahan
dalam berbahasa dapat meliputi, kesalahan pada tataran frasa, fonologi,
morfologi, sintaksis dan semantik.
a. Kesalahan pada tataran frasa
Kesalahan
berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa,
disebabkan antara lain a) pengunaan kata depan tidak tepat, penyusunan frasa
yang salah struktur, penambahan kata “yang” dalam frasa benda, penambahan kata “dari”
atau “tentang” dalam frasa benda, penambahan kata “kepunyaan” dalam frasa
benda. Misalnya buku duweke Ani
menjadi bukune Ani.
b. Kesalahan pada fonologi
Pada bidang fonologi kesalahan-kesalahan dipandang dari penggunaan bahasa
secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu
ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa
pada tataran fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan
berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa
tulis. Kesalahan berbahasa pada tataran ini dikarenakan perubahan pengucapan
fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam
kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang
fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi
tunggal atau fonem tunggal. Sumber kesalahan itu terdapat pada
tataran berikut. a.Fonem/c/ diucapakan menjadi/se/. b.Fonem/f/ diucapkan
menjadi /p/. c.Fonem/z/
diucapakan menajadi /j/. d.Fonem /z/
menajadi /s/. e.penghilangan
fonem/k/. Kesalahan fonologi dalam mengucapkan kata akan mengakibatkan
penyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna. Misalnya:
enam diucapkan anam atau anem, saudara diucapkan sudara atau sodara, telur
diucapkan telor, dsb.
c.
Kesalahan
pada tataran morfologi
Kesalahan
berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis.
Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan
bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu
dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai
hal, anatara lain:
a. Salah penentuan
bentuk asal.
b. Fonem yang
luluh tidak diluluhkan.
c. Fonem yang
tidak luluh diluluhkan .
d. Penulisan
morfem yang salah.
e. Pengulangan
yang salah
f. Penulisan kata
majemuk yang serangkai
g. Pemajemukan
berafiksasi
h. Pemajemukan
dengan afiks dan sufiks
i. Perulangan kata
majemuk
Kesalahan
pada afiksasi misalnya salah dalam menentukan bentuk asal, misalnya bentuk
gramatik himbau, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk
asal yang benar adalah imbau, anjur, unjur.
d. Kesalahan pada tataran sintaksis
Kesalahan
sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau
kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata,
kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Kesalahan pada
tataran sintaksis misalnya penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur
bahasa daerah, penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing, penggunaan
kalimat yang tidak logis. Misal Budi
ngguyu nganti ngekek-ngekek, seharusnya menjadi Budi ngguyu nganti kepingkel-pingkel.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis antara lain:
a. Penggunaan kata
perangkaian, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk.
b. Pembentukan
kalimat tidak baku, antara lain:
1. Kalimat tidak
efektif.
2. Kalimat tidak
normatif.
3. Kalimat tidak
logis.
4. Kalimat rancu.
5. Kalimat ambigu.
6. Kalimat
pengaruh struktur bahasa asing.
e. Kesalahan pada tataran semantik
Semantik adalah bagian dari struktur
bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Kesalahan berbahasa
dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik pada
penyimpangan makna yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya
menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan
berbahasa ini. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang
berkaitan dengan bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang
mungkin terjadi di bidang semantik adalah seperti gejala hiperkorek, gejala pleonasme, kesalahan diksi atau pilihan
kata dan ambiguitas. Misalnya dheweke
mung meneng thok. Seharusnya dheweke
mung meneng atau dheweke meneng thok.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
analisis kesalahan berbahasa
Analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh
peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel
kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan
kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan, dan mengevaluasi taraf
keseriusan kesalahan tersebut.
2. Kesalahan berbahasa pada tataran frasa, fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik
·
Kesalahan
berbahasa pada tataran frasa
Kesalahan berbahasa pada tataran
frasa sering dijumpai dalam bahasa lisan maupun tertulis. Kesalahan berbahasa
pada tataran ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyisipan bahasa asing,
pembalikan urutan frasa D-M menjadi M-D, logika kalimat, penghilangan
konjungsi, penggunaan kosakata yang berlebihan.
o
Penyisipan
bahasa asing
Aku nonton acara lawak nganti ngguyu ngakak.
Pembenaran:
Aku nonton acara lawak nganti ngguyu kapingkel-pingkel.
o
Pembalikan
urutan frasa D-M menjadi M-D
A : “Kowe ora bali menyang Kudus?”
B : “Ora, saben dina udan saiki.”
A : “Iya, sesuk-sesuk wae.”
Pembenaran :
B : “Ora, saiki saben dina udan.”
A : “Sida apa ora ko nyelang
almamaterku?”
B : “Iya sida, nyong ming kosmu sorenan
mengko.”
Pembenaran :
B : “Iya sida, nyong ming kosmu mengko
sorenan.”
A : “Yah, tugase akeh malah mati
lampune.”
B : “Iya, biyasane nek mati lampu
ora sedhela sisan.”
Pembenaran :
A : “Yah, tugase akeh malah lampune
mati.”
Adhiku
jenenge Wiji Ali
Nugroho.
Pembenaran :
Jenenge
adhiku Wiji Ali
Nugroho.
Awan
mau, Pak Kos tindhak dhateng Yogja.
Pembenaran :
Mau
awan, Pak Kos tindhak dhateng Yogja.
o
Logika
Kalimat
Para
warga kabeh
padha gugur gunung resiki dalan desa.
Pembenaran :
Para
warga padha
gugur gunung resiki dalan desa.
Speaker
duweke Iis ilang
sawise dieggo kanggo presentasi.
Pembenaran :
Speakere
Iis ilang sawise dieggo kanggo
presentasi.
o
Penghilangan
konjungsi
Rima kuwi bocah sing paling pinter ing kelas.
Pembenaran :
Rima kuwi bocah paling pinter ing
kelas.
Aku wis ngerti yen Kiki sesuk ora bisa mangkat kuliyah.
Pembenaran :
Aku ngerti yen Kiki sesuk ora bisa
mangkat kuliyah.
o
Penggunaan
kosakata yang berlebihan
Jatahe presentasi dina saiki, ayo maju mengarep!
Pembenaran :
Jatahe presentasi dina saiki, ayo maju!
·
Kesalahan
berbahasa pada tataran fonologi
Kesalahan berbahasa pada tataran ini
disebabkan karena berbagai hal, seperti perubahan pengucapan fonem,
penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan.
o
Perubahan
pengucapan fonem
Pada
film ‘Aku pengin sekolah Mak’
Aku pengin sekolah mӘneh Mak.
Pembenaran :
Aku pengin sekolah maneh Mak.
Aku arep dolan karo kכncכ- kכncכku dhisik ya.
Pembenaran :
Aku arep dolan karo kכncכ- kancaku dhisik ya.
sisU? wae ya dolane, aku rewangi Emakku
dhisik.
pembenaran :
sesU? wae ya dolane, aku rewangi Emakku
dhisik.
Inggih Pak Lurah, mӘŋki kula aturaken Emak.
Pembenaran :
Inggih Pak Lurah, maŋkih kula aturaken Emak.
sӘkiŋ
pundi Pak Lurah?
Pembenaran :
sakIŋ pundi Pak Lurah?
Emak ya pengin pəndidikanmu kuwi duwur Le.
Pembenaran :
Emak ya pengin pənᶑiᶑikanmu kuwi ᶑuwUr
Le.
Kuwi ᶑuwI? Iki hlo Mak.
Pembenaran :
Kuwi ᶑuwIt Iki hlo Mak.
·
Kesalahan
berbahasa pada tataran morfologi
Kesalahan pada tataran morfologi
sebagian besar terjadi pada bahasa tulis, namun kesalahan berbahasa pada bahasa
tulis ini juga berkaitan dengan bahasa lisan, apalagi jika penulisan tersebut
dibacakan. Kesalahan-kesalahan pada tataran morfologi dapat dikelompokkan
menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabunga kata atau kata majemuk.
Reihan ditukoke dolanan dening
Simbah.
Pembenaran :
Reihan ditukokake
dolanan dening Simbah.
Aku wedi merga kawit mau dimatke Mas-Mas iku.
Pembenaran :
Aku wedi merga kawit mau dimatake
Mas-Mas iku.
Tiwas aku ngrungo?ke tenanan, jebul
namung gojeg.
Pembenaran :
Tiwas aku ngrungokake tenanan, jebul namung gojeg.
Mengko yen wis teka ngomah, kabar-kabar ya.
Pembenaran :
Mengko yen wis tekan ngomah, ngabari ya.
Lagek nong langgar, kok arep disusul.
Pembenaran
Lagi ana ing langgar, kok arep disusul.
Urip nang donya iki kudu akeh ngibadah.
Pembenaran :
Urip ana ing donya iki kudu akeh ngibadah.
Rencanane, Lusi arep neruske sekolahe ing Unnes.
Pembenaran :
Rencanane, Lusi arep nerusake sekolahe ing Unnes.
·
Kesalahan
berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan-kesalahan pada tataran
sintaksis yakni ada kesalahan pada pemakaian kata perangkai, kalimat tidak
baku, kalimat tidak efektif, kalimat tidak normatif, kalimat tidak logis,
kalimat rancu, pengaruh struktur bahasa asing, kalimat ambigu.
o
Kalimat
tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung)
Tugas kuwi durung tak garap. Amarga aku isih bingung.
Pembenaran :
Tugas kuwi durung tak garap, amarga aku isih bingung
o
Kalimat
yang berstruktur tidak baku
Novel kuwi aku wis maca.
Pembenaran:
Aku wis maca novel kuwi.
o
Kalimat
yang tidak logis
Sing wis rampung nggarap tugas,
dikumpulke.
Pembenaran :
Sing wis rampung nggarap tugas,
tugase dikumpulke.
Pak SL mulang Pancasila nang kelasku.
Pembenaran :
Pak SL mulang mata kuliah Pancasila
ing kelasku.
Sing markir motor ing kana, kon
dikunci stang.
Pembenaran :
Sing markir motor ing kana, motore
kon dikunci stang.
Sugeng ambalwarsa Republik Indonesia kaping-64.
Pembenaran :
Sugeng ambalwarsa kaping-64 Republik Indonesia.
o
Kalimat
yang terpengaruh struktur bahasa asing
Kanca-kanca sing sapa bisa nemokake
botol tupperwareku bakal tak wenehi hadiyah.
Pembenaran :
Kanca-kanca sing bisa nemokake botol
tupperwareku, bakal tak wenehi bebungah.
Aku lagi on the way, limang menit maneh tekan.
Pembenaran :
Aku lagi nang dalan, limang menit maneh tekan.
o
Kalimat
yang mubazir
Pak RT sampun kesah tindak dhateng
bale dhusun.
Pembenaran :
Pak RT sampun tindak dhateng bale
dhusun.
o
Kalimat
yang ambigu
Aku ndheleng polahe wong kuwi
bingung.
Pembenaran :
- Aku bingung ndheleng polahe wong
kuwi.
-Aku ndheleng polahe wong kuwi lagi
bingung.
Anake tanggaku sing gendhut kuwi
mlebu ing Unnes.
Pembenaran :
-Anake
tanggaku sing gendhut kuwi, mlebu kuliyah ing Unnes.
-Tanggaku
sing gendhut kuwi, anake mlebu kuliyah ing Unnes.
o
Kalimat
yang tidak efektif
Akeh wong-wong sing melu kerja
bhakti.
Pembenaran :
- Akeh wong sing melu kerja bhakti.
Tiga kendharaan tabrakan ing dalan pantura.
Pembenaran :
- Kendharaan tiga tabrakan ing dalan
pantura.
·
Kesalahan
berbahasa pada tataran semantik
Kesalahan-kesalahan pada tataran
semantik yakni ada gejala hiperkorek, gejala pleonasme, pilihan kata atau
Diksi, bentuk ambiguitas.
o
Gejala
Hiperkorek
Adalah penggunaan unsur bahasa yang
sudah betul dibetul-betulkan sehingga menjadi tidak betul atau tidak baku dan
akhirnya menjadi salah. Hiperkorek biasanya terjadi ketika penggantian huruf
/f/ dengan /p/ atau sebaliknya dan penggantian huruf /s/ dengan /sy/ atau
sebaliknya.
Mba Dian wis syah dadi
garwane Mas Agus.
Pembenaran :
Mba Dian wis sah dadi garwane
Mas Agus.
Yen pengin bisa melu ujian kuwi, syarate tugas-tugas kudu wis
dikumpulake kabeh.
Pembenaran:
Yen pengin bisa melu ujian kuwi, sarate tugas-tugas kudu wis dikumpulake
kabeh.
Perkakas iki aja mbok guwang, isih
ana faedahe.
Pembenaran:
Perkakas iki aja mbok guwang, isih
ana paedahe.
o
Gejala
Pleonasme
Adalah penggunaan unsur bahasa yang
berlebihan.
Para warga kabeh padha melu kerja bhakti ngresiki dalan desa.
Pembenaran :
Para
warga padha melu kerja bhakti ngresiki dalan desa.
Warga
kabeh padha
melu kerja bhakti ngresiki dalan desa.
Bocah kae bisane mung
mangan thok.
Pembenaran :
Bocah kae bisane mung mangan.
Bocah kae bisane mangan
thok.
Para Bapak Ibu sedaya ingkang kinurmatan.
Pembenaran :
Para
Bapak Ibu ingkang
kinurmatan.
Bapak
Ibu sedaya ingkang
kinurmatan.
Wis
wiwit saka dhek kae
aku kurang seneng karo bocah kuwi.
Pembenaran:
Wiwit
kae aku kurang seneng karo bocah kuwi.
o
Pilihan
kata atau Diksi
Banyak kosa kata yang memiliki
kemiripan atau kesamaan, baik kemiripan/kesamaan arti (sinonim) maupun
kemiripan bentuk (antonim). Kata-kata tersebut sering divariasikan secara bebas
sehingga sering menimbulkan kesalahan. Penggunaan kata-kata yang saling
menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan perubahanmakna kalimat bahkan
dapat merusak struktur kalimat, apabila tidak disesuaikan dengan makna /maksud
kalimat yang sebenarnya.
Susi menyang kampus nganggo
motor.
Pembenaran :
Susi menyang kampus numpak motor.
Kiki ngiris brambang nganggo
peso.
Pembenaran :
Kiki ngiris brambang nggunakake peso.
Aku karo Ine mau tandhing mlayu mlebu kelas.
Pembenaran :
Aku karo Ine mau balapan mlayu mlebu kelas.
Taline aja ditugel merga isih kanggo.
Pembenaran :
Taline aja dipedhot merga isih kanggo.
Ngendikane Pak kos, Hilda mulih dudu numpak motor naning numpak travel.
Pembenaran :
Ngendikane Pak kos, Hilda mulih ora numpak motor naning numpak travel.
o
Ambiguitas
Penggunaan unsur bahasa dimana
terdapat kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan
kata, atau kalimat.
- Anake tanggaku sing gendhut kuwi
mlebu ing Unnes.
Anake tanggaku sing gendhut kuwi,
mlebu kuliyah ing Unnes.
Tanggaku sing gendhut kuwi, anake
mlebu kuliyah ing Unnes.
-
Aku ndheleng polahe wong kuwi bingung.
Aku
bingung ndheleng polahe wong kuwi.
Aku ndheleng polahe wong kuwi lagi bingung.
- Omahe Pak RT sing anyar dicat biru.
Omahe, Pak RT sing anyar dicat biru.
Omahe Pak RT sing anyar, dicat biru.
-
Ali
kancanan raket karo Agus, dheweke
seneng banget dolanan bal-balan.
Ali kancanan raket karo Agus, Ali seneng banget dolanan bal-balan.
Ali kancanan raket karo Agus, Agus seneng banget dolanan bal-balan.
-
Yeni
nampa dhuwit rong puluh ewunan.
Yeni nampa dhuwit rong puluh, ewunan.
Yeni nampa dhuwit rong puluh ewunan.
3. Sumber
kesalahan berbahasa
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi atau
penyimpangan bahasa pertama atau bahasa ibu terhadap bahasa kedua yang sedang
dipelajari.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kesalahan-kesalahan pada tataran frasa, fonologi, morfologi, sintaksis
dan semantik banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya. Banyak
masyarakat yang tidak sadar bahkan tidak tahu jika ujaran yang mereka ucapkan
itu salah. Bahkan banyak masyarakat yang menganggap kesalahan ujaran yang
mereka ucapkan adalah benar adanya, hal ini dikarenakan ujaran yang salah
tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam kesehariannya.
4.2
Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini
tentu banyak mempunyai banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, saya selaku penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca dan pengamat untuk makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 1994. Linguistik Umum.
Jakarta. Rineka Cipta.
Kurniati,
Endang. 2008. Sintaksis Bahasa Jawa. Semarang.
Griya Jawi.
Tarigan,
Djago. Sulistyaningsih, Lilis Siti. 1996. Analisis
Kesalahan Berbahasa. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
nice, bw di blog saya www.belajartekniksipil09.com
BalasHapusterimaksih, karya tulis ini sangat membanru...
BalasHapus