Teori Intertekstual dalam Analisis Komparasi
Cerita Rakyat “Lutung Kasarung” dengan Cerita Disney “Beauty and The Beast”
Cerita Rakyat
‘Lutung Kasarung’
Pada jaman dahulu terdapat sebuah kerajaan didaerah
Ciamis yang bernama kerajaan Galuh yang bermukim di Istana Pasir Batang.
Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Tapa Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai selir, dan dari selirnya tersebut beliau mempunyai 6
orang Putri yaitu Purbararang, Purba Indah, Purba Dewata, Purba Kencana, Purba
Manik dan Purba Leuwih. Beberapa lama kemudian selir tersebut wafat, dan
akhirnya Baginda Raja mencari permaisuri baru. Pilihannya jatuh pada Dewi
Nitisuari, dengan permaisurinya itu Baginda Raja memiliki putri yang diberi
nama Purbasari. Baginda Tapa Agung merasa dirinya sudah sepuh, beliau berencana
akan lengser dari pemangku tahta kerajaan. Sebenarnya yang berhak
menggantikannya ketika beliau lengser adalah Purbasari karena ia merupakan
putri permaisuri, akan tetapi dikala itu Purbasari masih kecil, sehingga untuk
sementara waktu pemangku tahta kerajaan diserahkan kepada putri tertua yaitu
Purbararang. Tahun berganti tahun dan Purbasari telah tumbuh dewasa,
kecantikannya tidak bias dielakkan. Sebenarnya pada saat itu waktu yang tepat
untuk mengembalikan tahta kerajaan pada Purbasari, akan tetapi lain halnya
dengan Purbararang, ketika menjabat menjadi Ratu, Purbararang menjadi putri
yang sombong, serakah. Ia malah berencana akan melenyapkan Purbasari. Apalagi
ketika ia tahu bahwa tunangannya Pangeran Indrajaya diam-diam memuji kecantikan
dan kebaikan hati Purbasari. Oleh karena itu pada suatu hari Purbararang
menyuruh ahli ramuan obat istana untuk membuat bedak yang bisa menyebabkan
kulit yang terkena akan berubah menjadi hitam kusam. Purbararang segera
memanggil adiknya Purbasari dan dengan paksa ia membalur bedak tersebut
diseluruh badan Purbasari, seketika itu, wajah tubuhnya berubah menjadi hitam.
Sontak Purbasari kaget. Purbararang mengatakan kepada seluruh penduduknya bahwa
Purbasari mempunyai penyakit menular dan harus diasingkan. Akhirnya atas
perintah Purbararang, Purbasari diasingkan dikaki gunung Cupu, disana ia
ditemani oleh 2 pengawalnya, Emban Asih dan Mang Encang.
Jauh dari Istana Pasir Batang, terdapat kerajaan
Pulosari yang terletak di Gunung Pulosari. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Ratu
Sunan Ambu yang dibantu oleh para punggawanya yakni Bujangga Sakti, Bujangga
Tua, Bujangga Seda, Bujangga Leuwih. Ratu tersebut mempunyai putra tampan yang
bernama Pangeran Minda Kahyangan, pangeran tersebut sangat meresahkan pikiran
sang Ratu karena ia belum juga menikah, suatu ketika, pangeran ditanya mengapa
ia belum menikah, lalu pangeran menjawab bahwa ia akan menikah dengan seorang
perempuan yang mirip dengan sang Ratu, ternyata sang Ratu salah menafsirkan
dikira pangeran diam-diam telah jatuh cinta kepada ibunya sendiri. Spontan sang
Ratu menyumpahi bahwa pangeran kelakuannya seperti lutung. Tiba-tiba pangeran
berubah wujud dari pria tampan menjadi lutung yang berbulu, hitam legam dan
jelek. Ibunda Ratu sangat menyesal akan ucapannya. Secara bersamaan ada suara
ghaib yang berbicara bahwa dengan wujud seperti itu pangeran akan menemui
jodohnya yang berada dikaki Gunung Cupu. Akhirnya dengan doa restu sang Ratu,
pangeran pergi merantau ke kaki Gunung Cupu dengan ditemani Bujangga Sakti dan
Bujangga Leuwih dan mulai saat itu pangeran diberi nama baru Lutung Kasarung.
Suatu hari Purbararang bermimpi, agar ia tetap bisa
menjadi penguasa, ia harus menangkap seekor lutung dan dijadikan kurban. Lalu
ia menyuruh Aki Panyumpit, yaitu seseorang yang ahli dalam berburu untuk
menangkap seekor lutung. Keesokan harinya Aki Panyumpit pergi ke tengah hutan,
ia tidak menemukan seekor hewanpun apalagi lutung disana, lalu ia pindah kekaki
Gunung Cupu, disana ia menemukan seekor lutung, akan tetapi lutung tersebut
tidak bisa ditangkap, ia kaget ketika tahu lutung tersebut bias bicara. Dengan
susah payah ia berusaha menangkap luhtung namun gagal. Akhirnya ia menyerah.
Akan tetapi tiba-tiba lutung tersebut menghampiri Aki Panyumpit dan secara
sukarela bersedia ditangkap lalu dibawa ke istana Pasir batang. Hal ini
dikarenakan lutung tahu disana terdapat putri-putri yang cantik dan barangkali
disana ia segera menemukan jodohnya. Akhirnya lutung ikut keistana bersama Aki
Panyumpit. Benar, disana terdapat 6 gadis yang berwajah cantik, akan tetapi
selama lutung tinggal disana dia melihat bahwa ke-6 gadis tersebut tidak
mempunyai hati yang cantik yang sesuai dengan keinginan atau kriterianya.
Tibalah hari dimana acara kurban tersebut diadakan. Ketika lutung diarak
ketengah aula dan akan disembelih tiba-tiba lutung berontak. Semua ora
tercengang dibuatnya dan sontak perkelahian antara lutung dengan prajurit
istana tidak dapat dielakkan, karena lutung adalah jelamaan pangeran yang
sakti, akhirnya lutung itu bisa mengalahkan semua prajurit dan bisa lolos.
Lutung tersebut akhirnya kembali ke Gunung Cupu. Inilah awal perjumpaannya
dengan Purbasari. Suatu hari lutung dan kedua pengawalnya sedang berjalan-jalan
dilereng Gunung Cupu, langkah mereka terhenti ketika melihat sebuah gubug
sederhana yang ada dilereng tersebut. Setelah mengamat-amati lutung mengetahui
bahwa disana tinggalah seorang gadis yang berkulit hitam legam seperti dirinya.
Tanpa berpikir panjang setelah lutung meminta pendapat dari Pujangga Sakti dan
Pujangga Leuwih untuk tinggal bersama gadis tersebut. Lutung mencoba mendekati
gadis tersebut yang tak lain adalah Purbasari, singkat cerita mereka berdua
menjadi akrab dan berteman baik. Dan lutungpun tinggal bersama Purbasari dan
Emban Asih serta Mang Encang. Purbasari banyak menghabiskan waktu dengan lutung
itu, mereka saling bercerita satu sama lain seperti bagaimana Purbasari
kulitnya menjadi hitam legam, diasingkan dilereng Gunung tersebut lalu
bagaimana lutung itu bisa bicara, mempunyai kesaktian dan lainnya. Lutung juga
rajin membantu Purbasari mengolah lahan miliknya, tak jarang Purbasari meminta
saran kepada lutung akan semua hal yang membuatnya bingung. Suatu ketika lutung
bertanya kepada Bujangga Sakti dan Bujangga Leuwih mengenai penyakit Purbasari.
Bujangga Sakti yakin bahwa penyakit tersebut ada obatnya. Lalu Bujangga Sakti
dan Bujangga Leuwih mencari obat penawar penyakit tersebut. Akhirnya mereka
berdua menemukan obatnya. Secara diam-diam kedua Bujangga tersebut menyamar
menjadi seorang tabib dan memberikan obat tersebut kepada Purbasari. Ajaib,
setelah Purbasari meminum obat tersebut, kulitnya berubah menjadi sediakala dan
ia terlihat sangat cantik. Lutungpun terpesona dan tercengang melihat Purbasari
yang begitu cantiknya. Ketika lutung tinggal bersama Purbasari dihutan, mereka
berdua dengan dibantu Emban Asih, Mang Encang, Bujangga Sakti dan Bujangga
Leuwih membangun pemukiman disekitar gubug tersebut, karena banyak menghasilkan
baik dari faktor ekonomi, akhirnya banyak penduduk yang bermukim didaerah itu
dan daerah tersebut menjadi ramai. Secara diam-diam tanpa sepengetahuan
Purbararang, lutung kasarung dengan dibantu oleh Bujangga Sakti dan Bujangga
Leuwih membangun sebuah kerajaan yang sangat megah tentuya dengan bantuan dari
kerajaan Pulosari, kerajaan dimana asal lutung tersebut. Akhirnya adanya sebuah
kerajaan dan pemukiman yang cukup ramai di Gunung Cupu terdengar sampai ke
Kerajaan pasir Batang. Purbararang yang mendengar berita tersebut kaget dan
amarahnya memuncak, ia berencana untuk memberi pembalasan kepada Purbasari
dengan bagaimanapun caranya. Suatu hari Purbarang melalui pengawalnya menyuruh
Purbasari untuk membendung sungai Baranangsiang dalam waktu 7 hari jika
keinginangya tidak dapat terpenuhi maka Purbasari akan menerima hukuman. Hal
ini sangatlah tidak mungkin dilakukan. Ini merupakan tipu muslihat Purbararng
agar bisa melenyapkan Purbasari. Karena dibantu oleh lutung sakti itu maka
persyaratan tersebut dapat dilakukan. Akhirnya Purbasari lolos dari hukuman.
Dan ini menyebabka Purbararang tambah geram. Ternyata usaha purbararang tidak
berhenti sampai disitu. Ia berusaha dengan berbagai tipu muslihat untuk
melenyapkan Purbasari. Kali ini Purbararang mendapat laporan dari salahsatu
kepala desa bahwa ada satu desa yang sedang diobrak-abrikan oleh keganasan Mahesa
Jalang, yakni kerbau liar yang sangat ganas. Banyak orang yang mencoba
mengendalikan Mahesa jalang namun gagal. Hal ini menimbulkan fikiran jelek pada
Purbararang untuk memanfaatkan keadaan ini. Akhirnya dia menyuruh Purbasari
melalui pengawalnya untuk membawa Mahesa Jalang baik dalam keadaan hidup atau
mati ke kerajaan Pasir Batang. Tentu ini sangat meresahkan Purbararng, karena
ia tahu itu sama saja dengan mengorbankan nyawanya sendiri. Tetapi Purbararng
tidak mau mendengar alasan adiknya itu. Purbararngpun meminta saran kepada
lutung dan kedua pengawalnya, lutung pun memberikan sapu tangan yang berisi
ramuan agar siapapun yang menghirup ramuan tersebut akan jinak selama beberapa
jam. Akhirnya Purbararang dengan lutung pergi kehutan dimana Mahesa jalang tersebut
berada. Melihat purbararang mendekatinya, Mahesa Jalang sudah terlihat akan
menyerang, lutung kasarung langsung mengalihkan perhatian Mahesa Jalang pada
dirinya, ketika itu Purbasari langsung menyodorkan sapu tangan itu ke penciuman
Mahesa Jalang, tiba-tiba Mahesa Jalang langsung terlihat lemas dan jinak.
Dengan gampangnya Purbasasri membawa Mahesa Jalang ke istana pasir batang.
Semua penduduk tersenta kaget melihat Purbasari bisa menjinakan Mahesa Jalang
dan duduk dipunggungnya. Melihat keadaan itu Purbararang tambah geram akan
tetapi ia tidak bisa menerima kekalahannya. Setelah menyerahkan Mahesa Jalang
lalu Purbasari dam lutung pergi kembali ke Gunung Cupu. Tiba-tiba tali pengikat
Mahesa Jalang lepas, Purbararang tidak tahu kalau obat penenangnya telah habis.
Sontak Mahesa Jalang langsung memporak-porandakan seisi istana, setelah puas
memporak-porandakan istana, Mahesa Jalang tiba-tiba menghilang entah kemana.
Tidak sampai situ Purbararang belum puas jika belum melenyapkan Purbasari.
Suatu hari Purbararang mengutus pengawalnya untuk memberitahukan adanya
perlombaan. Perlombaan menanam huma, akan tetapi Purbararang curang, ia
memberikan tanah yang berbatu dan tidak subur pada Purbasari, sedangkan dirinya
tanah yang subur dan gembur. Lutung tahu akan niat liciknya, pada malam harinya
lutung menukar tanah tersebut. Dan akhirnya perlombaan menanam huma dimenangkan
oleh Purbasari. Purbasari membagikan hasil panenya pada seluruh rakyat pasir
batang. Semua rakyat memuji kebaikan Purbasari dan menginginkan Purbasari
memimpin Kerajaan Pasir Batang. Apalagi semua rakyat sudah geram dengan
perlakuan Purbararang yang sewenang-wenang. Tiba-tiba seluruh rakyat Pasir
Batang berduyun-duyun didepan kerajaan dan meminta Purbararang untuk segera
turun tahta dan digantikan oleh Purbasari yang sebenarnya pewaris yang sah.
Purbararang mau turun tahta asalkan Purbasari harus mempunyai kain sinjang yang
sangat anggun dan berwibawa, mempunyai selendang yang bagus, dapat memasak
makanan yang lezat dan disukai orang banyak, lalu bila diurai rambutnya harus
melebihi panjang rambut Purbararang dan yang terakhir sebagai calon ratu harus
mempunyai calon pendamping yang cakap dan tampan. Bila salah satu tidak dapat
dipenuhi berarti gagal. Awalnya Purbasari ragu akan mengikuti perlombaan itu,
tetapi karena lutung selalu menyemangatinya akhirnya iapun setuju. Diam-diam
lutung dan kedua bujangganya berdiskusi akhirnya disepakati untuk meminta
bantuan dari Ratu sunan ambu, ibunda lutung kasarung. Keesokan harinya Bujangga
Leuwih pergi menuju Kerajaan Pulosari. Setelah melewati perjalaan 3 hari 3
malam akhirnya sampai. Ia disambut dengan ramah oleh Ratu Sunan Ambu, setelah
bercerita panjang lebar mengenai putranya lutung kasarung dan Purbasari
akhirnya Ratu Sunan Ambu memerintahkan untuk menyiapkan selendang dan kain
sinjang terbagus. Dan tak lupa membawakan juru masak terbaik dinegerinya.
Rombongan dari Pulosari akhirnya sampai di Gunung Cupu setelah memakan waktu 5
hari 5 malam. Keesokan paginya rombongan dari Purbasari menggunakan pakaian
sederhana menuju alun-alun pasir batang
tempat diadakannya lomba. Pertandingan mengenai selendang, kain sinjang,
makanan dan panjangnya rambut dimenangkan oleh Purbasari, akan tetapi tentang
pertandingan kelima ini membuat Purbasari was-was. Setelah dibunyikan gong
tanda mulai dengan pedenya Purbararang menggandeng Indrajaya, sekarang giliran
Purbasari. Lalu dengan tegasnya ia
memperkenalkan tunangannya adalah lutung kasarung. Semua orang kaget dan
tercengang. Semu rakyatpun tahu bahwa ini merupakan kekalahan bagi Purbasari
dan sekaligus kekalahan bagi rakyat Pasir Batang. Purbararang dan Indrajawa
tertawa terkekeh-kekeh melihatnya. Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar
tubuh lutung kasarung, semua orang mengira lutung tewas terbakar, tetapi lutung
tresebut tiba-tiba berubah menjadi pria yang sangat tampat melebihi Indrajaya.
Purbasaripun kaget dibuatnya. Lutung atau Pangeran Minda Kahyangan pun akhirnya
menjelaskan asal-usulnya, bagaimana ia bisa berubah mnejadi lutung sampai bisa
berubah menjadi seperti sekarang. Akhirnya semua perlombaan dimenangkan oleh
Purbasari. Semua rakyat gembira dibuatnya. Tanpa sepengetahuan Purbarasari,
Purbararang, Indrajaya dan pengawal setianya mencoba kabur, untunglah salah
satu pengawal Purbasari mengetahuinya dan langsung memberitahukan kejadian ini.
Pasukan Purbasari langsung memburu Purbararang dan lainnya hingga ketengah
hutan. Setelah lelah berlari seharian akhirnya mereka menyerahkan diri. Dan
mereka pun dipenjara setelah bebas mereka dipekerjakan diistana menjadi pelayan
istana. Akhirnya pernikahan antara putri Purbasari dengan pangeran Guru Minda
Kahyangan dilangsungkan 7 hari 7 malam. Prabu Tapa Agung dan Ratu Sunan Ambu
pun turut serta dalam acara tersebut. Acara tersebut sekaligus peresmian
pewaris tahta kerajaan galuh yang sah yaitu putri Purbasari. Akhirnya mereka
berduapun hidup bahagia selamanya.
Beauty and The Beast
Pada jaman dahulu dinegeri antah berantah ada sebuah
istana yang berdiri megah, diistana tersebut tinggalah seorang pangeran yang
gagah akan tetapi pangeran tersebut mempunyai perangai yang buruk. Ini semua
karena ia hidup sangat berkecukupan apa yang diinginkannya dapat tercapai,
akhirnya si pangeran tumbuh menjadi seorang pemuda yang sombong dan serakah.
Pada suatu hari ada seorang nenek tua jelek yang ikut berteduh diistana, si
pangeran yang melihatnya langsung mengusirnya serta mencela dan mencemoohnya.
Sang nenek mencobanya lagi dan berjanji akan memberikan sekuntum mawar sebagai
imbalan, akan tetapi si pangeran tetap bersikeras dan mengusirnya. Tiba-tiba
nenek tua itu berubah wujud menjadi peri yang elok nan cantik. Lalu sang peri
mengutuk si pangeran menjadi sesosok yang jelek. Si pangeran meminta maaf, akan
tetapi sudah terlambat. Kutukan tersebut dapat hilang jika ada seorang gadis yang
benar-benar tulus mencintai si pangeran yang menjadi buruk rupa itu dan jika
kelopak mawar tersebut rontok sampai habis dan si pangeran belum menemukan
gadis tersebut, maka ia akan menjadi buruk rupa selamanya. Si pangeranpun
menjadi murung dan menyendiri dipuri istana.
***
Disebuah
desa tinggalah seorang gadis cantik bernama Bella, ia tinggal berdua dengan
ayahnya yang bernama Morish. Ayahnya seorang ilmuwan yang suka bereksperimen.
Sedangkan Gaston, adalah seorang pemuda gagah perkasa yang mencintai Bella, ia
seorang laki-laki yang menjadi pujaan gadis-gadis didesanya, dia juga seseorang
yang sombong dan kasar. Pada suatu hari, ayahnya Bella akan pergi kekota, ia
hanya ditemani dengan seekor kuda, akan tetapi ditengah perjalanan, turun hujan
deras dan akhirnya ia tersesat. Melihat ada sebuah kastil tua ditengah hutan,
ayah Bella memutuskan untuk masuk dan berteduh disana. Siburuk rupa tersebut
kaget melihat ada seseorang dikastilnya, ia pun akhirnya menyandera ayah Bella.
Ayah Bella ditawan dan ditahan dipenjara kastilnya. Bella panik mencari ayahnya
yang tak kunjung pulang. Ia memutuskan untuk mencari ayahnya, dengan bantuan
kuda yang pernah menemani ayahnya itu, akhirnya Bella menemukan kastil tua
dimana ayahnya disandera. Disana Bella menemukan ayahnya didalam penjara,
akhirnya Bella menggantikan posisi ayahnya dan menjadi tawanan dikastil
selamanya. Morish, ayahnya pulang kedesanya, disana ia meminta bantuan para
penduduk desa untuk membantunya agar dapat membebaskan Bella, akan tetapi warga
menhiraukannya dan menganggap Morish gila. Diistana, Bella selalu pendapat
perlakuan keras dari siburuk rupa, ia selalu dimarahi dan dibentak-bentak.
Sebenarnya siburuk rupa ingin memperlakukan Bella dengan baik dan ingin
berteman baik dengan Bella, akan tetapi ia terlalu gengsi, dan tidak mau
terlihat lemah didepan seorang gadis. Pada suatu hari, Bella masuk kedalam
ruangan yang berada disayap kiri kastil, dimana siburuk rupa melarang siapapun
untuk masuk kedalam sana, Bella penasaran dan akhirnya perbuatannya diketahui
oleh siburuk rupa. Siburuk rupa marah, Bella menangis dan pergi dari kastil.
Ditengah perjalanan Bella diserang oleh segerombolan serigala, akan tetapi
untunglah siburuk rupa cepat-cepat menysuul Bella dan melawan segerombolan
serigala tersebut. Akibatnya, siburuk rupa terluka, dengan sabar dan
perhatiannya, Bella merawat siburuk rupa sampai sembuh. Disitulah awal
keakraban mereka berdua, Bella dan siburuk rupa menjadi teman baik. Mereka
berdua selalu bersama-sama. Siburuk rupapun perangainya mulai berubah menjadi
lebih baik sejak dekat dengan Bella.
Siburuk rupa sadar bahwa ia diam-diam mencintai Bella, akan tetapi ia
tahu bahwa Bella tidak mungkin mau bersamanya dan bisa membebaskan dirinya dari
kutukan itu. Waktu yang selalu mereka berdua habiskan bersama-sama juga membuat
Bella sadar bahwa dia merasa nyama bersama siburuk rupa itu. Pada suatu hari
Bella ingin mengetahui keadaan ayahnya yang sudah lama dia tinggalkan seorang
diri, melalui cermin ajaib, Bella dengan sangat mudah dapat melihat keadaan ayahnya
itu, dia menangis ketika melihat bahwa ayahnya sedang sakit. Siburuk rupa tidak
tega melihat orang yang dia cintai menangis dan bersedih. Siburuk rupa
memutuskan bahwa Bella sudah diperbolehkan pulang. Seketika itu, Bella langsung
pulang kedesanya. Ia tidak sabar ingin bertemu dan merawat ayahnya sampai
sembuh. Sepeninggal Bella, siburuk rupa sering melamun sendiri, dia merasa
kehilangan setelah ditinggal oleh Bella. Hidupnya pun mulai kurang bersemangat.
Setelah Bella kembali kedesanya, Gaston selalu berusaha untuk mendapatkan
Bella, ia selalu berusaha melakukan segala cara agar mendapatkan Bella. Gaston
tau bahwa Bella dekat dengan siburuk rupa, si penghuni kastil tua itu.
Gastonpun merasa terancam dengan keadaan itu. Akhirnya Gaston berencana untuk
melenyapkan siburuk rupa. Bella yang mengetahui rencana itu, segera
mencegahnya, tapi nihil. Usahanya untuk mencegah Gaston dan penduduk desanya
berakhir sia-sia. Malam harinya, Gaston dan semua penduduk beramai-ramai
mendatangi kastil tua itu. Disana Gaston dan penduduk menghancurkan dan
memporak-porandakan seisi kastil. Gaston mengelilingi seisi kastil, tapi dia
tidak menemukan siburuk rupa itu, akhirnya diruangan disayap kiri, Gaston
menemukan siburuk rupa sedang melamun, dengan sigap, Gaston langsung mencoba
melukai siburuk rupa. Siburuk rupa tahu, dia langsung menghindar dan tidak
melawan sama sekali. Akan tetapi, siburuk rupa akhirnya terluka terkena benda
tajam yang Gaston sayatkan diperutnya. Ia terjatuh. Bella yang sebenarnya
mengikuti Gaston dari belakang, menlihat keadaan siburuk rupa yang sekarat,
langsung menghampirinya. Siburuk rupa senang karena ia tahu bahwa Bella telah
kembali. Setelah melihat Bella siburuk rupa tak sadarkan diri. Bella menangis,
tiba-tiba dia mengatakan bahwa dia sangat mencintai siburuk rupa itu, dan Bella
tidak mau kehilangannya. Gaston yang setelah melukai siburuk rupa dengan benda
tajamnya, jatuh kedalam jurang karena terpeleset dan akhirnya mati. Setelah
Bella mengatakan hal itu, tiba-tiba ada cahaya terang yang mengelilingi siburuk
rupa itu. Siburuk rupa tiba-tiba berubah wujud menjadi seorang pria yang sangat
tampan.semua penduduk yang melihatnya tercengang dibuatnya termasuk Bella.
Akhirnya sang pangeran yang dulu jelmaan dari siburuk rupa menikah dengan Bella
dan hidup bahagia selamanya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Karya sastra dari zaman ke zaman
selalu mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang
tertarik akan karya sastra itu sendiri. Karya sastra tersebut dapat berupa
puisi, prosa dan drama. Puisi tulis seperti kakawin, kidhung, suluk, tembang
macapat, geguritan. Puisi lisan seperti puisi tradisional dll. Sedangkan dalam
prosa, yaitu prosa tulis seperti novel, crita cekak. Prosa lisan seperti cerita
rakyat, legenda, dongeng. Selain dari jenis karya sastra itu sendiri dari segi
cara menganalisis atau menilai sebuah karya sastrapun terdapat banyak ragam
cara. Cara tersebut disesuaikan dengan jenis masing-masing karya sastra.
Penilaian terdahap karya sastra tidak lepas dari peran pembaca sebagai penikmat
karya sastra. Disini pembaca dapat secara bebas memberikan penilaian terhadap
karya sastra itu sendiri sesuai dengan pemikirannya masing-masing.
Dalam menganalisis karya sastra, dapat digunakan dengan berbagai macam
teori, seperti menggunakan teori Intertekstual, Struktural Genetik, Feminisme
dll. Akan tetapi dalam makalah ini, cerita rakyat “Luthung Kasarung’ dan cerita
“Beauty and The Beast” digarap dengan menggunakan Teori Intertekstual, lebih
khususnya menggunakan Teori Intertekstual menurut Julia Kristeva. Prinsip
dari intertekstualitas berasal dari Prancis dan bersumber pada aliran
strukturalisme Perancis yang dipengaruhi oleh pemikiran filusuf Prancis, Jaques
Derrida dan dikembangkan oleh Julia Kristeva. Bahwa setiap teks sastra dibaca
dan harus dengan latar belakang teks-teks lain, tidak ada sebuah teks pun yang
sungguh-sungguh mandiri,
yang artinya bahwa penciptaan pembacanya tidak dapat dilakukan tanpa adanya
teks-teks lain sebagai contoh teladan kerangka. Karya sastra tidak
lahir dalam kekosongan budaya, termasuk sastra itu merupakan response (Teeww,
1983: 65). Karya sastra mempunyai hubungan
sejarah antara karya sezaman, yang mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan
sejarah ini dapat berupa persamaan atau pertentangan. Dengan hal demikian,
sebaiknya membicarakan karya sastra itu dalam hubungannya dengan karya sezaman,
sebelum, atau sesudahnya.
Hasil analisis dari karya sastra tersebut nantinya dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat membuka pikiran kita akan sastra
bandingan dan dapat mempermudah kita dalam mempelajari karya sastra lainnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari paparan latar belakang diatas, maka
permasalahan-permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut
1. Bagaimana penentuan hipogram dan
teks transformasi dari kajian intertekstual pada cerita rakyat “Luthung Kasarung”
dengan cerita “Beauty and The Beast” ?
2. Apa persamaan
dan perbedaan
pada cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast” dari
segi intrinsik maupun ekstrinsik?
3. Hubungan
atau pengaruh cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap cerita
“Beauty and The Beast”
1.3
Tujuan
Penelitian
1.
Menentukan hipogram dan teks transformasi dari kajian intertekstual
pada cerita
rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast”.
2.
Mengetahui persamaan dan perbedaan pada cerita
rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast” dari segi
intrinsik maupun ekstrinsik.
3. Mengetahui hubungan atau pengaruh cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap cerita
“Beauty and The Beast”.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian
Pustaka
Menganalisis dalam mengkomparasikan 2 karya sastra
dengan menggunakan Teori Intertekstual juga pernah dilakukan oleh Fitri Kartika Sari (2012), mengenai novel yang berjudul “Romeo dan Juliet” dengan cerita pendek yang berjudul “Uda dan Dara”. Hasil penganalisisan
tersebut mendeskripsikan bagaimana hasil menganalisis
2 buah harya sastra yang mempunyai hubungan kedekatan antara keduanya dari segi
alur cerita menggunakan Teori Intertekstual yang menjelaskan secara jelas
bagaimana persamaan dan perbedaan antara unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
yang terkandung dalam karya sastra itu.
Penanalisisan yang serupa juga pernah dilakukan oleh Dayang
Atika Kurniati (2011) mengenai novel “Surat
Kecil untuk Tuhan” dengan novel “Air
Mata Surga”. Hasil penganalisisan pada karya tersebut tidak jauh berbeda
dengan hasil analisis milik Fitri. Menganalisis mengenai persamaan dan
perbedaan antar unsur-unsur pada kedua karya sastra itu.
2.2
Landasan
Teori
Menurut Julia
Kristeva,
istilah
intertekstual secara umum dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan
teks lain. Menurutnya, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi
dari teks-teks lain. Pada setiap teks terjalin
dari kutipan, peresapan, dan transformasi teks-teks lain. Ketika
pengarang menulis
dalam melakukan analisisnya, pengarang akan mengambil komponen-komponen
teks yang lain sebagai bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Semua itu disusun
dan diberi warna dengan penyesuaian, dan jika perlu mungkin ditambah supaya
menjadi sebuah karya yang utuh. Dalam
proses menulis, seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan,
kutipan, dan pengaruh dari teks lain.
Menurut
Julia Kristeva (dalam Hutomo, 1993: 13-14), teori intertekstualitas mempunyai
kaidah dan prinsip sebagai berikut:
1. Pada
hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks.
2. Studi
intertekstualitas itu adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks.
3. Studi
intertekstualitas itu mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan
ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat.
4. Dalam
kaitan dengan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks itu sebenarnya
merupakan hasil yang diperoleh dari teks-teks lain.
5. Dalam
kaitan studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) janganlah ditafsirkan
terbatas pada bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk
bahasa.
Secara luas interteks diartikan sebagai sebuah
hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Penelitian dilakukan dengan
cara mencari hubungan-hubungan bermakna di antara dua teks atau lebih. Hubungan
antarteks ini bukan hanya mengenai pikiran-pikiran yang dikemukakan, melainkan
juga mengenai struktur penceritaan atau alurnya. Teks-teks yang dikerangkakan sebagai interteks
tidak terbatas sebagai persamaan genre, tetapi interteks juga
memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan
hipogram.
Hipogram adalah karya sastra yang menjadi latar kelahiran karya berikutnya.
Hutomo (dalam Sudikan) merumuskan hipogram sebagai unsur cerita (baik berupa
ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dan lain-lain) yang terdapat dalam suatu
teks sastra pendahulu yang kemudian teks sastra yang dipengaruhinya. Karya
berikutnya yang muncul setelah hipogram dinamakan karya transformasi. Hipogram
dan transformasi ini akan berjalan terus menerus sejauh proses sastra itu
hidup. Hipogram merupakan “induk” yang akan menghasilkan karya-karya baru.
Dalam hal ini, peneliti sastra berusaha membandingkan antara karya induk dengan
karya baru. Namun, tidak ingin mencari keaslian sehingga muncul anggapan bahwa
karya yang lama/lebih tua itu lebih baik ketimbang karya baru. Kajian intertekstual berangkat dari asumsi
bahwa karya tulis tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya.
Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat, dalam
wujudnya yang khusus berupa teks-teks kesastraan yang ditulis
sebelumya.
Secara luas interteks
diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Dengan
kata lain, interteks adalah ruang metodologis dimana pembaca mampu untuk
mengadakan asosiasi bebas terhadap pengalaman pembacaan terdahulu yang
memungkinkan untuk memberikan kekayaan bagi teks yang sedang dibaca. Penelitian
menggunakan teori interteks, dilakukan dengan cara menemukan hubungan-hubungan
bermakna diantara dua teks atau lebih. Teks-teks yang dikerangkakakn sebagai
interteks tidak terbatas sebagai persamaan genre
interteks memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk
menemukan hypogram. Hubungan antara
kedua teks tersebut tidak semata-mata sebagai persamaan, melainkan sebaliknya
sebagai pertentangan. Pemahaman secara intertekstual bertujuan untuk menggali
secara maksimal makna-makna yang terkandung dalam sebuah teks. Konsep penting
dalam teori interteks adalah hypogram.
Fungsi hypogram yaitu sebagai
petunjuk hubungan antarteks yang dimanfaatkan oleh pembaca, bukan penulis,
sehingga memungkinkan adanya perkembangan makna. Menurut teori interteks,
pembaca yang berhasil justru apabila didasarkan atas pemahaman terhadap
karya-karya terdahulu. Aktivitas interteks dilakukan dengan dua cara, yaitu a)
membaca dua teks atau lebih secara berdampingan pada saat yang sama, b) hanya
membaca sebuah teks tetapi dilatarbelakangi oleh teks-teks lain yang sudah
pernah dibaca sebelumnya.
Dalam karya sastra dikenal
dengan adanya unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut meliputi :
UNSUR-UNSUR INTRINSIK
A. Tema
adalah sesuatu yang menjadi inti cerita/pokok pikiran dalam
sebuah karya sastra.
B. Amanat
adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan
pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna yang diambil dari karya
sastra.
C. Plot/alur
adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai
akhir.
Macam-macam alur
1.
Alur
maju
adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai
akhir/masa kini menuju masa datang.
2. Alur mundur/Sorot balik/Flash back
adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup
diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa
pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
3. Alur gabungan/Campuran
adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam
pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang
peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami
oleh tokoh utama) lagi.
D. Perwatakan/penokohan
adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh
Pelaku/tokoh dalam cerita
1. Pelaku utama
adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan
selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.
2. Pelaku pembantu
adalah pelaku yang berfungsi
membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa bertindak sebagai pahlawan
mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.
3. Pelaku protagonis
adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide
kebenaran.(jujur,setia,baik hati dll)
4. Pelaku antagonis
adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis
(penipu, pembohong dll)
5. Pelaku tritagonis
adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai
tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.
E. Latar/setting
Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi
pelaku dalam sebuah cerita.
Macam-macam latar
1. Latar tempat
adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di
sekolah, di kota, di ruangan dll)
2. Latar waktu
adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam,
kemarin, besuk dll)
3. Latar suasana
adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira,
dingin, damai, sepi dll)
F. Sudut pandang pengarang
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam
membawakan cerita.
Sudut pandang dibedakan atas :
1. Sudut pandang orang kesatu
adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat
langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku,
saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)
2. Sudut pandang orang ketiga
adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan
tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia,
mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)
UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi
bangun cerita sebuah karya.
a. Latar belakang penciptaan : berkaitan
dengan tujuan dari karya sastra.
Tujuan pengarang adalah agar masyarakat tidak melupakan cerita rakyat yang terdapat didaerahnya masing-masing sekaligus dalam rangka upaya melestarika kaerya sastra agar tetap dikenal oleh masyarakat luas.
Tujuan pengarang adalah agar masyarakat tidak melupakan cerita rakyat yang terdapat didaerahnya masing-masing sekaligus dalam rangka upaya melestarika kaerya sastra agar tetap dikenal oleh masyarakat luas.
b. Sejarah latar belakang pengarang
: berkaitan dengan kondisinya seperti sosial, masyarakat dari
karya sastra sosial.
Tujuan pengarang agar masyarakat setelah
membaca karya satra tersebut dalam mengambil nilai-nilai luhur dari karya
sastra itu dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena
kita tahu bagaimana keadaan sosial masyarakat saat ini.
c. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan
adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial,
budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan, berkaitan dengan kondisi sekarang dari
karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat.
Agar setelah membaca dan dapat
mengimplemantasikannya dalam kehidupan sehari-hari, kondisi masyarakatnya dapat
berubah dan menjadi lebih baik.
d. unsur psikologis : berdasarkan
psikologis pengarang.
Cerita yang berbentuk tulis tersebut, tentu
dalam penyusunanya sangat terkait dengan psikologi pengarang saat itu/saat
menyusun karya sastra tersebut. Dapat diberi bubuhan tambahan sesuai dengan
psikologi pengarang saat itu, dapat dibubuhkan dari segi ceritanya maupun gaya
bahasanya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Pendekatan
Pada penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Pendekatan ini dilakukan dengan
menganalisis hasil penelitian yang berupa deskripsi-deskripsi.
3.2
Sumber Data
Sumber data
dalam penelitian ini yaitu cerita rakyat “Lutung Kasarung” yang diambil dari Buku
cerita rakyat “Lutung Kasarung” sedangkan cerita Disney “Beauty and The Beast”
diambil dari film Disney “Beauty and The Beast”.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kajian intertekstualitas dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah
teks (sastra), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya
untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan,
peristiwa, plot, penokohan, (gaya) bahasa, dan lainnya, di antara teks yang
dikaji. Maupun unsur-unsur ekstrinsik seperti unsur sejarah, budaya, agama yang menjadi bagian
dari komposisi teks. Berikut ini merupakan penjabaran terkait hubungan
intertekstual yang terdapat dalam cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and
The Beast”.
1. Hipogram dan
Teks Transformasi
Cerita rakyat yang berjudul “Luthung Kasarung” merupakan teks hipogramnya,
karena kita tahu bahwa cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat itu sudah ada
dari sejak jaman dahulu/jaman nenek moyang dan sudah diketahui secara
turun-temurun. Sedangkan cerita “Beauty and The Beast” merupakan teks
tranformasinya, karena kita tahu cerita
bergenre “Disney” ini hadir pada masa-masa yang sudah mengalami modernisasi.
2. Persamaan
dan perbedaan cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The
Beast” dari segi intrinsik maupun ekstrinsik dalam kajian Intertekstual.
Unsur
Intrinsik
Persamaan
·
Sudut pandang
Pada kedua cerita tersebut, menggunakan sudut pandang
orang ketiga, dia serba tahu karena pengarang berada diluar cerita.
·
Alur atau plot
Pada cerita rakyat “Luthung Kasarung” maupun “Beauty and The Beast” alur cerita yang digunakan adalah alur maju.
Terbukti pada alur cerita “Luthung Kasarung”:
Tahap awal
1.
Purbasari diusir dari istana Pasir Batang
2.
Pangeran Guru mindha dikutuk menjadi seekor luthung
dan tinggal digunung Cupu
Tahap tengah
1.
Luthung berulah dikerajaan Pasir Batang dan memicu
keributan
2.
Luthung kembali kegunung Cupu
3.
Purbasari memenangkan tantangan membendung Leuwi
Sipatahunan
4.
Purbasari memenangkan tantangan menangkap Mahisa
Jalang
5.
Purbasari memenangkan tantangan menanam huma
Tahap akhir
1.
Purbasari diangkat menjadi ratu dikerajaan Pasir
Batang
2.
Luthung berubah kembali menjadi pangeran Guru Minda
3.
Purbasari dan pangeran Guru Mindha menikah dan hidup
bahagia
Sedangkan pada cerita “Beauty and The Beast” alur ceritanya :
Tahap awal
1.
Pangeran dikutuk menjadi buruk rupa karena berbuat
suatu kesalahan
2.
Ayah sang gadis pergi kekota
3.
Ayah dari sang gadis berlindung dikastil milik si
buruk rupa ketika tersesat dan ada hujan badai
4.
Ayah sang gadis ditangkap lalu ditawan
Tahap tengah
1.
Sang gadis mencari ayahnya yang tak kunjung pulang
2.
Sang gadis menemukan barang milik ayahnya disekitar
kastil
3.
Sang gadis menemukan ayahnya sedang ditawan
4.
Sang gadis menggantikan posisi ayahnya jadi tawanan
5.
Sang gadis menjadi pelayan si buruk rupa
6.
Si buruk rupa menjadi baik
7.
Si bururk rupa mencintai sang gadis
8.
Si buruk rupa ditangkap penduduk dan dihajar
9.
Sang gadis merawat si buruk rupa
Tahap akhir
1.
Sang gadis mencintai si buruk rupa
2.
Sang gadis menyatakan cintanya kepada si buruk rupa
3.
Si buruk rupa berubah menjadi pangeran tampan
4.
Sang gadis dan sang pangeran menikah dan hidup bahagia
·
Tema
Antara cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The
Beast” memiliki kesamaan pada tema, yaitu kedua-duanya sama-sama berujung pada
pencarian cinta sejati yang bisa merubah wujud si buruk rupa/luthung karena
sebuah kutukan menjadi kewujud semula yaitu seorang pangeran.
·
Latar belakang kehidupan
Pada cerita keduanya, sama-sama memiliki latar belakang yang sama yaitu
bersifat istanasentris. Sama-sama berlatarbelakng kerajaan, sama-sama keturunan
dari sebuah kerajaan.
·
Amanat
Keduanya memiliki amanat yang sama yaitu agar selalu berbuat baik kepada
siapa saja, Karena perbuatan baik itu akan mendatangkan keberuntungan. Juga
kita tidak boleh memperlakukan orang lain/sesama makhul secara sewenang-wenang
dan bertindak dengan pandang bulu. Serta tidak boleh sombong atau serakah.
·
Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat “Lutung Kasarung” maupun
cerita Disney “Beauty and The Beast” sudah bagus, to the point, tidak berbelit-belit, jelas dan mudah dipahami oleh
semua usia karena bahasanya yang mudah dimengerti.
Perbedaan
·
Tokoh dan penokohan
Pada kedua cerita tersebut, tokoh utamanya sama-sama
merupakan jelmaan dari seorang pangeran. Sama-sama mencari cinta sejati yang
dapat menghilangkan kutukan tersebut. Tokoh pada cerita rakyat “Lutung Kasarung”, tokoh utamanya
adalah Lutung Kasarung yang merupakan jelmaan dari pangeran Guru Minda
Khayangan, sedangkan pada cerita Disney “Beauty and The Beast” tokoh utamanya
yaitu siburuk rupa, yang juga merupakan jelmaan dari seorang pangeran.
Perbedaan pada kedua tokoh tersebut, yaitu pada cerita rakyat “Lutung Kasarung”
tokoh utama dikutuk Ibundanya sendiri akibat kesalahpahaman antara tokoh utama
dengan Ibundanya, dan sifat tokoh utama dari awal sampai akhir cerita sama,
yaitu baik hati, bijaksana, penyayang, suka menolong. Sedangkan pada cerita
Disney “Beauty and The Beast” tokoh utamanya yaitu siburuk rupa dikutuk oleh
seorang nenek-nenek tua sebagai akibat dari kesombongannya sendiri. Sifat
siburuk rupa mengalami perubahan yakni pada awal cerita yaitu sombong/tamak,
kasar. Sedang pada akhir cerita sifat nya berubah menjadi baik hati, penolong,
penyayang.
Masing-masing tokoh dan penokohan pada cerita rakyat
“Lutung Kasarung” yaitu :
o Prabu Tapa Agung
Watak Prabu Tapa
Agung yaitu bijaksana, arif, adil, dan tidak suka pilih-pilih serta tidak pilih
kasih. Membuktikan sifat sebenarnya bagimana seorang pemimpin atau raja.
Bukti : “Ayah
tidak bisa memaafkanmu, karena perbuatanmu yang keji itu terhadap saudaramu
sendiri, sekarang kau keluar dari istana ini anakku Purbararang.”
o Purbasari
Tokoh Purbasari dalam cerita rakyat tersebut
merupakan tokoh protagonis dan tokoh ‘hero’. Purbasari memiliki watak baik
hati, penyayang, sabar, cerdas, ulet. Hal ini dapat dilihat pada deskripsi dan
percakapan.
Purbasari telah tumbuh menjadi gadis
yang cantik jelita dan berbudi pekerti luhur. (hal 11).
o Purbararang
Tokoh Purbararang dalam cerita rakyat
tersebut merupakan tokoh antagonis. Purbararang memiliki watak iri, licik,
serakah, angkuh, kasar. Hal tersebut dapat dilhat percakapan tokoh.
“Hal ini tidak boleh dibiarkan!
Kecantikannya harus diredam atau dimusnahkan. Aku akan menghubungi para ahli
ramuan dan obat-obatan,” kata Purbararang dengan penuh kebencian. (hal 12).
“Heh, lutung bodoh, ambilkan teropong
itu! Dasar lutung! Mestinya kau mengambilnya sebelum ku perintah!” (hal 50).
o Purba Indah, Purba Dewata, Purba Kencana, Purba Manik
Watak dari
keempat gadis tersebut tidak jauh berbeda dengan Purbararang, serakah, tidak
punya hati.
Bukti : “Haha,
setelah terkena bubuk itu, kulit Purbasari akan berubah menjadi hitam legam
Dinda Purbararang.”
o Purba Leuwih
Watak Purba
Leuwih mirip dengan Purbasari, ia baik hati, suka menolong, penyabar,
penyayang.
Bukti :
“Sudahlah Dinda Purbararang, jangan kau sakiti terus Dinda Purbasari, dia itu
saudara kita.”
o Lutung
Kasarung
Tokoh lutung kasarung merupakan tokoh
protagonis. Dalam cerita rakyat tersebut watak lutung yaitu baik hati, suka
menolong, bijaksana, penyayang.
“Paman aku ingin kalian mencari ramuan
yang dapat membantu Purbasari terlepas dari ramuan jahat yang telah membuatnya
menjadi hitam legam sepertti ini.” (hal. 57).
o Ratu
Sunan Ambu
Tergesa-gesa
dalam mengambil keputusan, tapi baik hati dan bijaksana.
Dapat dilihat pada dialog berikut.
“Apa? Keterlaluan, mungkinkah ada
perempuan yang mirip dengan bunda? Atau jangan-jangan kau mencintai ibumu sendiri?
Kau seperti lutung saja.” Ucap Ratu Sunan Ambu dengan marah. (hal 22).
o Bujangga
Leuwih dan Bujangga Sakti
Wataknya baik hati, bijaksana, pintar.
Terbukti pada percakapan berikut.
“Tuan putri tidak usah khawattir,
percayakan semua pada kami,” ujar Bujangga Sakti menutup pembicaraan. (hal 96).
o Mang
Lengser
Watak Mang Lengser pada cerita
ttersebut, baik hati, penakut. Terlihat pada percakapan dibawah ini.
“Hamba tidak dapat berkata apa-apa.
Semoga Tuan Putri senantiasa bersabar dan mendapat perlindungan Tuhan Yang Maha
Agung.” jawab Lengser dengan iba. (hal 16).
o
Emban Asih
Watak Emban Asih itu baik hati, penyayang, sabar dan
setia.
Masing-masing tokoh dan penokohan pada cerita Disney
“Beauty and The Beast”, yaitu :
o Siburuk rupa/pangeran
Watak siburuk
rupa pada awal cerita yaitu tamak/sombong, kasar. Sedangkan pada akhir cerita
si buruk rupa mengalami perubahan sifat menjadi baik hati, penyayang, penolong.
Bukti :
“Sekarang, cepat kau enyah dari kastilku ini nenek tua jelek!”
Bukti :
“Sekarang lebih baik kau pulang Bella, ayahmu tentu sangat merindukanmu.”
o Bella
Watak Bella
yaitu sabar, baik hati, penyayang, bijaksana, rela berkorban.
Bukti : “Aku
tidak akan meninggalkanmu dengan keadaanmu seperti ini, aku akan merawatmu
sampai sembuh.”
Bukti : “Tolong,
bebaskan ayahku, sebagai gantinya tawanlah aku.”
o Morish/ayah Bella
Watak
Morish/ayah Bella yaitu humoris, baik hati, penyayang, sabar, bijaksana.
Bukti : “Tolong
bantu aku untuk membebaskan anakku Bella yang tertangkap dikastil itu!”
o Morgan
Watak Morgan
yaitu ambisisus, kasar, keras, mudah emosi.
Bukti : “Aku
harus bisa mengambil perhatian Morish, agar aku bisa mendapatkan Bella.”
·
Budaya
Pada cerita “Luthung Kasarung”, budayanya lebih kearah budaya masyarakat
Jawa. Sedangkan pada cerita “Beauty and The Beast” budayanya lebih kearah
barat-baratan.
·
Latar
Perbedaan
latar yang terdapat pada cerita rakyat “Lutung Kasarung” dan cerita Disney
“Beauty and The Beast” terletak pada latar tempat dan sosial. Dalam cerita
rakyat “Lutung Kasarung” latar tempatnya terjadi didaerah Galuh/Ciamis Jawa
Barat, kaki gunung Cupu. Latar sosial yang
terjadi pada cerita rakyat tersebut yaitu masyarakat yang tradisional yang
masing menjunjung nilai-nilai tradisi yang ada pada masyarakat maupun tradisi
yang sudah ada sejak turun-temurun. Masyarakatnya juga masih sangat patuh akan
apa yang diperintah oleh raja/yang berkuasa pada saat itu, tidak berani
melawan/menetang apapun keputusan pemimpin meskipun keputusan itu salah/keliru.
Masyarakatnya masih kental dengan tradisi perjodohan. Latar
waktu pada cerita Lutung Kasarung yaitu masa remaja Purbasari, yaitu ketika
Purbasari berumur 18 tahun, yang diceritakan bahwa kekuasaannya akan kerajaan
dialihtangankan untuk sementara kepada kakaknya Purbararang sampai ia dewasa. Ketika
sudah dewasa, kekuasaan tersebut bukannya diberikan kepada Purabasari/yang
berhak, malah ia pertahankan agar tetap menjadi miliknya dan berusaha
menyingkirkan Purbasari.
Latar waktunya pun pada masa-masa kerajaan dimana
perebutan kekuasaan sedang banyak terjadi.
Sedangkan
latar yang terdapat pada cerita Disney “Beauty and The Beast” latar tempatnya
yakni disebuah desa yang tentram, damai
serta disebuah kastil tua. Latar sosialnya yakni masyarakatnya kental
dengan nuansa pedesaan, seperti kegiatan sehari-harinyapun cerminan masyarakat
desa seperti bercocok tanam dan berternak. Interaksi/ hubungan sosial dalam
masyarakatnya pun sangat terjalin, sesuai dengan kondisi masyarakat pedesaan
pada umumnya.
Unsur Ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi
bangun cerita sebuah karya.
a. Latar belakang penciptaan (berkaitan dengan
tujuan dari karya sastra).
Tujuan pengarang adalah agar masyarakat tidak melupakan cerita rakyat yang terdapat didaerahnya masing-masing termasuk salahsatu cerita rakyat yang berjudul “Lutung Kasarung”. Sekaligus dalam rangka upaya melestarikan karya sastra agar tetap dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan pada cerita Disney “Beauty and The Beast” tujuannya hanya untuk hiburan semata bagi masyarakat umum.
Tujuan pengarang adalah agar masyarakat tidak melupakan cerita rakyat yang terdapat didaerahnya masing-masing termasuk salahsatu cerita rakyat yang berjudul “Lutung Kasarung”. Sekaligus dalam rangka upaya melestarikan karya sastra agar tetap dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan pada cerita Disney “Beauty and The Beast” tujuannya hanya untuk hiburan semata bagi masyarakat umum.
b. Sejarah latar belakang pengarang (berkaitan
dengan kondisinya seperti sosial, masyarakat dari karya sastra sosial).
Tujuan pengarang agar masyarakat setelah
membaca cerita rakyat yang berjudul “Lutung Kasarung” tersebut, dapat mengambil
nilai-nilai luhur dari karya sastra itu dan dapat mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari karena kita tahu bagaimana keadaan sosial masyarakat saat
ini. Sama halnya dengan cerita Disney “Beauty and The Beast”, tujuannya selain
untuk hiburan bagi masyarakat umum, didalamnya juga terdapat point-point
plus/penting yang dapat diambil dan dapat diimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan
adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya, politik
pada saat karya sastra diciptakan, berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang
pemanasan global atau kondisi masyarakat. Keadaan masyarakatnya pada cerita
rakyat “Lutung Kasarung” tentu tidak jauh berbeda dengan gambaran/cerita yang
ada pada karya sastra, secara umumnya memiliki kesamaan. Akan tetapi lain
halnya dengan cerita Disney, “Beauty and The Beast” cerita tersebut diciptakan
pada jaman modern, jaman sekarang. Jadi kondisi cerita dengan mayarakatnya
dalam hal ekonomi, sosial, budaya tentu jauh berbeda.
d. unsur psikologis : berdasarkan
psikologis pengarang.
Cerita yang berbentuk tulis tersebut, tentu
dalam penyusunanya sangat terkait dengan psikologi pengarang saat itu/saat
menyusun karya sastra tersebut. Dapat diberi bubuhan tambahan sesuai dengan
psikologi pengarang saat itu, dapat dibubuhkan dari segi ceritanya maupun gaya
bahasanya. Baik itu pada cerita rakyat “Lutung Kasarung” maupun cerita Disney
“Beauty and The Beast” unsur psikologis pengarang tentu tertuang pada segi
cerita maupun gaya bahasanya.
3. Hubungan atau pengaruh cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap cerita
“Beauty and The Beast”.
Cerita Disney “Beauty and The Beast” secara tidak langsung ada kaitan
atau hubungan dengan cerita rakyat “Lutung Kasarung”. Terlihat diantara
keduanya memiliki persamaan, baik dari alur cerita maupun tema cerita yang
sama-sama berisi bagaimana perjuangan seseorang yang dikutuk menjadi sesosok
yang buruk agar dapat kembali menjadi sosok aslinya yakni seorang pangeran. Jadi,
hubungan intertekstual antara cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap cerita
“Beauty and The Beast” adalah hubungan perluasan atau pengembangan, adanya
kesejajaran diantara keduanya, yakni sama-sama
memiliki tujuan untuk mencari cinta sejati dimana cinta
tersebut dapat mengubah dirinya dari sesosok yang buruk rupa kembali menjadi ke
sesosok aslinya yaitu seorang pangeran.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan dengan menganalisis
karya sastra dengan menggunakan teori intertekstual, kita dapat mengetahuai
lebih jelas isi dari masing-masing karya sastra tersebut. Baik itu dari segi
unsur intrinsik maupun ekstrinsik dari masing-masing karya sastra itu yang
didalamnya terdapat persamaan maupun perbedaanya. Dengan menggunakan teori
tersebut dalam mebandingkan kedua karya sastra itu, kita juga lebih tahu akan
perbedaan yang terjadi pada keduanya. Para pembacapun dapat memahami karya
sastra itu lebih gamblang. Maka dari itu dengan adanya
analisis ini, diharap dapat memberi
wawasan pada kita tentang dunia sastra
pada umumnya dan mengenai cerita rakyat “Lutung Kasarung” sendiri maupun cerita Disney
“Beauty and The Beast”.
4.2
Saran
Diharapkan pembaca dapat melakukan analisis lagi dengan metode/teori yang
lain baik itu pada karya sastra berbentuk cerita rakyat maupun yang lainnya.
Agar nantinya dapat menambah pemahaman pembaca yang lain mengenai karya sastra.
Pembaca diharapkan dapat mengambil nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
cerita rakyat “Lutung Kasarung” sendiri maupun cerita Disney “Beauty
and The Beast” serta dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Faruk HT. 2012. Pengantar
Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori,
Metode dan Teknik Penenlitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Luxemburg, Jan van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
makasih ya mbak infonya dan jangan lupa tolong kunjungi https://ardiblogs2734.blogspot.com
BalasHapusdan janganlupa tolong di koment.Mumpung kita sesama akun .blogspot