Selasa, 08 Juli 2014

 Teori Intertekstual dalam Analisis Komparasi Cerita Rakyat “Lutung Kasarung” dengan Cerita Disney “Beauty and The Beast”

Cerita Rakyat
‘Lutung Kasarung’
Pada jaman dahulu terdapat sebuah kerajaan didaerah Ciamis yang bernama kerajaan Galuh yang bermukim di Istana Pasir Batang. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Tapa Agung. Prabu Tapa Agung mempunyai selir, dan dari selirnya tersebut beliau mempunyai 6 orang Putri yaitu Purbararang, Purba Indah, Purba Dewata, Purba Kencana, Purba Manik dan Purba Leuwih. Beberapa lama kemudian selir tersebut wafat, dan akhirnya Baginda Raja mencari permaisuri baru. Pilihannya jatuh pada Dewi Nitisuari, dengan permaisurinya itu Baginda Raja memiliki putri yang diberi nama Purbasari. Baginda Tapa Agung merasa dirinya sudah sepuh, beliau berencana akan lengser dari pemangku tahta kerajaan. Sebenarnya yang berhak menggantikannya ketika beliau lengser adalah Purbasari karena ia merupakan putri permaisuri, akan tetapi dikala itu Purbasari masih kecil, sehingga untuk sementara waktu pemangku tahta kerajaan diserahkan kepada putri tertua yaitu Purbararang. Tahun berganti tahun dan Purbasari telah tumbuh dewasa, kecantikannya tidak bias dielakkan. Sebenarnya pada saat itu waktu yang tepat untuk mengembalikan tahta kerajaan pada Purbasari, akan tetapi lain halnya dengan Purbararang, ketika menjabat menjadi Ratu, Purbararang menjadi putri yang sombong, serakah. Ia malah berencana akan melenyapkan Purbasari. Apalagi ketika ia tahu bahwa tunangannya Pangeran Indrajaya diam-diam memuji kecantikan dan kebaikan hati Purbasari. Oleh karena itu pada suatu hari Purbararang menyuruh ahli ramuan obat istana untuk membuat bedak yang bisa menyebabkan kulit yang terkena akan berubah menjadi hitam kusam. Purbararang segera memanggil adiknya Purbasari dan dengan paksa ia membalur bedak tersebut diseluruh badan Purbasari, seketika itu, wajah tubuhnya berubah menjadi hitam. Sontak Purbasari kaget. Purbararang mengatakan kepada seluruh penduduknya bahwa Purbasari mempunyai penyakit menular dan harus diasingkan. Akhirnya atas perintah Purbararang, Purbasari diasingkan dikaki gunung Cupu, disana ia ditemani oleh 2 pengawalnya, Emban Asih dan Mang Encang.
Jauh dari Istana Pasir Batang, terdapat kerajaan Pulosari yang terletak di Gunung Pulosari. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Ratu Sunan Ambu yang dibantu oleh para punggawanya yakni Bujangga Sakti, Bujangga Tua, Bujangga Seda, Bujangga Leuwih. Ratu tersebut mempunyai putra tampan yang bernama Pangeran Minda Kahyangan, pangeran tersebut sangat meresahkan pikiran sang Ratu karena ia belum juga menikah, suatu ketika, pangeran ditanya mengapa ia belum menikah, lalu pangeran menjawab bahwa ia akan menikah dengan seorang perempuan yang mirip dengan sang Ratu, ternyata sang Ratu salah menafsirkan dikira pangeran diam-diam telah jatuh cinta kepada ibunya sendiri. Spontan sang Ratu menyumpahi bahwa pangeran kelakuannya seperti lutung. Tiba-tiba pangeran berubah wujud dari pria tampan menjadi lutung yang berbulu, hitam legam dan jelek. Ibunda Ratu sangat menyesal akan ucapannya. Secara bersamaan ada suara ghaib yang berbicara bahwa dengan wujud seperti itu pangeran akan menemui jodohnya yang berada dikaki Gunung Cupu. Akhirnya dengan doa restu sang Ratu, pangeran pergi merantau ke kaki Gunung Cupu dengan ditemani Bujangga Sakti dan Bujangga Leuwih dan mulai saat itu pangeran diberi nama baru Lutung Kasarung.
Suatu hari Purbararang bermimpi, agar ia tetap bisa menjadi penguasa, ia harus menangkap seekor lutung dan dijadikan kurban. Lalu ia menyuruh Aki Panyumpit, yaitu seseorang yang ahli dalam berburu untuk menangkap seekor lutung. Keesokan harinya Aki Panyumpit pergi ke tengah hutan, ia tidak menemukan seekor hewanpun apalagi lutung disana, lalu ia pindah kekaki Gunung Cupu, disana ia menemukan seekor lutung, akan tetapi lutung tersebut tidak bisa ditangkap, ia kaget ketika tahu lutung tersebut bias bicara. Dengan susah payah ia berusaha menangkap luhtung namun gagal. Akhirnya ia menyerah. Akan tetapi tiba-tiba lutung tersebut menghampiri Aki Panyumpit dan secara sukarela bersedia ditangkap lalu dibawa ke istana Pasir batang. Hal ini dikarenakan lutung tahu disana terdapat putri-putri yang cantik dan barangkali disana ia segera menemukan jodohnya. Akhirnya lutung ikut keistana bersama Aki Panyumpit. Benar, disana terdapat 6 gadis yang berwajah cantik, akan tetapi selama lutung tinggal disana dia melihat bahwa ke-6 gadis tersebut tidak mempunyai hati yang cantik yang sesuai dengan keinginan atau kriterianya. Tibalah hari dimana acara kurban tersebut diadakan. Ketika lutung diarak ketengah aula dan akan disembelih tiba-tiba lutung berontak. Semua ora tercengang dibuatnya dan sontak perkelahian antara lutung dengan prajurit istana tidak dapat dielakkan, karena lutung adalah jelamaan pangeran yang sakti, akhirnya lutung itu bisa mengalahkan semua prajurit dan bisa lolos. Lutung tersebut akhirnya kembali ke Gunung Cupu. Inilah awal perjumpaannya dengan Purbasari. Suatu hari lutung dan kedua pengawalnya sedang berjalan-jalan dilereng Gunung Cupu, langkah mereka terhenti ketika melihat sebuah gubug sederhana yang ada dilereng tersebut. Setelah mengamat-amati lutung mengetahui bahwa disana tinggalah seorang gadis yang berkulit hitam legam seperti dirinya. Tanpa berpikir panjang setelah lutung meminta pendapat dari Pujangga Sakti dan Pujangga Leuwih untuk tinggal bersama gadis tersebut. Lutung mencoba mendekati gadis tersebut yang tak lain adalah Purbasari, singkat cerita mereka berdua menjadi akrab dan berteman baik. Dan lutungpun tinggal bersama Purbasari dan Emban Asih serta Mang Encang. Purbasari banyak menghabiskan waktu dengan lutung itu, mereka saling bercerita satu sama lain seperti bagaimana Purbasari kulitnya menjadi hitam legam, diasingkan dilereng Gunung tersebut lalu bagaimana lutung itu bisa bicara, mempunyai kesaktian dan lainnya. Lutung juga rajin membantu Purbasari mengolah lahan miliknya, tak jarang Purbasari meminta saran kepada lutung akan semua hal yang membuatnya bingung. Suatu ketika lutung bertanya kepada Bujangga Sakti dan Bujangga Leuwih mengenai penyakit Purbasari. Bujangga Sakti yakin bahwa penyakit tersebut ada obatnya. Lalu Bujangga Sakti dan Bujangga Leuwih mencari obat penawar penyakit tersebut. Akhirnya mereka berdua menemukan obatnya. Secara diam-diam kedua Bujangga tersebut menyamar menjadi seorang tabib dan memberikan obat tersebut kepada Purbasari. Ajaib, setelah Purbasari meminum obat tersebut, kulitnya berubah menjadi sediakala dan ia terlihat sangat cantik. Lutungpun terpesona dan tercengang melihat Purbasari yang begitu cantiknya. Ketika lutung tinggal bersama Purbasari dihutan, mereka berdua dengan dibantu Emban Asih, Mang Encang, Bujangga Sakti dan Bujangga Leuwih membangun pemukiman disekitar gubug tersebut, karena banyak menghasilkan baik dari faktor ekonomi, akhirnya banyak penduduk yang bermukim didaerah itu dan daerah tersebut menjadi ramai. Secara diam-diam tanpa sepengetahuan Purbararang, lutung kasarung dengan dibantu oleh Bujangga Sakti dan Bujangga Leuwih membangun sebuah kerajaan yang sangat megah tentuya dengan bantuan dari kerajaan Pulosari, kerajaan dimana asal lutung tersebut. Akhirnya adanya sebuah kerajaan dan pemukiman yang cukup ramai di Gunung Cupu terdengar sampai ke Kerajaan pasir Batang. Purbararang yang mendengar berita tersebut kaget dan amarahnya memuncak, ia berencana untuk memberi pembalasan kepada Purbasari dengan bagaimanapun caranya. Suatu hari Purbarang melalui pengawalnya menyuruh Purbasari untuk membendung sungai Baranangsiang dalam waktu 7 hari jika keinginangya tidak dapat terpenuhi maka Purbasari akan menerima hukuman. Hal ini sangatlah tidak mungkin dilakukan. Ini merupakan tipu muslihat Purbararng agar bisa melenyapkan Purbasari. Karena dibantu oleh lutung sakti itu maka persyaratan tersebut dapat dilakukan. Akhirnya Purbasari lolos dari hukuman. Dan ini menyebabka Purbararang tambah geram. Ternyata usaha purbararang tidak berhenti sampai disitu. Ia berusaha dengan berbagai tipu muslihat untuk melenyapkan Purbasari. Kali ini Purbararang mendapat laporan dari salahsatu kepala desa bahwa ada satu desa yang sedang diobrak-abrikan oleh keganasan Mahesa Jalang, yakni kerbau liar yang sangat ganas. Banyak orang yang mencoba mengendalikan Mahesa jalang namun gagal. Hal ini menimbulkan fikiran jelek pada Purbararang untuk memanfaatkan keadaan ini. Akhirnya dia menyuruh Purbasari melalui pengawalnya untuk membawa Mahesa Jalang baik dalam keadaan hidup atau mati ke kerajaan Pasir Batang. Tentu ini sangat meresahkan Purbararng, karena ia tahu itu sama saja dengan mengorbankan nyawanya sendiri. Tetapi Purbararng tidak mau mendengar alasan adiknya itu. Purbararngpun meminta saran kepada lutung dan kedua pengawalnya, lutung pun memberikan sapu tangan yang berisi ramuan agar siapapun yang menghirup ramuan tersebut akan jinak selama beberapa jam. Akhirnya Purbararang dengan lutung pergi kehutan dimana Mahesa jalang tersebut berada. Melihat purbararang mendekatinya, Mahesa Jalang sudah terlihat akan menyerang, lutung kasarung langsung mengalihkan perhatian Mahesa Jalang pada dirinya, ketika itu Purbasari langsung menyodorkan sapu tangan itu ke penciuman Mahesa Jalang, tiba-tiba Mahesa Jalang langsung terlihat lemas dan jinak. Dengan gampangnya Purbasasri membawa Mahesa Jalang ke istana pasir batang. Semua penduduk tersenta kaget melihat Purbasari bisa menjinakan Mahesa Jalang dan duduk dipunggungnya. Melihat keadaan itu Purbararang tambah geram akan tetapi ia tidak bisa menerima kekalahannya. Setelah menyerahkan Mahesa Jalang lalu Purbasari dam lutung pergi kembali ke Gunung Cupu. Tiba-tiba tali pengikat Mahesa Jalang lepas, Purbararang tidak tahu kalau obat penenangnya telah habis. Sontak Mahesa Jalang langsung memporak-porandakan seisi istana, setelah puas memporak-porandakan istana, Mahesa Jalang tiba-tiba menghilang entah kemana. Tidak sampai situ Purbararang belum puas jika belum melenyapkan Purbasari. Suatu hari Purbararang mengutus pengawalnya untuk memberitahukan adanya perlombaan. Perlombaan menanam huma, akan tetapi Purbararang curang, ia memberikan tanah yang berbatu dan tidak subur pada Purbasari, sedangkan dirinya tanah yang subur dan gembur. Lutung tahu akan niat liciknya, pada malam harinya lutung menukar tanah tersebut. Dan akhirnya perlombaan menanam huma dimenangkan oleh Purbasari. Purbasari membagikan hasil panenya pada seluruh rakyat pasir batang. Semua rakyat memuji kebaikan Purbasari dan menginginkan Purbasari memimpin Kerajaan Pasir Batang. Apalagi semua rakyat sudah geram dengan perlakuan Purbararang yang sewenang-wenang. Tiba-tiba seluruh rakyat Pasir Batang berduyun-duyun didepan kerajaan dan meminta Purbararang untuk segera turun tahta dan digantikan oleh Purbasari yang sebenarnya pewaris yang sah. Purbararang mau turun tahta asalkan Purbasari harus mempunyai kain sinjang yang sangat anggun dan berwibawa, mempunyai selendang yang bagus, dapat memasak makanan yang lezat dan disukai orang banyak, lalu bila diurai rambutnya harus melebihi panjang rambut Purbararang dan yang terakhir sebagai calon ratu harus mempunyai calon pendamping yang cakap dan tampan. Bila salah satu tidak dapat dipenuhi berarti gagal. Awalnya Purbasari ragu akan mengikuti perlombaan itu, tetapi karena lutung selalu menyemangatinya akhirnya iapun setuju. Diam-diam lutung dan kedua bujangganya berdiskusi akhirnya disepakati untuk meminta bantuan dari Ratu sunan ambu, ibunda lutung kasarung. Keesokan harinya Bujangga Leuwih pergi menuju Kerajaan Pulosari. Setelah melewati perjalaan 3 hari 3 malam akhirnya sampai. Ia disambut dengan ramah oleh Ratu Sunan Ambu, setelah bercerita panjang lebar mengenai putranya lutung kasarung dan Purbasari akhirnya Ratu Sunan Ambu memerintahkan untuk menyiapkan selendang dan kain sinjang terbagus. Dan tak lupa membawakan juru masak terbaik dinegerinya. Rombongan dari Pulosari akhirnya sampai di Gunung Cupu setelah memakan waktu 5 hari 5 malam. Keesokan paginya rombongan dari Purbasari menggunakan pakaian sederhana  menuju alun-alun pasir batang tempat diadakannya lomba. Pertandingan mengenai selendang, kain sinjang, makanan dan panjangnya rambut dimenangkan oleh Purbasari, akan tetapi tentang pertandingan kelima ini membuat Purbasari was-was. Setelah dibunyikan gong tanda mulai dengan pedenya Purbararang menggandeng Indrajaya, sekarang giliran Purbasari.  Lalu dengan tegasnya ia memperkenalkan tunangannya adalah lutung kasarung. Semua orang kaget dan tercengang. Semu rakyatpun tahu bahwa ini merupakan kekalahan bagi Purbasari dan sekaligus kekalahan bagi rakyat Pasir Batang. Purbararang dan Indrajawa tertawa terkekeh-kekeh melihatnya. Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar tubuh lutung kasarung, semua orang mengira lutung tewas terbakar, tetapi lutung tresebut tiba-tiba berubah menjadi pria yang sangat tampat melebihi Indrajaya. Purbasaripun kaget dibuatnya. Lutung atau Pangeran Minda Kahyangan pun akhirnya menjelaskan asal-usulnya, bagaimana ia bisa berubah mnejadi lutung sampai bisa berubah menjadi seperti sekarang. Akhirnya semua perlombaan dimenangkan oleh Purbasari. Semua rakyat gembira dibuatnya. Tanpa sepengetahuan Purbarasari, Purbararang, Indrajaya dan pengawal setianya mencoba kabur, untunglah salah satu pengawal Purbasari mengetahuinya dan langsung memberitahukan kejadian ini. Pasukan Purbasari langsung memburu Purbararang dan lainnya hingga ketengah hutan. Setelah lelah berlari seharian akhirnya mereka menyerahkan diri. Dan mereka pun dipenjara setelah bebas mereka dipekerjakan diistana menjadi pelayan istana. Akhirnya pernikahan antara putri Purbasari dengan pangeran Guru Minda Kahyangan dilangsungkan 7 hari 7 malam. Prabu Tapa Agung dan Ratu Sunan Ambu pun turut serta dalam acara tersebut. Acara tersebut sekaligus peresmian pewaris tahta kerajaan galuh yang sah yaitu putri Purbasari. Akhirnya mereka berduapun hidup bahagia selamanya.



Beauty and The Beast
Pada jaman dahulu dinegeri antah berantah ada sebuah istana yang berdiri megah, diistana tersebut tinggalah seorang pangeran yang gagah akan tetapi pangeran tersebut mempunyai perangai yang buruk. Ini semua karena ia hidup sangat berkecukupan apa yang diinginkannya dapat tercapai, akhirnya si pangeran tumbuh menjadi seorang pemuda yang sombong dan serakah. Pada suatu hari ada seorang nenek tua jelek yang ikut berteduh diistana, si pangeran yang melihatnya langsung mengusirnya serta mencela dan mencemoohnya. Sang nenek mencobanya lagi dan berjanji akan memberikan sekuntum mawar sebagai imbalan, akan tetapi si pangeran tetap bersikeras dan mengusirnya. Tiba-tiba nenek tua itu berubah wujud menjadi peri yang elok nan cantik. Lalu sang peri mengutuk si pangeran menjadi sesosok yang jelek. Si pangeran meminta maaf, akan tetapi sudah terlambat. Kutukan tersebut dapat hilang jika ada seorang gadis yang benar-benar tulus mencintai si pangeran yang menjadi buruk rupa itu dan jika kelopak mawar tersebut rontok sampai habis dan si pangeran belum menemukan gadis tersebut, maka ia akan menjadi buruk rupa selamanya. Si pangeranpun menjadi murung dan menyendiri dipuri istana.
***
Disebuah desa tinggalah seorang gadis cantik bernama Bella, ia tinggal berdua dengan ayahnya yang bernama Morish. Ayahnya seorang ilmuwan yang suka bereksperimen. Sedangkan Gaston, adalah seorang pemuda gagah perkasa yang mencintai Bella, ia seorang laki-laki yang menjadi pujaan gadis-gadis didesanya, dia juga seseorang yang sombong dan kasar. Pada suatu hari, ayahnya Bella akan pergi kekota, ia hanya ditemani dengan seekor kuda, akan tetapi ditengah perjalanan, turun hujan deras dan akhirnya ia tersesat. Melihat ada sebuah kastil tua ditengah hutan, ayah Bella memutuskan untuk masuk dan berteduh disana. Siburuk rupa tersebut kaget melihat ada seseorang dikastilnya, ia pun akhirnya menyandera ayah Bella. Ayah Bella ditawan dan ditahan dipenjara kastilnya. Bella panik mencari ayahnya yang tak kunjung pulang. Ia memutuskan untuk mencari ayahnya, dengan bantuan kuda yang pernah menemani ayahnya itu, akhirnya Bella menemukan kastil tua dimana ayahnya disandera. Disana Bella menemukan ayahnya didalam penjara, akhirnya Bella menggantikan posisi ayahnya dan menjadi tawanan dikastil selamanya. Morish, ayahnya pulang kedesanya, disana ia meminta bantuan para penduduk desa untuk membantunya agar dapat membebaskan Bella, akan tetapi warga menhiraukannya dan menganggap Morish gila. Diistana, Bella selalu pendapat perlakuan keras dari siburuk rupa, ia selalu dimarahi dan dibentak-bentak. Sebenarnya siburuk rupa ingin memperlakukan Bella dengan baik dan ingin berteman baik dengan Bella, akan tetapi ia terlalu gengsi, dan tidak mau terlihat lemah didepan seorang gadis. Pada suatu hari, Bella masuk kedalam ruangan yang berada disayap kiri kastil, dimana siburuk rupa melarang siapapun untuk masuk kedalam sana, Bella penasaran dan akhirnya perbuatannya diketahui oleh siburuk rupa. Siburuk rupa marah, Bella menangis dan pergi dari kastil. Ditengah perjalanan Bella diserang oleh segerombolan serigala, akan tetapi untunglah siburuk rupa cepat-cepat menysuul Bella dan melawan segerombolan serigala tersebut. Akibatnya, siburuk rupa terluka, dengan sabar dan perhatiannya, Bella merawat siburuk rupa sampai sembuh. Disitulah awal keakraban mereka berdua, Bella dan siburuk rupa menjadi teman baik. Mereka berdua selalu bersama-sama. Siburuk rupapun perangainya mulai berubah menjadi lebih baik sejak dekat dengan Bella.  Siburuk rupa sadar bahwa ia diam-diam mencintai Bella, akan tetapi ia tahu bahwa Bella tidak mungkin mau bersamanya dan bisa membebaskan dirinya dari kutukan itu. Waktu yang selalu mereka berdua habiskan bersama-sama juga membuat Bella sadar bahwa dia merasa nyama bersama siburuk rupa itu. Pada suatu hari Bella ingin mengetahui keadaan ayahnya yang sudah lama dia tinggalkan seorang diri, melalui cermin ajaib, Bella dengan sangat mudah dapat melihat keadaan ayahnya itu, dia menangis ketika melihat bahwa ayahnya sedang sakit. Siburuk rupa tidak tega melihat orang yang dia cintai menangis dan bersedih. Siburuk rupa memutuskan bahwa Bella sudah diperbolehkan pulang. Seketika itu, Bella langsung pulang kedesanya. Ia tidak sabar ingin bertemu dan merawat ayahnya sampai sembuh. Sepeninggal Bella, siburuk rupa sering melamun sendiri, dia merasa kehilangan setelah ditinggal oleh Bella. Hidupnya pun mulai kurang bersemangat. Setelah Bella kembali kedesanya, Gaston selalu berusaha untuk mendapatkan Bella, ia selalu berusaha melakukan segala cara agar mendapatkan Bella. Gaston tau bahwa Bella dekat dengan siburuk rupa, si penghuni kastil tua itu. Gastonpun merasa terancam dengan keadaan itu. Akhirnya Gaston berencana untuk melenyapkan siburuk rupa. Bella yang mengetahui rencana itu, segera mencegahnya, tapi nihil. Usahanya untuk mencegah Gaston dan penduduk desanya berakhir sia-sia. Malam harinya, Gaston dan semua penduduk beramai-ramai mendatangi kastil tua itu. Disana Gaston dan penduduk menghancurkan dan memporak-porandakan seisi kastil. Gaston mengelilingi seisi kastil, tapi dia tidak menemukan siburuk rupa itu, akhirnya diruangan disayap kiri, Gaston menemukan siburuk rupa sedang melamun, dengan sigap, Gaston langsung mencoba melukai siburuk rupa. Siburuk rupa tahu, dia langsung menghindar dan tidak melawan sama sekali. Akan tetapi, siburuk rupa akhirnya terluka terkena benda tajam yang Gaston sayatkan diperutnya. Ia terjatuh. Bella yang sebenarnya mengikuti Gaston dari belakang, menlihat keadaan siburuk rupa yang sekarat, langsung menghampirinya. Siburuk rupa senang karena ia tahu bahwa Bella telah kembali. Setelah melihat Bella siburuk rupa tak sadarkan diri. Bella menangis, tiba-tiba dia mengatakan bahwa dia sangat mencintai siburuk rupa itu, dan Bella tidak mau kehilangannya. Gaston yang setelah melukai siburuk rupa dengan benda tajamnya, jatuh kedalam jurang karena terpeleset dan akhirnya mati. Setelah Bella mengatakan hal itu, tiba-tiba ada cahaya terang yang mengelilingi siburuk rupa itu. Siburuk rupa tiba-tiba berubah wujud menjadi seorang pria yang sangat tampan.semua penduduk yang melihatnya tercengang dibuatnya termasuk Bella. Akhirnya sang pangeran yang dulu jelmaan dari siburuk rupa menikah dengan Bella dan hidup bahagia selamanya.






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Karya sastra dari zaman ke zaman selalu mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang tertarik akan karya sastra itu sendiri. Karya sastra tersebut dapat berupa puisi, prosa dan drama. Puisi tulis seperti kakawin, kidhung, suluk, tembang macapat, geguritan. Puisi lisan seperti puisi tradisional dll. Sedangkan dalam prosa, yaitu prosa tulis seperti novel, crita cekak. Prosa lisan seperti cerita rakyat, legenda, dongeng. Selain dari jenis karya sastra itu sendiri dari segi cara menganalisis atau menilai sebuah karya sastrapun terdapat banyak ragam cara. Cara tersebut disesuaikan dengan jenis masing-masing karya sastra. Penilaian terdahap karya sastra tidak lepas dari peran pembaca sebagai penikmat karya sastra. Disini pembaca dapat secara bebas memberikan penilaian terhadap karya sastra itu sendiri sesuai dengan pemikirannya masing-masing.
Dalam menganalisis karya sastra, dapat digunakan dengan berbagai macam teori, seperti menggunakan teori Intertekstual, Struktural Genetik, Feminisme dll. Akan tetapi dalam makalah ini, cerita rakyat “Luthung Kasarung’ dan cerita “Beauty and The Beast” digarap dengan menggunakan Teori Intertekstual, lebih khususnya menggunakan Teori Intertekstual menurut Julia Kristeva. Prinsip dari intertekstualitas berasal dari Prancis dan bersumber pada aliran strukturalisme Perancis yang dipengaruhi oleh pemikiran filusuf Prancis, Jaques Derrida dan dikembangkan oleh Julia Kristeva. Bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dengan latar belakang teks-teks lain, tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri, yang artinya bahwa penciptaan pembacanya tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh teladan kerangka. Karya sastra  tidak lahir dalam kekosongan budaya, termasuk sastra itu merupakan response (Teeww, 1983: 65). Karya sastra mempunyai hubungan sejarah antara karya sezaman, yang mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah ini dapat berupa persamaan atau pertentangan. Dengan hal demikian, sebaiknya membicarakan karya sastra itu dalam hubungannya dengan karya sezaman, sebelum, atau sesudahnya.
Hasil analisis dari karya sastra tersebut nantinya dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat membuka pikiran kita akan sastra bandingan dan dapat mempermudah kita dalam mempelajari karya sastra lainnya.

1.2  Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang diatas, maka permasalahan-permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut
1.      Bagaimana penentuan hipogram dan teks transformasi dari kajian intertekstual pada cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast” ?
2.      Apa persamaan dan perbedaan  pada cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast” dari segi intrinsik maupun ekstrinsik?
3.      Hubungan atau pengaruh cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap  cerita “Beauty and The Beast”



1.3  Tujuan Penelitian
1.      Menentukan hipogram dan teks transformasi dari kajian intertekstual pada cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast”.
2.      Mengetahui persamaan dan perbedaan  pada cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast” dari segi intrinsik maupun ekstrinsik.
3.      Mengetahui hubungan atau pengaruh cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap  cerita “Beauty and The Beast”.



BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1  Kajian Pustaka
Menganalisis dalam mengkomparasikan 2 karya sastra dengan menggunakan Teori Intertekstual juga pernah dilakukan oleh Fitri Kartika Sari (2012), mengenai novel yang  berjudul “Romeo dan Juliet dengan cerita pendek yang berjudul “Uda dan Dara”.  Hasil penganalisisan tersebut mendeskripsikan bagaimana hasil menganalisis 2 buah harya sastra yang mempunyai hubungan kedekatan antara keduanya dari segi alur cerita menggunakan Teori Intertekstual yang menjelaskan secara jelas bagaimana persamaan dan perbedaan antara unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung dalam karya sastra itu.
Penanalisisan yang serupa juga pernah dilakukan oleh Dayang Atika Kurniati (2011) mengenai novel “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan novel “Air Mata Surga”. Hasil penganalisisan pada karya tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil analisis milik Fitri. Menganalisis mengenai persamaan dan perbedaan antar unsur-unsur pada kedua karya sastra itu.

2.2  Landasan Teori
Menurut Julia Kristeva, istilah intertekstual secara umum dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain. Menurutnya, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain. Pada setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, dan transformasi teks-teks lain. Ketika pengarang menulis dalam melakukan analisisnya, pengarang akan mengambil komponen-komponen teks yang lain sebagai bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Semua itu disusun dan diberi warna dengan penyesuaian, dan jika perlu mungkin ditambah supaya menjadi sebuah karya yang utuh. Dalam proses menulis, seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan, dan pengaruh dari teks lain.
Menurut Julia Kristeva (dalam Hutomo, 1993: 13-14), teori intertekstualitas mempunyai kaidah dan prinsip sebagai berikut:
1.      Pada hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks.
2.      Studi intertekstualitas itu adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks.
3.      Studi intertekstualitas itu mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat.
4.      Dalam kaitan dengan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks itu sebenarnya merupakan hasil yang diperoleh dari teks-teks lain.
5.      Dalam kaitan studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) janganlah ditafsirkan terbatas pada bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk bahasa.
Secara luas interteks diartikan sebagai sebuah hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Penelitian dilakukan dengan cara mencari hubungan-hubungan bermakna di antara dua teks atau lebih. Hubungan antarteks ini bukan hanya mengenai pikiran-pikiran yang dikemukakan, melainkan juga mengenai struktur penceritaan atau alurnya.  Teks-teks yang dikerangkakan sebagai interteks tidak terbatas sebagai persamaan genre, tetapi interteks juga memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan hipogram.
       Hipogram adalah karya sastra yang menjadi latar kelahiran karya berikutnya. Hutomo (dalam Sudikan) merumuskan hipogram sebagai unsur cerita (baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dan lain-lain) yang terdapat dalam suatu teks sastra pendahulu yang kemudian teks sastra yang dipengaruhinya. Karya berikutnya yang muncul setelah hipogram dinamakan karya transformasi. Hipogram dan transformasi ini akan berjalan terus menerus sejauh proses sastra itu hidup. Hipogram merupakan “induk” yang akan menghasilkan karya-karya baru. Dalam hal ini, peneliti sastra berusaha membandingkan antara karya induk dengan karya baru. Namun, tidak ingin mencari keaslian sehingga muncul anggapan bahwa karya yang lama/lebih tua itu lebih baik ketimbang karya baru. Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa karya tulis tidak  mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya. Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan  tradisi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks kesastraan yang ditulis sebelumya.      
Secara luas interteks diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Dengan kata lain, interteks adalah ruang metodologis dimana pembaca mampu untuk mengadakan asosiasi bebas terhadap pengalaman pembacaan terdahulu yang memungkinkan untuk memberikan kekayaan bagi teks yang sedang dibaca. Penelitian menggunakan teori interteks, dilakukan dengan cara menemukan hubungan-hubungan bermakna diantara dua teks atau lebih. Teks-teks yang dikerangkakakn sebagai interteks tidak terbatas sebagai persamaan genre interteks memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan hypogram. Hubungan antara kedua teks tersebut tidak semata-mata sebagai persamaan, melainkan sebaliknya sebagai pertentangan. Pemahaman secara intertekstual bertujuan untuk menggali secara maksimal makna-makna yang terkandung dalam sebuah teks. Konsep penting dalam teori interteks adalah hypogram. Fungsi hypogram yaitu sebagai petunjuk hubungan antarteks yang dimanfaatkan oleh pembaca, bukan penulis, sehingga memungkinkan adanya perkembangan makna. Menurut teori interteks, pembaca yang berhasil justru apabila didasarkan atas pemahaman terhadap karya-karya terdahulu. Aktivitas interteks dilakukan dengan dua cara, yaitu a) membaca dua teks atau lebih secara berdampingan pada saat yang sama, b) hanya membaca sebuah teks tetapi dilatarbelakangi oleh teks-teks lain yang sudah pernah dibaca sebelumnya.
Dalam karya sastra dikenal dengan adanya unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut meliputi :
UNSUR-UNSUR INTRINSIK
A. Tema
adalah sesuatu yang menjadi inti cerita/pokok pikiran dalam sebuah karya sastra.
B.  Amanat
adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna yang diambil dari karya sastra.
C.   Plot/alur
adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.
Macam-macam alur
1.                  Alur maju
adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.
2.   Alur mundur/Sorot balik/Flash back
adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
3.   Alur gabungan/Campuran
adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.
D.     Perwatakan/penokohan
adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh
Pelaku/tokoh dalam cerita
1.      Pelaku utama
adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.
2.  Pelaku pembantu
adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.
3.   Pelaku protagonis
adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.(jujur,setia,baik hati dll)
4.  Pelaku antagonis
adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu, pembohong dll)
5.   Pelaku tritagonis
adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.
E. Latar/setting
Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah   cerita.
Macam-macam latar
1.      Latar tempat
adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di ruangan dll)
2.   Latar waktu
adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)
3.   Latar suasana
adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi dll)
F. Sudut pandang pengarang
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.
Sudut pandang dibedakan atas :
1.      Sudut pandang orang kesatu
adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)
2.  Sudut pandang orang ketiga
adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)
UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya.
a. Latar belakang penciptaan : berkaitan dengan tujuan dari karya sastra.
Tujuan pengarang adalah agar masyarakat tidak melupakan cerita rakyat yang terdapat didaerahnya masing-masing sekaligus dalam rangka upaya melestarika kaerya sastra agar tetap dikenal oleh masyarakat luas.
b.  Sejarah latar belakang pengarang  : berkaitan dengan kondisinya seperti sosial,  masyarakat dari  karya sastra sosial.
Tujuan pengarang agar masyarakat setelah membaca karya satra tersebut dalam mengambil nilai-nilai luhur dari karya sastra itu dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena kita tahu bagaimana keadaan sosial masyarakat saat ini.
c. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan
adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya  sastra diciptakan, berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat.
Agar setelah membaca dan dapat mengimplemantasikannya dalam kehidupan sehari-hari, kondisi masyarakatnya dapat berubah dan menjadi lebih baik.
d. unsur psikologis   : berdasarkan psikologis pengarang.
Cerita yang berbentuk tulis tersebut, tentu dalam penyusunanya sangat terkait dengan psikologi pengarang saat itu/saat menyusun karya sastra tersebut. Dapat diberi bubuhan tambahan sesuai dengan psikologi pengarang saat itu, dapat dibubuhkan dari segi ceritanya maupun gaya bahasanya.



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1              Pendekatan
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian yang berupa deskripsi-deskripsi.

3.2              Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu cerita rakyat “Lutung Kasarung” yang diambil dari Buku cerita rakyat “Lutung Kasarung” sedangkan cerita Disney “Beauty and The Beast” diambil dari film Disney “Beauty and The Beast”.





BAB IV
PEMBAHASAN
Kajian intertekstualitas dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks (sastra), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, (gaya) bahasa, dan lainnya, di antara teks yang dikaji. Maupun unsur-unsur ekstrinsik seperti unsur sejarah, budaya, agama yang menjadi bagian dari komposisi teks. Berikut ini merupakan penjabaran terkait hubungan intertekstual yang terdapat dalam cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast”.
1.      Hipogram dan Teks Transformasi
Cerita rakyat yang berjudul “Luthung Kasarung” merupakan teks hipogramnya, karena kita tahu bahwa cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat itu sudah ada dari sejak jaman dahulu/jaman nenek moyang dan sudah diketahui secara turun-temurun. Sedangkan cerita “Beauty and The Beast” merupakan teks tranformasinya,  karena kita tahu cerita bergenre “Disney” ini hadir pada masa-masa yang sudah mengalami modernisasi.
2.      Persamaan dan perbedaan cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast” dari segi intrinsik maupun ekstrinsik dalam kajian Intertekstual.
Unsur Intrinsik
Persamaan
·         Sudut pandang
Pada kedua cerita tersebut, menggunakan sudut pandang orang ketiga, dia serba tahu karena pengarang berada diluar cerita.
·         Alur atau plot
Pada cerita rakyat “Luthung Kasarung”  maupun “Beauty and The Beast”  alur cerita yang digunakan adalah alur maju. Terbukti pada alur cerita “Luthung Kasarung”:
Tahap awal
1.      Purbasari diusir dari istana Pasir Batang
2.      Pangeran Guru mindha dikutuk menjadi seekor luthung dan tinggal digunung Cupu
Tahap tengah
1.      Luthung berulah dikerajaan Pasir Batang dan memicu keributan
2.      Luthung kembali kegunung Cupu
3.      Purbasari memenangkan tantangan membendung Leuwi Sipatahunan
4.      Purbasari memenangkan tantangan menangkap Mahisa Jalang
5.      Purbasari memenangkan tantangan menanam huma
Tahap akhir
1.      Purbasari diangkat menjadi ratu dikerajaan Pasir Batang
2.      Luthung berubah kembali menjadi pangeran Guru Minda
3.      Purbasari dan pangeran Guru Mindha menikah dan hidup bahagia
Sedangkan pada cerita “Beauty and The Beast” alur ceritanya :
Tahap awal
1.      Pangeran dikutuk menjadi buruk rupa karena berbuat suatu kesalahan
2.      Ayah sang gadis pergi kekota
3.      Ayah dari sang gadis berlindung dikastil milik si buruk rupa ketika tersesat dan ada hujan badai
4.      Ayah sang gadis ditangkap lalu ditawan
Tahap tengah
1.      Sang gadis mencari ayahnya yang tak kunjung pulang
2.      Sang gadis menemukan barang milik ayahnya disekitar kastil
3.      Sang gadis menemukan ayahnya sedang ditawan
4.      Sang gadis menggantikan posisi ayahnya jadi tawanan
5.      Sang gadis menjadi pelayan si buruk rupa
6.      Si buruk rupa menjadi baik
7.      Si bururk rupa mencintai sang gadis
8.      Si buruk rupa ditangkap penduduk dan dihajar
9.      Sang gadis merawat si buruk rupa
Tahap akhir
1.      Sang gadis mencintai si buruk rupa
2.      Sang gadis menyatakan cintanya kepada si buruk rupa
3.      Si buruk rupa berubah menjadi pangeran tampan
4.      Sang gadis dan sang pangeran menikah dan hidup bahagia
·         Tema
Antara cerita rakyat “Luthung Kasarung” dengan cerita “Beauty and The Beast” memiliki kesamaan pada tema, yaitu kedua-duanya sama-sama berujung pada pencarian cinta sejati yang bisa merubah wujud si buruk rupa/luthung karena sebuah kutukan menjadi kewujud semula yaitu seorang pangeran.
·         Latar belakang kehidupan
Pada cerita keduanya, sama-sama memiliki latar belakang yang sama yaitu bersifat istanasentris. Sama-sama berlatarbelakng kerajaan, sama-sama keturunan dari sebuah kerajaan.
·         Amanat
Keduanya memiliki amanat yang sama yaitu agar selalu berbuat baik kepada siapa saja, Karena perbuatan baik itu akan mendatangkan keberuntungan. Juga kita tidak boleh memperlakukan orang lain/sesama makhul secara sewenang-wenang dan bertindak dengan pandang bulu. Serta tidak boleh sombong atau serakah.
·      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat “Lutung Kasarung maupun cerita Disney “Beauty and The Beast” sudah bagus, to the point, tidak berbelit-belit, jelas dan mudah dipahami oleh semua usia karena bahasanya yang mudah dimengerti.

Perbedaan
·         Tokoh dan penokohan
Pada kedua cerita tersebut, tokoh utamanya sama-sama merupakan jelmaan dari seorang pangeran. Sama-sama mencari cinta sejati yang dapat menghilangkan kutukan tersebut. Tokoh pada cerita rakyat “Lutung Kasarung”, tokoh utamanya adalah Lutung Kasarung yang merupakan jelmaan dari pangeran Guru Minda Khayangan, sedangkan pada cerita Disney “Beauty and The Beast” tokoh utamanya yaitu siburuk rupa, yang juga merupakan jelmaan dari seorang pangeran. Perbedaan pada kedua tokoh tersebut, yaitu pada cerita rakyat “Lutung Kasarung” tokoh utama dikutuk Ibundanya sendiri akibat kesalahpahaman antara tokoh utama dengan Ibundanya, dan sifat tokoh utama dari awal sampai akhir cerita sama, yaitu baik hati, bijaksana, penyayang, suka menolong. Sedangkan pada cerita Disney “Beauty and The Beast” tokoh utamanya yaitu siburuk rupa dikutuk oleh seorang nenek-nenek tua sebagai akibat dari kesombongannya sendiri. Sifat siburuk rupa mengalami perubahan yakni pada awal cerita yaitu sombong/tamak, kasar. Sedang pada akhir cerita sifat nya berubah menjadi baik hati, penolong, penyayang.
Masing-masing tokoh dan penokohan pada cerita rakyat “Lutung Kasarung” yaitu :
o   Prabu Tapa Agung
Watak Prabu Tapa Agung yaitu bijaksana, arif, adil, dan tidak suka pilih-pilih serta tidak pilih kasih. Membuktikan sifat sebenarnya bagimana seorang pemimpin atau raja.
Bukti : “Ayah tidak bisa memaafkanmu, karena perbuatanmu yang keji itu terhadap saudaramu sendiri, sekarang kau keluar dari istana ini anakku Purbararang.”
o   Purbasari
Tokoh Purbasari dalam cerita rakyat tersebut merupakan tokoh protagonis dan tokoh ‘hero’. Purbasari memiliki watak baik hati, penyayang, sabar, cerdas, ulet. Hal ini dapat dilihat pada deskripsi dan percakapan.
Purbasari telah tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita dan berbudi pekerti luhur. (hal 11).
o   Purbararang
Tokoh Purbararang dalam cerita rakyat tersebut merupakan tokoh antagonis. Purbararang memiliki watak iri, licik, serakah, angkuh, kasar. Hal tersebut dapat dilhat percakapan tokoh.
“Hal ini tidak boleh dibiarkan! Kecantikannya harus diredam atau dimusnahkan. Aku akan menghubungi para ahli ramuan dan obat-obatan,” kata Purbararang dengan penuh kebencian. (hal 12).
“Heh, lutung bodoh, ambilkan teropong itu! Dasar lutung! Mestinya kau mengambilnya sebelum ku perintah!” (hal 50).
o   Purba Indah, Purba Dewata, Purba Kencana, Purba Manik
Watak dari keempat gadis tersebut tidak jauh berbeda dengan Purbararang, serakah, tidak punya hati.
Bukti : “Haha, setelah terkena bubuk itu, kulit Purbasari akan berubah menjadi hitam legam Dinda Purbararang.”
o   Purba Leuwih
Watak Purba Leuwih mirip dengan Purbasari, ia baik hati, suka menolong, penyabar, penyayang.
Bukti : “Sudahlah Dinda Purbararang, jangan kau sakiti terus Dinda Purbasari, dia itu saudara kita.”
o   Lutung Kasarung
Tokoh lutung kasarung merupakan tokoh protagonis. Dalam cerita rakyat tersebut watak lutung yaitu baik hati, suka menolong, bijaksana, penyayang.
“Paman aku ingin kalian mencari ramuan yang dapat membantu Purbasari terlepas dari ramuan jahat yang telah membuatnya menjadi hitam legam sepertti ini.” (hal. 57).
o   Ratu Sunan Ambu
Tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, tapi baik hati dan bijaksana. Dapat dilihat pada dialog berikut.
“Apa? Keterlaluan, mungkinkah ada perempuan yang mirip dengan bunda? Atau jangan-jangan kau mencintai ibumu sendiri? Kau seperti lutung saja.” Ucap Ratu Sunan Ambu dengan marah. (hal 22).
o   Bujangga Leuwih dan Bujangga Sakti
Wataknya baik hati, bijaksana, pintar. Terbukti pada percakapan berikut.
“Tuan putri tidak usah khawattir, percayakan semua pada kami,” ujar Bujangga Sakti menutup pembicaraan. (hal 96).
o   Mang Lengser
Watak Mang Lengser pada cerita ttersebut, baik hati, penakut. Terlihat pada percakapan dibawah ini.
“Hamba tidak dapat berkata apa-apa. Semoga Tuan Putri senantiasa bersabar dan mendapat perlindungan Tuhan Yang Maha Agung.” jawab Lengser dengan iba. (hal 16).
o   Emban Asih
Watak Emban Asih itu baik hati, penyayang, sabar dan setia.

Masing-masing tokoh dan penokohan pada cerita Disney “Beauty and The Beast”, yaitu :
o   Siburuk rupa/pangeran
Watak siburuk rupa pada awal cerita yaitu tamak/sombong, kasar. Sedangkan pada akhir cerita si buruk rupa mengalami perubahan sifat menjadi baik hati, penyayang, penolong.
Bukti : “Sekarang, cepat kau enyah dari kastilku ini nenek tua jelek!”
Bukti : “Sekarang lebih baik kau pulang Bella, ayahmu tentu sangat merindukanmu.”
o   Bella
Watak Bella yaitu sabar, baik hati, penyayang, bijaksana, rela berkorban.
Bukti : “Aku tidak akan meninggalkanmu dengan keadaanmu seperti ini, aku akan merawatmu sampai sembuh.”
Bukti : “Tolong, bebaskan ayahku, sebagai gantinya tawanlah aku.”
o   Morish/ayah Bella
Watak Morish/ayah Bella yaitu humoris, baik hati, penyayang, sabar, bijaksana.
Bukti : “Tolong bantu aku untuk membebaskan anakku Bella yang tertangkap dikastil itu!”
o   Morgan
Watak Morgan yaitu ambisisus, kasar, keras, mudah emosi.
Bukti : “Aku harus bisa mengambil perhatian Morish, agar aku bisa mendapatkan Bella.”

·         Budaya
Pada cerita “Luthung Kasarung”, budayanya lebih kearah budaya masyarakat Jawa. Sedangkan pada cerita “Beauty and The Beast” budayanya lebih kearah barat-baratan.
·         Latar
Perbedaan latar yang terdapat pada cerita rakyat “Lutung Kasarung” dan cerita Disney “Beauty and The Beast” terletak pada latar tempat dan sosial. Dalam cerita rakyat “Lutung Kasarung” latar tempatnya terjadi didaerah Galuh/Ciamis Jawa Barat, kaki gunung Cupu. Latar sosial yang terjadi pada cerita rakyat tersebut yaitu masyarakat yang tradisional yang masing menjunjung nilai-nilai tradisi yang ada pada masyarakat maupun tradisi yang sudah ada sejak turun-temurun. Masyarakatnya juga masih sangat patuh akan apa yang diperintah oleh raja/yang berkuasa pada saat itu, tidak berani melawan/menetang apapun keputusan pemimpin meskipun keputusan itu salah/keliru. Masyarakatnya masih kental dengan tradisi perjodohan. Latar waktu pada cerita Lutung Kasarung yaitu masa remaja Purbasari, yaitu ketika Purbasari berumur 18 tahun, yang diceritakan bahwa kekuasaannya akan kerajaan dialihtangankan untuk sementara kepada kakaknya Purbararang sampai ia dewasa. Ketika sudah dewasa, kekuasaan tersebut bukannya diberikan kepada Purabasari/yang berhak, malah ia pertahankan agar tetap menjadi miliknya dan berusaha menyingkirkan Purbasari. Latar waktunya pun pada masa-masa kerajaan dimana perebutan kekuasaan sedang banyak terjadi.
Sedangkan latar yang terdapat pada cerita Disney “Beauty and The Beast” latar tempatnya yakni disebuah desa yang tentram, damai  serta disebuah kastil tua. Latar sosialnya yakni masyarakatnya kental dengan nuansa pedesaan, seperti kegiatan sehari-harinyapun cerminan masyarakat desa seperti bercocok tanam dan berternak. Interaksi/ hubungan sosial dalam masyarakatnya pun sangat terjalin, sesuai dengan kondisi masyarakat pedesaan pada umumnya.

Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya.
a. Latar belakang penciptaan (berkaitan dengan tujuan dari karya sastra).
Tujuan pengarang adalah agar masyarakat tidak melupakan cerita rakyat yang terdapat didaerahnya masing-masing termasuk salahsatu cerita rakyat yang berjudul “Lutung Kasarung”. Sekaligus dalam rangka upaya melestarikan karya sastra agar tetap dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan pada cerita Disney “Beauty and The Beast” tujuannya hanya untuk hiburan semata bagi masyarakat umum.
b.  Sejarah latar belakang pengarang (berkaitan dengan kondisinya seperti sosial,  masyarakat dari  karya sastra sosial).
Tujuan pengarang agar masyarakat setelah membaca cerita rakyat yang berjudul “Lutung Kasarung” tersebut, dapat mengambil nilai-nilai luhur dari karya sastra itu dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena kita tahu bagaimana keadaan sosial masyarakat saat ini. Sama halnya dengan cerita Disney “Beauty and The Beast”, tujuannya selain untuk hiburan bagi masyarakat umum, didalamnya juga terdapat point-point plus/penting yang dapat diambil dan dapat diimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan
adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya, politik pada saat karya  sastra diciptakan, berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat. Keadaan masyarakatnya pada cerita rakyat “Lutung Kasarung” tentu tidak jauh berbeda dengan gambaran/cerita yang ada pada karya sastra, secara umumnya memiliki kesamaan. Akan tetapi lain halnya dengan cerita Disney, “Beauty and The Beast” cerita tersebut diciptakan pada jaman modern, jaman sekarang. Jadi kondisi cerita dengan mayarakatnya dalam hal ekonomi, sosial, budaya tentu jauh berbeda.
d. unsur psikologis   : berdasarkan psikologis pengarang.
Cerita yang berbentuk tulis tersebut, tentu dalam penyusunanya sangat terkait dengan psikologi pengarang saat itu/saat menyusun karya sastra tersebut. Dapat diberi bubuhan tambahan sesuai dengan psikologi pengarang saat itu, dapat dibubuhkan dari segi ceritanya maupun gaya bahasanya. Baik itu pada cerita rakyat “Lutung Kasarung” maupun cerita Disney “Beauty and The Beast” unsur psikologis pengarang tentu tertuang pada segi cerita maupun gaya bahasanya.

3.      Hubungan atau pengaruh cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap  cerita “Beauty and The Beast”.
Cerita Disney “Beauty and The Beast” secara tidak langsung ada kaitan atau hubungan dengan cerita rakyat “Lutung Kasarung”. Terlihat diantara keduanya memiliki persamaan, baik dari alur cerita maupun tema cerita yang sama-sama berisi bagaimana perjuangan seseorang yang dikutuk menjadi sesosok yang buruk agar dapat kembali menjadi sosok aslinya yakni seorang pangeran. Jadi, hubungan intertekstual antara  cerita rakyat “Luthung Kasarung” terhadap  cerita “Beauty and The Beast” adalah hubungan perluasan atau pengembangan, adanya kesejajaran diantara keduanya, yakni sama-sama memiliki tujuan untuk mencari cinta sejati dimana cinta tersebut dapat mengubah dirinya dari sesosok yang buruk rupa kembali menjadi ke sesosok aslinya yaitu seorang pangeran.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1  Simpulan
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan dengan menganalisis karya sastra dengan menggunakan teori intertekstual, kita dapat mengetahuai lebih jelas isi dari masing-masing karya sastra tersebut. Baik itu dari segi unsur intrinsik maupun ekstrinsik dari masing-masing karya sastra itu yang didalamnya terdapat persamaan maupun perbedaanya. Dengan menggunakan teori tersebut dalam mebandingkan kedua karya sastra itu, kita juga lebih tahu akan perbedaan yang terjadi pada keduanya. Para pembacapun dapat memahami karya sastra itu lebih gamblang. Maka dari itu dengan adanya analisis ini, diharap dapat memberi wawasan  pada kita tentang dunia sastra pada umumnya dan mengenai cerita rakyat “Lutung Kasarung” sendiri maupun cerita Disney “Beauty and The Beast”.

4.2  Saran
Diharapkan pembaca dapat melakukan analisis lagi dengan metode/teori yang lain baik itu pada karya sastra berbentuk cerita rakyat maupun yang lainnya. Agar nantinya dapat menambah pemahaman pembaca yang lain mengenai karya sastra. Pembaca diharapkan dapat mengambil nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cerita rakyat “Lutung Kasarung” sendiri maupun cerita Disney “Beauty and The Beast” serta dapat  mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA

Faruk HT. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode dan Teknik Penenlitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
      Luxemburg, Jan van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia







1 komentar:

  1. makasih ya mbak infonya dan jangan lupa tolong kunjungi https://ardiblogs2734.blogspot.com
    dan janganlupa tolong di koment.Mumpung kita sesama akun .blogspot

    BalasHapus